Rabu, 20 Juli 2022

Perjalananku melihat kedalam diri

Sungguh saya tidak mengerti bahwa diri pun harus dikenal. Orang sekarang biasa memberi istilah "Pengenalan Diri". Saya baru menyadari tentang hal ini beberapa tahun terakhir. Meskipun proses yang dijalani dalam kehidupan sebenarnya sudah menjadi bagian dari "pengenalan diri" itu.

Pada tahun 2017 terjadi skenario Allah yang benar-benar tidak pernah terlintas dalam pikiran apalagi menjadi rencana saya. Bermula saya mengenal seorang ibu, yakni istri dari rekan sejawat suami. Beliau beserta keluarganya baru saja pindah kantor dimana suami saya juga berkantor. Pada suatu hari beliau dan keluarganya datang ke rumah untuk bersilaturahmi. Disitulah saya mulai mengenalnya dan akhirnya kami sering kontakan melalui whatsapp.

Saya mengenal beliau adalah reseller buku-buku bacaan Islami dan buku-buku edukasi lainnya. Bukan hanya buku, beliau juga menjual berbagai permainan edukasi buat anak-anak. Disitu saya mengenal beliau punya hobi membaca dan kebiasaan ini ia bangun dalam diri anak-anaknya. Saya mulai tertarik pada kebiasaan baik tersebut sehingga perlahan saya membeli buku paketan darinya.

Suatu waktu, saya lupa pada momen apa beliau menyampaikan tentang sebuah acara workshop berbayar. Tema workshop adalah tentang bakat, judul persisnya "Workshop Talents Mapping". Saya begitu tertarik dengan acara ini. Alasannya adalah saya ingin mengetahui ilmu bakat untuk anak-anak saya. Jadi alasan utama saya ingin mengikuti acara tersebut adalah untuk Anak bukan untuk diri saya.

Saya mulai serius menanyakan beberapa hal tentang acara tersebut. Kemudian beliau mengirim e-flyer lengkap dengan informasi lainnya terkait acara tersebut. Wah ternyata batas pendaftaran sisa dua hari lagi. Tetiba pikiran saya tertuju pada besar biaya acaranya. Nilainya mendekati Rp 1juta. Pada saat itu cara pengelolaan keuangan saya masih amburadul. Saya lupa menyisipkan dana setiap bulan untuk keperluan pengembangan diri saya. Belum lagi info workshop tersebut saya tahu menjelang akhir bulan. Otak saya mulai berputar, bagaimana cara mendapatkan dana untuk membayar biaya pendaftaran. Sementara saya segan meminta lagi dana tambahan kepada suami karena dana yang diberikan setiap bulan seharusnya sudah lebih dari cukup.

Tiba-tiba muncul ide saya untuk menjual salah satu barang investasi milik saya sendiri yakni cincin emas. Esok hari, saya ke pasar untuk belanja kebutuhan dapur sekalian melangsungkan niat tersebut. Alhamdulillah cincin terjual, dana cash sudah ada di tangan. Saya pulang, dalam perjalanan menuju ke rumah saya mampir dulu di atm untuk memasukkan dana tunai ke rekening saya.

Sehari pendaftaran tertutup, saya lakukan pembayaran ke pihak penyelenggara workshop melalui transfer. Bismillah saja, mudah-mudahan mendapat ijin mengikuti workshop itu. Kegiatan ini belum saya beritahukan kepada suami. Beliau cukup sibuk kala itu karena ada proyek pekerjaan di kantor tempatnya bekerja. Beberapa hari menjelang hari H baru saya sampaikan rencana tersebut. Bersyukur acara workshop diadakan pada akhir pekan sehingga beliau bisa menjaga anak-anak di rumah selama saya mengikuti acara workshop.

Bersambung...
Tangsel, 200722
Mom 4F


Senin, 20 Juni 2022

Tukang Jahit Keliling

Pagi itu saya sedang menggendong si bungsu yang berusia 1 tahun 3 bulan. Bayi sudah sarapan dan mandi pagi. Menggendongnya di dekat jendela agar bayi bisa melihat keluar dengan pemandangan yang sangat terbatas. Halaman rumah yang  tidak seberapa luas. Sudah tidak ada lahan berupa tanah sedikitpun kecuali area yang berada di belakang pagar. Pada area inilah terdapat beberapa batang tanaman palem bercampur dengan tanaman yang biasanya difungsikan sebagai pagar bertumbuh. Kami menempati rumah kontrakan dimana pemiliknya lebih memilih memperluas bangunan permanen daripada bagian green living_nya. Yah lahan untuk sebuah perumahan di kota besar, sebut di Tangerang tepatnya di daerah Bintaro sudah terbatas. Jikalau pun memilih area yang luas pasti harganya juga mahal. Di depan rumah terdapat jalan yang lebih sempit dari jalan lainnya karena dibatasi oleh dinding tembok pembatas blok rumah lainnya. Akhirnya jalan tersebut hanya bisa dilalui oleh satu mobil secara lapang. Jika berpapasan dengan mobil lain, maka salah satunya harus berhenti dulu dan menepi ke pagar rumah yang dilalui.

Yah seperti itulah pemandangan yang bisa kami nikmati dari dalam rumah.

Sedang asyiknya melepas pandangan, tiba-tiba melintas motor tukang jahit keliling. Ia mengendarai motornya tidak cepat juga tidak lambat.

Muncul rasa penasaran, bagaimana tukang jahit keliling itu menjalankan mesin jahitnya. 


Apakah pakai dinamo?

Bagaimana posisi mesin tetap stabil ketika digunakan?

Si tukang jahit bisa buat baju gak yah?


Apa saya berhentikan saja tukang jahit itu, pasti sedang butuh pendapatan.

Tukang jahit melaju dan melewati rumah kami. Tiba-tiba berbalik arah setelah melewati satu rumah. Mungkin Bapak itu berpikir sedang tidak ada yang butuh jasa jahitnya ditambah ujung jalan blok tempat kami ditutup dengan palang sejak terjadi pandemi covid-19.

Ah kasihan Bapak ini, saya panggil saja untuk minta bantu potong dan jahit. Kebetulan punya outer (cardigan panjang) dan celana kulot milik anak yang kepanjangan. Sebenarnya saya bisa saja memotong dan menjahit sendiri pakaian itu, tapi rasanya ingin membantu Bapak tukang jahit tersebut, ditambah rasa penasaran dengan cara kerjanya seperti apa.


"Pak-pak!" Teriak saya memanggil dari balik jendela. Bapak itu pasti tidak melihat saya, yang penting suara saya terdengar olehnya. Sengaja memilih posisi tersembunyi karena belum memakai jilbab.

Setelah tukang jahit berhenti, saya minta menunggu dulu.  Dijawab "Iya bu!".

Saya naik ke lantai dua, memakai jilbab dan mengambil dua cardigan terlebih dahulu biar Bapaknya tidak menunggu lama. Saya serahkan cardigan itu ke tukang jahit.

"Bu, potongnya berapa cm?" Tanya beliau

"Hmm potong 5 cm aja!" Ucap saya.

"Segini yah bu 5 cm itu!" Sambil menunjukkan meter kain kepada saya.

"Tambah deh pak, potong 6 cm!" Ucap saya lagi.

"Baik ibu, 6 cm yah!" Kata si Bapak.

"Pak cardigan yang ini 6 cm juga yah!" Sambil saya pegang cardigan yang saya gantung di pintu pagar, dekat dari posisi Bapak itu berhentikan motornya.

"Pak saya ambil satu barang lagi, tunggu yah!" Kata saya.

Bapak itu pun mengiyakan sambil memotong cardigan pertama. Saya cukup takjub melihat bagaimana Bapak itu memotong cardigan sambil berdiri. Kedua kakinya difungsikan untuk menjaga agar posisi motor tetap stabil dan tambahan satu tongkat penopang pada bagian mesin. Terlihat Bapak itu lincah mengerjakannya meskipun sambil berdiri.

Setelah memperhatikannya sejenak, saya segera mengambil celana kulot yang mau dipotong. Saya lipat ujung celana sebagai tanda batas bagian yang harus dipotong.

Menanti cardigan kedua diselesaikan, celana kulot saya gantung di pintu pagar.

Kami kemudian ngobrol, sambil menanti Bapak menyelesaikan pekerjaannya.

Saya : "Bapak bisa buat baju?"

Bapak : "Tidak bisa bu, saya hanya bisa menjahit!"

Saya : "Oh gitu, Bapak kok bisa menjahit?"

Bapak : "Dulu saya kerja di garmen sebagai buruh jahit bu, trus berhenti!"

Saya : "Kenapa Bapak berhenti?"

Bapak : "Gak ada waktu istirahat bu!"

Saya : "Oh banyak jahitan ya pak. Kalau buat baju, Bapak bisa?"

Bapak : "Kagak bisa bu, dulu saya hanya jahit pola yang sudah digunting."

Saya : "Sudah berapa lama Bapak kerja seperti ini?"

Bapak : "lima tahun!"

Saya : "Sudah lama juga ya pak. Oh yah saya ijin ambil gambar dan video Bapak yah!"

Bapak : "Silahkan bu!"


Bapak tukang jahit keliling memotong celana kulot. Ia lakukan sambil berdiri agar posisi motor tetap stabil meskipun sudah ada tongkat tambahan sebagai penopang pada bagian meja mesin jahit. Meskipun dalam posisi demikian, hasil guntingannya lurus sesuai ukuran yang saya minta.

Saat menjahit, kaki kanan si Bapak yang menginjak pedal roda mesin. Pada saat menjahit kadang tongkat penopangnya lepas. Namun beliau tetap bisa meneruskan jahitannya. Pada awalnya saya kira mesin menggunakan dinamo dengan tenaga aki dari motor. Ternyata mesin jahitnya manual. Saya takjub melihat hasil jahitnya. Rapih! Padahal beliau lakukan sambil tetap menahan posisi motor tetap stabil.

Terima kasih Bapak, sudah mengerjakannya dengan sangat baik. Tarif jasa potong satu baju Rp 15.000,-.

Saya berasumsi sepertinya Bapak ini mendapat pendapatan lebih besar dengan bekerja sebagai tukang jahit keliling daripada bekerja sebagai buruh jahit di garmen. Dari segi waktu, beliau juga lebih fleksibel. Jaman sekarang orang sudah lebih memilih belanja online di marketplace. Ukuran pakaian yang terbeli tidak selalu sesuai atau pas di badan, misalnya kepanjangan. Maka jasa tukang jahit keliling seperti ini akan terus mendapat pelanggan. Mungkin yang menjadi kendala ketika musim hujan. Karena motor yang digunakan tidak dilengkapi atap yang bisa melindungi mesin dan dirinya dari air hujan.


Sehat selalu Bapak. Semoga mendapat pelanggan setiap hari.


Tangsel, 20 Juni 2022

Mom4F

Selasa, 31 Mei 2022

Disapa virus covid-19#2

Pada hari ketiga, anak kami yang ketiga mulai merasa tidak nyaman. Tenggorokannya sakit dan kepala sedikit pusing. Kami mulai curiga jangan-jangan anak-anak mengalami sakit seperti suami. Semua gejala yang dialami sama. Anak kedua sudah tidak demam. Suami melakukan tes dan anak kedua. Qadarullah semua hasil tes reaktif. Saat itu kami sudah beranggapan bahwa yang sedang sakit terinfeksi virus covid. Untuk mencegah penularan kepada yang sehat, yang sakit tidur di lantai bawah. Untuk sementara saya menghentikan kegiatan masak karena dapur ada di lantai bawah. Tidak memungkinkan bayi, anak kami yang keempat ditinggal sendiri di kamar tanpa ada yang jaga.
Anak ketiga akhirnya mengalami demam tinggi seperti yang dialami suami dan kakaknya.
Lalu pada sore hari, anak pertama yang sedang puasa mengeluh kepala agak pusing dan tenggorokan tidak nyaman. Karena waktu berbuka tidak lama lagi, ia tetap melanjutkan puasanya. Pada malam hari, badannya sudah mulai hangat berlanjut demam tinggi seperti lainnya. Tidak lama berselang si bungsu bayi, badannya juga mulai hangat.
Akhirnya sisa saya yang bertahan dan berharap kondisi tetap fit.
Suami dan anak kedua berangsur pulih. Merek sudah tidak demam lagi, hanya ada batuk sesekali dan tenggorokan masih sakit. Kami bagi tugas, suami yang merawat anak pertama dan ketiga, saya fokus merawat bayi yang sedikit rewel karena merasa kurang nyaman. Alhamdulillah Aanak kedua sudah segar dan sempat mengikuti ujian hari terakhir.
Kami konsumsi obat sesuai kebutuhan saja seperti : obat demam, obat batuk, multivitamin, madu. Semua obat-obatan, supplemen kami pesan secara online di halodoc atau di K24. Untuk makanan kami pesan secara online juga.
Dengan terpaksa tidak ada yang berpuasa dulu.
Semua mengalami demam sekitar dua hari, termasuk bayi. Setelah demam reda, anak yang besar merasa tenggorokan sakit dan sedikit batuk.
Setelah sepuluh hari alhamdulillah suami dan anak-anak sudah pulih. Mereka sudah bisa mulai puasa. Barulah saya yang dapat giliran si virus.
Perasaan tidak nyaman, tenggorokan agak sakit. Pada malam hari badan saya mulai hangat tapi suhunya tidak begitu tinggi, suhu berkisar 37an derajat celcius.
Hal yang membuat paling tidak nyaman adalah badan dan sendi terasa pegal. Rasa pegal ini yang membuat saya sulit tidur. Perasaan menjadi lebih nyaman setelah minum obat paracetamol. Selain minum obat demam, saya juga konsumsi multivitamin. Ternyata vitamin ini memancing gas lambung saya akibatnya selera makan jadi kurang. Pada hari ketiga indra penciuman saya hilang. Demam dan badan pegal sudah tidak lagi, tapi maag dan batuk kering yang mulai muncul. Tenggorokan rasanya gatal sekali terutama pada malam hari. Hal ini yang memamcing saya sering batuk, akibatnya otot perut di bawah dada jadi keram. Kadang ketika batuk, kandung kemih ketekan sehingga air seni pun keluar tanpa bisa tertahan lagi.
Gejala yang kami alami sebenarnya terbilang ringan. Hanya saja batuk yang saya alami 2Pada hari ketiga, anak kami yang ketiga mulai merasa tidak nyaman. Tenggorokannya sakit dan kepala sedikit pusing. Kami mulai curiga jangan-jangan anak-anak mengalami sakit seperti suami. Semua gejala yang dialami sama. Anak kedua sudah tidak demam. Suami melakukan tes dan anak kedua. Qadarullah semua hasil tes reaktif. Saat itu kami sudah beranggapan bahwa yang sedang sakit terinfeksi virus covid. Untuk mencegah penularan kepada yang sehat, yang sakit tidur di lantai bawah. Untuk sementara saya menghentikan kegiatan masak karena dapur ada di lantai bawah. Tidak memungkinkan bayi, anak kami yang keempat ditinggal sendiri di kamar tanpa ada yang jaga.
Anak ketiga akhirnya mengalami demam tinggi seperti yang dialami suami dan kakaknya.
Lalu pada sore hari, anak pertama yang sedang puasa mengeluh kepala agak pusing dan tenggorokan tidak nyaman. Karena waktu berbuka tidak lama lagi, ia tetap melanjutkan puasanya. Pada malam hari, badannya sudah mulai hangat berlanjut demam tinggi seperti lainnya. Tidak lama berselang si bungsu bayi, badannya juga mulai hangat.
Akhirnya sisa saya yang bertahan dan berharap kondisi tetap fit.
Suami dan anak kedua berangsur pulih. Merek sudah tidak demam lagi, hanya ada batuk sesekali dan tenggorokan masih sakit. Kami bagi tugas, suami yang merawat anak pertama dan ketiga, saya fokus merawat bayi yang sedikit rewel karena merasa kurang nyaman. Alhamdulillah Aanak kedua sudah segar dan sempat mengikuti ujian hari terakhir.
Kami konsumsi obat sesuai kebutuhan saja seperti : obat demam, obat batuk, multivitamin, madu. Semua obat-obatan, supplemen kami pesan secara online di halodoc atau di K24. Untuk makanan kami pesan secara online juga.
Dengan terpaksa tidak ada yang berpuasa dulu.
Semua mengalami demam sekitar dua hari, termasuk bayi. Setelah demam reda, anak yang besar merasa tenggorokan sakit dan sedikit batuk.
Setelah sepuluh hari alhamdulillah suami dan anak-anak sudah pulih. Mereka sudah bisa mulai puasa. Barulah saya yang dapat giliran si virus.
Perasaan tidak nyaman, tenggorokan agak sakit. Pada malam hari badan saya mulai hangat tapi suhunya tidak begitu tinggi, suhu berkisar 37an derajat celcius.
Hal yang membuat paling tidak nyaman adalah badan dan sendi terasa pegal. Rasa pegal ini yang membuat saya sulit tidur. Perasaan menjadi lebih nyaman setelah minum obat paracetamol. Selain minum obat demam, saya juga konsumsi multivitamin. Ternyata vitamin ini memancing gas lambung saya akibatnya selera makan jadi kurang. Pada hari ketiga indra penciuman saya hilang. Demam dan badan pegal sudah tidak lagi, tapi maag dan batuk kering yang mulai muncul. Tenggorokan rasanya gatal sekali terutama pada malam hari. Hal ini yang memamcing saya sering batuk, akibatnya otot perut di bawah dada jadi keram. Kadang ketika batuk, kandung kemih ketekan sehingga air seni pun keluar tanpa bisa tertahan lagi.
Gejala yang kami alami sebenarnya terbilang ringan. Hanya saja bagi saya terasa berat karena tidak dapat istirahat total karena meskipun sakit tetap harus kelonin bayiPada hari ketiga, anak kami yang ketiga mulai merasa tidak nyaman. Tenggorokannya sakit dan kepala sedikit pusing. Kami mulai curiga jangan-jangan anak-anak mengalami sakit seperti suami. Semua gejala yang dialami sama. Anak kedua sudah tidak demam. Suami melakukan tes dan anak kedua. Qadarullah semua hasil tes reaktif. Saat itu kami sudah beranggapan bahwa yang sedang sakit terinfeksi virus covid. Untuk mencegah penularan kepada yang sehat, yang sakit tidur di lantai bawah. Untuk sementara saya menghentikan kegiatan masak karena dapur ada di lantai bawah. Tidak memungkinkan bayi, anak kami yang keempat ditinggal sendiri di kamar tanpa ada yang jaga.
Anak ketiga akhirnya mengalami demam tinggi seperti yang dialami suami dan kakaknya.
Lalu pada sore hari, anak pertama yang sedang puasa mengeluh kepala agak pusing dan tenggorokan tidak nyaman. Karena waktu berbuka tidak lama lagi, ia tetap melanjutkan puasanya. Pada malam hari, badannya sudah mulai hangat berlanjut demam tinggi seperti lainnya. Tidak lama berselang si bungsu bayi, badannya juga mulai hangat.
Akhirnya sisa saya yang bertahan dan berharap kondisi tetap fit.
Suami dan anak kedua berangsur pulih. Merek sudah tidak demam lagi, hanya ada batuk sesekali dan tenggorokan masih sakit. Kami bagi tugas, suami yang merawat anak pertama dan ketiga, saya fokus merawat bayi yang sedikit rewel karena merasa kurang nyaman. Alhamdulillah Aanak kedua sudah segar dan sempat mengikuti ujian hari terakhir.
Kami konsumsi obat sesuai kebutuhan saja seperti : obat demam, obat batuk, multivitamin, madu. Semua obat-obatan, supplemen kami pesan secara online di halodoc atau di K24. Untuk makanan kami pesan secara online juga.
Dengan terpaksa tidak ada yang berpuasa dulu.
Semua mengalami demam sekitar dua hari, termasuk bayi. Setelah demam reda, anak yang besar merasa tenggorokan sakit dan sedikit batuk.
Setelah sepuluh hari alhamdulillah suami dan anak-anak sudah pulih. Mereka sudah bisa mulai puasa. Barulah saya yang dapat giliran si virus.
Perasaan tidak nyaman, tenggorokan agak sakit. Pada malam hari badan saya mulai hangat tapi suhunya tidak begitu tinggi, suhu berkisar 37an derajat celcius.
Hal yang membuat paling tidak nyaman adalah badan dan sendi terasa pegal. Rasa pegal ini yang membuat saya sulit tidur. Perasaan menjadi lebih nyaman setelah minum obat paracetamol. Selain minum obat demam, saya juga konsumsi multivitamin. Ternyata vitamin ini memancing gas lambung saya akibatnya selera makan jadi kurang. Pada hari ketiga indra penciuman saya hilang. Demam dan badan pegal sudah tidak lagi, tapi maag dan batuk kering yang mulai muncul. Tenggorokan rasanya gatal sekali terutama pada malam hari. Hal ini yang memamcing saya sering batuk, akibatnya otot perut di bawah dada jadi keram. Kadang ketika batuk, kandung kemih ketekan sehingga air seni pun keluar tanpa bisa tertahan lagi.
Gejala yang kami alami sebenarnya terbilang ringan. Hanya saja bagi saya terasa berat karena tidak dapat istirahat total karena meskipun sakit tetap harus kelonin bayi lebih lama karena tidak dapat istirahat total sebab harus merawat bayi yang masih dalam masa pemulihan. Apalagi saya memiliki riwayat penyakit maag, yang memperparah kondisi tenggorokan saya (memancing ingin batuk). Dalam keadaan demikian saya tetap berusaha makan meskipun tidak ada selera makan sedikit pun. Konsumsi menu bubur ayam hangat atau bubur lainnya membantu menghadirkan selera makan, meskipun makannya belum seperti biasa.
Dari pengalaman terkena covid yang kemungkinan adalah varian omicron, ada beberapa hal yang dapat saya sarankan ketika menjalani isolasi mandiri di rumah :
- Tetap jalankan prokes
- Jangan panik
- Sediakan obat-obatan dan vitamin sesuai kebutuhan seperti : obat demam, obat batuk, multivitamin
- Sediakan suplemen tambahan jika diperlukan seperti : susu, madu
- Tetap makan makanan bergizi dan minum air putih secukupnya
- Sediakan alat oxymeter untuk jaga-jaga
- Jika memiliki dana, beli alat tes rta (rapid tes antigen) untuk lakukan tes mandiri
- Lakukan olah raga ringan dan berjemur pada matahari pagi.

Nah itulah beberapa hal yang kami lakukan selama menjalani isolasi mandiri di rumah. Semoga tetap diberi kesehatan bagi pembaca, dan diberi kesembuhan bagi yang sedang sakit.
Stay Helathy.....
Tangsel, 31 Mei 2022
Mom 4F

Senin, 30 Mei 2022

Disapa virus covid-19#1

Tahun 2022 adalah tahun ketiga terjadi pandemi covid-19. Menurut berita resmi sudah terjadi penurunan kasus, baik positif dan yang meninggal. Namun demikian pemerintah tetap menganjurkan menjaga prokes karena varian baru omicron masih beredar di Indonesia. Meskipun varian ini tercatat menimbulkan gejala ringan, tapi penyebaran virusnya sangat cepat.
Qadarullah pada hari keduabelas Ramadhan 1443H, tanggal 14 April 2022 suami tiba di rumah setelah melakukan perjalanan dinas dari Pekanbaru.
Sesampai di rumah beliau mengabarkan dirinya sedang demam, meriang sejak malam tadi. Kami semua langsung menggunakan masker. Untuk sementara suami beristirahat di ruang tamu lantai bawah menggunakan spare kasur yang ada. Pikiran kami langsung tertuju pada virus covid. Tidak lama dari suami tiba, anak kami yang kedua juga mengalami demam dan tenggorokan sakit. Saya manaruh curiga gejala yang dialami anak kedua adalah radang tenggorokan biasa. Alasan utamanya karena anak-anak ketika buka puasa langsung minum manis dan dingin. Jadi untuk sementara anak kedua saya minta istirahat di lantai dua di kamar tempat adiknya anak ketiga.
Kami berusaha tidak panik, melakukan isolasi mandiri meskipun belum terbukti bahwa gejala yang sedang dialami suami dan anak adalah covid.
Untuk menghemat tenaga dengan tidak perlu kontrol dan tes ke rumah sakit, saya minta suami order alat rapid test antigen (rta) secara online, termasuk obat dan vitamin untuk dirinya dan anak-anak.
Esok hari alat tes rta baru tiba. Semua melakukan tes kecuali saya dan bayi (si sulung). Diperoleh hasil tes : suami hasil tes reaktif, yang lainnya non reaktif. Semakin kuat dugaan kami bahwa suami terpapar virus covid, sedangkan anak kedua hanya sakit biasa saja. Kami lakukan konsultasi dengan ponakan yang berprofesi dokter terkait obat dan vitamin yang perlu kami konsumsi. Beliau menyarankan cukup minum obat demam, multivitamin, perbanyak minum dan makan makanan bergizi. Tidak perlu minum anti virus.
Saya juga menginformasikan berupa kirim foto tenggorokan anak kedua yang terlihat bengkak. Keluhan ini sebenarnya sudah berulang, terutama saat anak berusia kurnag dari 10 tahun. Ponakan memberi resep antibiotik untuk radang di tenggorokan anak kedua. Saya juga memberikan makan yang dimasak sendiri.
Suami mulai mengeluhkan rasa sakit pada tenggorokan, sehingga ia meminta dibuatkan bubur. Karena keluhan suami dan anak kedua hampir sama, maka menu bagi mereka saya samakan saja. Keduanya mengalami demam tinggi selama dua hari. Suami terpaksa melayani dirinya sendiri seperti mengompres badan saat suhu badannya naik. Sementara anak kedua dibantu memberi kompres air hangat oleh kakak pertama. Saya meminimalkan berinteraksi langsung dengan yang sakit karena harus menjaga kedua adik lainnya, terutama yang bayi.
Bersambung...
Tangsel, 30 Mei 2022
Mom 4F

Minggu, 29 Mei 2022

Manajemen Keuangan ala Keluarga Saya #9

Sungguh sebuah keputusan yang tidak saya sesali ketika saya membeli mesin jahit secara diam-diam. Alhamdulillah dana dari arisan yang saya ikuti di kantor suami cukup untuk membayar harga sebuah mesin portable dengan spesifikasi standar. Sengaja saya tidak meminta dana dari suami karena ragu apakah nanti mesin jahit itu benar-benar saya gunakan. Pengalaman sebelumnya, saya pernah minta dibelikan juicer, tapi saya rajin menggunakan alat itu hanya sebentar saja lalu barangnya tersimpan begitu saja hingga saat ini. Pak suami sempat bilang "ah bunda, panas-panas tai ayam kalau punya barang.  Daripada dikatai begitu lagi, lebih baik saya diam-diam membeli mesin jahitnya.
Setelah mesin sudah ada di rumah, ternyata beliau tidak protes sedikit pun. Bahkan ide agar membuat sarung kursi berasal dari dirinya. Mendapat ide seperti itu, saya merasa tertantang dan segera ingin membuatnya. Dibantu oleh seorang ibu dan juga sebagai penjahit kami mencari bahan ke pasar lalu membuat pola sarung kursi. Beliau cukup memberi gambaran lalu saya mengukur bagian-bagian kursinya dan membuat gambar pola.
Butuh dua hari untuk menyelesaikan 6 buah sarung kursi. Sesuai jumlah kursi makan yang ada di rumah. Bagi orang yang menggunakan mesin jahit high speed tentunya membuat produk seperti ini tidaklah lama.
Senang sekali dapat membuat sarung kursi dari bahan kaos (jersey). Sarung ini tetap kami gunakan sampai saat ini.
Niat mengajar jahit semakin kuat rasanya. Saya mulai bergabung di Rumah Belajar (Rumbel) Menjahit Ibu Profesional Pekanbaru pada tahun 2017. Modul belajar jahit sangat membantu untuk menjalankan kelas terutama saat materi ukur badan dan menggambar pola.
Target belajar saat itu adalah membuat gamis. Ada sekitar 4 atau 5 orang yang berhasil menyelesaikan projek membuat gamis. Sementara yang lainnya hanya mampu menyelesaikan projek pada tahap membuat pola. Berbagai kendala yang menjadi alasan sehingga terjadi seperti demikian.
Kelas-kelas berikutnya kami adakan dengan membuat produk zero waste seperti serbet dan holder, kantong belanja, pembalut kain, sarung bantal dan lain-lain. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengolah limbah kain menjadi barang yang bisa terpakai lagi. Kami juga melakukan make over baju lama jadi baju dengan model baru.
Saya berusaha menanamkan pemahaman kepada teman-teman di rumbel bahwa memiliki keterampilan seperti menjahit dapat bermanfaat dalam menambah pemasukan keuangan keluarga dengan cara menerima jasa menjahit atau membuat produk yang dapat dijual. Jika belum memungkinkan melakukan hal ini, maka keterampilan jahit dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sandang sendiri seperti seragam sekolah, gorden, tas, dan lain-lain. Manfaatnya mampu melakukan penghematan untuk biaya sandang.
Pada tahun 2019, dunia dilanda pandemi covid-19. Aktifitas berkumpul dilarang sehingga kegiatan belajar jahit terhenti. Biasanya teman-teman rumbel belajar jahit di rumah. Namun saat itu tidak memungkinkan. Kelas mengalami vakum selama satu bulan, akhirnya terpikir oleh saya bahwa kelas jahit bisa dijalankan secara online.
Saya menyiapkan materi belajar online dengan target produk membuat baju tidur anak perempuan. Materi berupa video tutorial yang terdiri dari beberapa tahap. Setiap video berdurasi 13 sampai 18 menit. Saya coba pasang iklan untuk kelas jahit secara online (berbayar). Alhamdulillah ada 3 orang peserta. Kelas kami adakan sebanyak 4 pertemuan disertai pendampingan melalui aplikasi whatsup. Semua peserta mampu membuat target produk meskipun kelas dilaksanakan secara online. Hal ini menjadi motivasi bagi saya bahwa mengajar jahit bisa kok dijalankan secara online. Media belajar online sudah sangat banyak yang free seperti aplikasi Zoom, Gmeet dan lainnya.
Tantangan pasti ada seperti masalah jaringan yang kurang lancar sehingga kualitas video jadi berkurang. Kendala seperti ini dapat diatasi dengan menyiapkan back up materi. Beberpa hal yang saya pelajari untuk mengadakan kelas online seperti aplikasi edit video, aplikasi zoom, dan lainnya.
Setelah menjalankan kelas online dan ternyata berhasil, saya terdorong untuk membuat kelas jahit secara online menjadi lebih profesional lagi dengan sistem peserta bisa memilih kelas yang diinginkan sesuai target produk yang akan dipelajari. Insyaa Allah my next project.

Tangsel, 29 Mei 2022
Mom 4F 

Jumat, 27 Mei 2022

Manajemen Keuangan ala Keluarga Saya #8

Alasan tidak ingin keterampilan jahit yang sudah baru didapatkan menjadi hilang, maka saya harus menambah jam terbang mendalami masalah dunia jahit. Lalu saya memutuskan ingin mengajar jahit krpada orang lain secara cuma-cuma.
Orang pertama yang saya ajak belajar bersama adalah salah seorang wali murida di sekolah anak kami ketika masih tinggal di Medan. Beliau sangat antusias ingin belajar jahit. Ternyata dulu, ia adalah buruh jahit tapi tidak bisa mengukur badan pelanggan dan membuat pola. Tanggung jawabnya di tempat kerja hanya menjahit bahan yang sudah tergunting.
Alhamdulillah kami berdua mulai belajar jahit dengan materi pertama adalah bagaimana cara mengukur badan. Esok hari, saya mencoba mengajak wali murid lainnya yang sedang duduk berkumpul di serambi mesjid menanti anak-anaknya pulang sekolah. Saya lakukan ini karena berpikir jika kami lebih ramai, ibu-ibu akan lebih semangat. Alhamdulillah satu-persatu ibu tersebut mulai bergabung. Kelas jahit saya adakan di rumah yang kebetulan letaknya tidak jauh dari sekolah.
Setiap hari ada saja ibu yang bergabung ingin belajar jahit. Akhirnya kelas terdiri dari 10 orang (kalau tidak salah) yang bergabung dan ingin belajar jahit.
Kami buka kelas sekali sepekan agar ibu-ibu masih bisa mengerjakan agenda lainnya. Beberapa diantaranya ada yang berjualan makanan dan minuman di sekolah sambil jemput anaknya pulang.
Sekali pertemuan kelas kami adakan selama 1 jam hingga 3 jam.
Saya mencoba menyederhanakan materi belajar agar pada setiap pertemuan pesera sudah menuntaskan satu materi. Seperti pertemuan pertama tentang mengukur badan, materi ini sedapatnya selesai pada pertemuan tersebut.
Pertemuan selanjutnya tentang membuat pola. Pada materi ini karena perlu pemahaman secara logis bagaimana hasil pengukuran badan diterjemahkan menjadi ukuran dan model pola dasar baju perempuan. Pada pertemuan kedua ini perlu penjelasan berulang sampai peserta benar-benar paham. Pada pertemuan ketiga adalah membuat pola lengan. Tingkat kesulitannya hampir sama membuat pola badan sehingga perlu penjelasan berulang juga. Akhirnya peserta sudah mulai paham membuat pola, tapi masih dengan pendampingan.
Saya sangat senang ketika menjalankan kelas jahit ini. Eh belum lagi masuk ke pertemuan berikutnya, suami mendapat SK (Surat Keputusan) pindah ke Pekanbaru. Terpaksa saya menyampaikan kepada ibu-ibu agar berlatih menggunting bahan (kain) sesuai pola yang sudah dibuat. Saya terpaksa tidak dapat lagi mengadakan kelas jahit karena harus kemas barang-barang untuk pindah. Sebenarnya saya tidak tega belum menuntaskan kelas jahit yang sudah terlanjur saya buka. Namun apa daya, tidak ada pilihan karena keputusan pihak dinas di tempat suami bekerja sudah memberikan waktu efektif di kantor baru.
Peserta belajar pun datang ke rumah untuk berpamitan dan menyampaikan rasa terima kasih mereka. Saya hanya menyarankan agar pelajaran dan praktek menjahit diteruskan di rumah masing-masing. Bisa belajar melalui youtube atau buku-buku tueorial menjahit bagi pemula.
Kami sekeluarga pun pindah ke Pekanbaru. Tidak begitu lama berada di sana, saya mulai membuat modul kelas menjahit. Saya berniat membuka kelas privat dan berbayar.
Alhamdulillah, ada yang mau belajar jahit meskipun tidak banyak. Kembali lagi, ternyata saya bukan tipe yang mengejar profit, lebih kepada rasa senang menjalani prosesnya. Beberapa peserta saya tidak kenakan biaya, sementara lainnya saya hanya minta dibayar dengan kain saja.
Semua peserta menjahit yang belajar di kelas yang selanjutnya saya beri nama usahanya "3F Sewing Class" mampu menyelesaikan materi dan praktek hingga menghasilkan gamis sesuai yang diinginkan. Pesan saya agar pembelajarannya tetap diulang di rumah agar tidak lupa.
Hal yang paling membahagiakan adalah peserta belajar yang di Medan ada 3 ibu yang berani membuka usaha jasa jahit hingga saat ini. Seorang dari ketiga ibu tersebut fokus pada membuat hijab, mukenah. Terakhir saya melihat laman medsos beliau baru mulai berani jahit baju jenis kaftan. Sementara dua ibu lainnya sudah sering menerima orderan jahit baju. Bahkan pelanggannya ada yang dari Malaysia, Alhamdillah.

Proses mengajar jahit memberi kebahagiaan tersendiri bagi saya. Saya tidak mempermasalahkan apakah ada bayaran atau tidak. Melihat peserta belajar mampu menghasilkan karya, hal itu sudah cukup membuat saya sangat senang. Dari hal inilah saya membangun personal branding diri bahwa saya mampu mengajar jahit bagi yang sangat pemula sekali pun. Teknik mengajar yang saya gunakan adalah berdasarkan pengalaman diri ketika belajar menjahit, bagaimana membuat teori yang ada menjadi sederhana sehingga tidak menyulitkan peserta untuk belajar teori maupun praktek. Sementara untuk masalah kerapihan jahitan, ini tergantung pada jam terbang setiap orang.
Bersambung....
Tangsel, 27 Mei 2022
Mom 4F

Rabu, 25 Mei 2022

Manajemen Keuangan ala Keluarga Saya #7

Membuat aksesoris masih terus saya lakukan. Saya coba membuat aksesoris jenis baru seperti gelang set dengan cincin tapi pakai rantai sebagai penyambung. Aksesoris semua jenis ini habis diborong oleh teman yang berada di kota lain.
Tangan saya terasa sudah mulai pegal karena banyak menjahit dengan jarum tangan. Lalu terpikir oleh saya ingin beli mesin jahit.
Alhamdulillah terima dana arisan, saya langsung gunakan uangnya untuk beli mesin jahit jenis portable.
Karyawan distributor memberi pelatihan tentang cara menggunakan mesinnya selama 1 pekan.
Tidak sulit mengoperasikan mesin jahit jenis portable, caranya sama saja dengan mesin jahit manual.
Waktu SMP saya sudah bisa menggunakan mesin jahit manual tapi hanya tahu mengecilkan rok, menjahit yang sobek, pasang lambang di baju seragam sekolah, itu saja.
Setelah punya mesin jahit, timbul keinginan bisa menjahit baju seperti gamis. Saya coba belajar secara otodidak lewat buku tutorial menjahit. Kemudian mengikuti pelatihan menjahit di kantor suami sambil belajar lewat youtube. Akhirnya saya bisa menjahit gamis. Saya masih belum percaya diri menerima jasa jahit pakaian, ditambah saya adalah tipe orang yang kurang nyaman berada dalan kontrol orang lain seperti harus dikejar waktu dari pelanggan dan masalah penentuan model pakaian yang tidak bisa bebas berekspresi. Nah hal ini yang menjadi alasan sehingga saya sering menolak permintaan orang lain menjahitkan bajunya.
Pernah saya coba membuat seprei dan menerima orderan dari teman. Alhamdulillah beberapa set seprei berhasil saya buat sesuai orderan teman dan mereka suka.
Ah sayang sekali saya tidak membuat pembukuan selama berjualan bros dan seprei. Saya tidak terlalu fokus pada masalah jumlah uangnya, tetapi saya sangat senang karena mampu membuktikan kepada diri sendiri bahwa ternyata saya bisa melakukan dan menghasilkan sesuatu selama saya mau bergerak.
Membuat bros saya hentikan ketika melihat pasar bros dari kain sudah mulai redup. Aksesoris jenis ini beralih ke jenis lain. Aktifitas menjahit tetap saya lanjutkan. Saya ingin menambah jam terbang agar hasil jahitan semakin rapih.
Beberapa kebutuhan sandang sudah bisa saya jahit sendiri seperti sarung kursi, taplak meja, gorden simpel, mukenah, pakaian untuk hari raya, dan lainnya.
Akhirnya saya mampu berhemat untuk biaya kebutuhan sandang seperti yang tersebut di atas.
Saya mulai berpikir bahwa saya hanya perlu menjahit produk ketika sedang kami perlukan. Jika menjahit pakaian setiap saat, maka lama kelamaan lemari tidak akan cukup menampungnya lagi. Hal ini pun menjadi pemborosan karena harus beli bahan dan perlengkapan menjadi sering.
Nah bagaimana agar saya tidak lupa keterampilan jahit jika tidak menambah jam terbang?
Tiiing.....muncul ide "saya perlu mengajar orang lain, bagaimana cara menjahit baju sendiri dengan mudah!".
Bersambung.....
Tangsel, 25 Mei 2022
Mom 4F

Selasa, 24 Mei 2022

Manajemen Keuangan ala Keluarga Saya #6

Sumber keuangan kami hanya berasal dari satu tempat yaitu gaji bulanan pak suami. Kadang saya tergoda ingin punya penghasilan sendiri, meskipun sebenarnya kami merasa kebutuhan sudah tercukupi dari penghasilan suami.
Terdorong oleh bunyi sepenggal ayat dalam Al Quran yang artinya "sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi yang lainnya".

Hidup layak memang membutuhkan biaya. Hanya saja tidak semua orang memiliki kesempatan, akses, kompetensi dan lain sebagainya agar memiliki pekerjaan yang baik untuk mendapatkan penghasilan yang layak sehingga memiliki kehidupan atau kesejahteraan yang layak juga.
Allah Maha Mengatur yang telah merancang ragamnya nasib dan pencapaian  bangsa dan manusia. Keberagaman ini pastilah punya tujuan mulia, yakni agar manusia di bumi dapat saling tolong-menolong dalam kebaikan. Menghindarkan diri dari sikap serakah, menguatkan rasa syukur, membangkitkan sikap empati dan saling berkasih sayang baik kepada manusia, alam maupun mahluk lainnya.
Hati saya semakin tergerak ingin memiliki penghasilan sendiri tanpa harus meninggalkan anak-anak yang masih kecil. Ingin merasakan bagaimana mendapatkan uang (pendapatan) yang bukan dengan cara bekerja sebagai karyawan (mendapat gaji dari perusahaan atau instansi).
Ada sebuah momen.....
Pada suatu hari, saya diajak teman ikut ke sebuah acara yang diadakan oleh sebuah komunitas. Nama komunitasnya Hijabermom Community (HmC). Komunitas ini tersebar di berbagai kota di Indonesia. Menjadi kesempatan juga bagi saya untuk mendaftarkan diri sebagai anggota komunitas. Acara yang diselenggarakan pada saat itu adalah talk show dan juga muslimah fashion show.
Acara seperti ini menjadi kesempatan bagi UMKM melakukan bazar. Berbagai produk bazar yang ditawarkan kepada pengunjung seperti : pakaian, aksesoris, makanan, kosmetik, buku, dan lain-lain.
Saya sempat membeli sebuah aksesoris, tuspin (tusuk pin) seharga Rp 7.000,-/pc. Dalam hati "wah mahal juga barang ini, tapi tetap laku terjual. Modalnya tidak seberapa dan cara membuatnya pasti tidak sulit!".
Tiba-tiba saya ingin membuat aksesoris kalau sudah tiba di rumah nanti. Bermodalkan kain perca yang ada, pin tusuk, beads (manik), alat jahit dengan tangan (waktu itu belum punya mesin jahit) serta lem silikon dan alat tembaknya. Tanpa menunda saya membuat sebuah tuspin dengan bahan tersebut. Karena menurut saya warna percanya belum bagus, jadi tuspin itu sebagai percobaan saja.
Keinginan membuat aksesoris semakin menggebu. Foto aksesoris yang dijual orang-orang di media sosial saya jadikan referensi. Selain itu, saya melihat tutorial bagaimana membuat jenis-jenis bros dari perca lewat youtube.
Saya mualai membeli beberapa bahan dan alat sesuai model aksesoris yang ingin saya buat. Sebagian dana operasional harian saya gunakan untuk biaya pengadaan ini. Setelah bahan sudah ada saya membuat bros kain pada saat anak yang paling kecil tidur siang. Dua kakak lainnya sudah tidak mau tidur siang, mereka lebih memilih bermain bersama di dalam atau di halaman rumah. Sekali-kali saya pantau mereka saja untuk memastikan keamanan dan keselamatannya.
Bayi kadang bisa tidur pulas 1 sampai 2 jam. Durasi ini sangat cukup bagi saya untuk membuat bros, yang kadang bisa menghasilkan 10 - 12 buah bros kain. Bros-bros yang sudah jadi saya foto kemudian pajang sebagai display picture bbm (blackberry massenger) sebagai iklan. Alhamdulillah bros langsung terjual habis. Keesokan harinya saya membuat lagi bros dengan model yang berbeda-beda. Begitu kegiatan saya seterusnya yang awalnya hanya iseng saja. Beberapa bulan saya menjalani aktifitas tersebut, membuat saya menjadi lebih mengenal diri. Ternyata saya bukanlah tipe orang yang berambisu mengejar untung (uang), tetapi lebih kepada menikmati pada proses membuatnya. Saya sangat senang membuat produk yang berbeda-beda tapi yabg sesuai keinginan saya. Bros tidak semuanya saya jual, ada yang saya berikan secara cuma-cuma kepada teman.
Bersambung....
Tangsel, 24 Mei 2022
Mom 4F

Senin, 23 Mei 2022

Manajemen Keuangan ala Keluarga Saya #5

Sudah merasakan manfaat melatih diri menabung dan berinvestasi secara terencana. Maksudnya dana untuk tujuan tersebut bukan dari sisa uang yang kita terima setiap bulan atau setiap periode tertentu. Kebiasaan ini membuat saya lebih terkendali dalam membelanjakan uang. Apalagi, sebenarnya saya sangat suka belanja, terutama pakaian-pakaian murah, aksesoris murah. Yah memang harganya murah tapi sering. Padahal barang-barang tersebut tidak juga sering terpakai. Hanya karena tergoda saat melihat iklan di media sosial dan atau di market place. Kebiasaan saya dulu yang suka beli barang murah, justru mendatangkan pemborosan untuk barang tertentu. Seperti sendal, sepatu, pakaian, dan lain-lain lebih cepat rusak. Akhirnya harus beli lagi.
Tentang kebiasaan belanja pakaian murah, hal ini yang menjadi dorongan sehingga saya ingin sekali bisa menjahit baju sendiri. Saat semangat-semangat belajar jahit sedang ada, saya langsung beli mesin jahit. Pada awalnya saya belajar jahit sendiri, lihat tutorial di buku. Dulu tutorial jahit di youtube belum banyak seperti sekarang. Karena merasa bingung sendiri, saya beserta ibu-ibu lainnya di perkumpulan wanita membuat kelas belajar jahit kilat. Kami dapat mentor seorang tailor. Kurang lebih 2 bulan kami belajar jahit, yaitu membuat gamis dan kemeja pria. Àlhamdulillah semua peserta sudah bisa menjahit meskipun beragam tingkat kemampuannya. Bagi yang masih sering mengulang praktek jahit di rumahnya akan kelihatan kemampuan jahitnya yang semakin berkembang.
Selesai belajar jahit di kelas tersebut, saya coba lanjutkan pembelajarannya. Saya belajar pada seorang ibu yang juga berprofesi tailor. Dari beliaulah saya dapat ilmu membuat pola baju wanita yang lebih detail lagi. Di rumah saya lancarkan cara mengukur badan, buat pola, gunting kain dan menjahit. Akhirnya ada banyak gamis orang dewasa dan anak yang sudah saya hasilkan. Dari yang jahitannya belum rapih sampai yang sudah halus.
Sejak bisa membuat baju sendiri saya tidak tertarik lagi beli pakaian seperti sebelumnya, kecuali pakaian yang berbahan kaos. Alasannya mesin saya kurang adaptif untuk menjahit bahan dari kaos.
Membuat pakaian sendiri berdampak pada besarnya pengeluaran menjadi berkurang. Jadinya saya memiliki kesempatan untuk menambah alokasi pada pos investasi. Penghematan juga terjadi ketika kita lebih sering memasak sendiri makanan di rumah ketimbang jajan. Apalagi kami ada banyak anak.
Oh iyah, untuk mengetahui tren pengeluaran dalam satu tahun, saya menggunakan aplikasi pencatatan keuangan. Sayangnya saya hanya bertahan beberapa bulan menggunakannya. Masih kurang disiplin melakukan pengimputan data transaksi. Saat ini saya ingin menggunakan aplikasi tersebut kembali. Tujuannya agar menjadi data pertimbangan pada pos mana yang sifatnya non produktif masih dapat ditekan dan pos mana yang sifatnya produktif masih dapat ditingkatkan.
Bersambung....
Tangsel, 23 Mei 2022
Mom 4F

Minggu, 22 Mei 2022

Manajemen Keuangan ala Keluarga Saya #4

Pada awalnya saya tertarik investasi emas berupa Logam Mulia Antam pada tahun 2012 karena melihat kegiatan arisan emas oleh teman-teman di kantor tempat saya dulu bekerja. Secara awam dalam hal ilmu keuangan yang saya ketahui saat itu, bahwa harga emas selalu naik, jadi jika dijadikan barang investasi kita tidak akan rugi asalkan menjual emasnya kembali pada waktu yang tepat.
Nah, berangkat dari pemahaman tersebut saya mulai berani beli emas ketika sudah memiliki anggaran yang cukup. Pada tahun 2012 harga emas masih lebih rendah dibanding sekarang. Saya menyisihkan dana sejumlah Rp 200 ribu - Rp 300an ribu setiap bulan. Tergantung jumlah anggota arisan saat itu. Pada periode pertama arisan ada 14 orang peserta arisan. Pada periode berikutnya kami batasi menjadi 12 peserta saja agar arisannya tidak terlalu lama. Tepat selesai putaran atau periode ke 4, saya membubarkan kelompok arisan karena alasan syar'i. Tidak ada kendala berarti selama menjalankan arisan emas ini. Bahkan banyak yang menyayangkan mengapa harus bubar.
Yah, kita harus mengutamakan kehati-hatian ketikan menjalankan muamalah seperti ini. Saya juga tidak terlalu paham fiqh mengenai arisan emas dan sejenisnya.

Saya melanjutkan kebiasaan menyisihkan dana setiap bulan untuk beli emas. Targetnya setelah 12 bulan saya wajib beli emas LM Antam. Untuk anggaran setiap bulan, jumlah dana yang saya sisihkan berdasarkan hasil perkirakan harga emas pada tahun berjalan beserta perkiraan kenaikannya kemudian dibagi 12. Aktifitas ini masih terus saya lakukan sampai sekarang. Kecuali saat pandemi covid-19, menabung dananya tetap, tapi belum berani ke toko emas untuk membeli emasnya.
Setelah keadaan sudah lebih baik, barulah membeli emas saya lakukan di toko terdekat.
Selain investasi emas, saya juga membuat tabungan setiap anak meskipun setoran tiap bulannya terbilang kecil. Saya lakukan ini untuk mendisiplinkan diri dalam menggunakan uang, tidak boros, tidak tergoda denga life style kekinian. Sebenarnya tiap anak sudah punya asuransi pendidikan, tapi rasanya beda jika kita simpan dananya pada akun bank sendiri karena nilai saldonya dapat kita pantau kapan saja. Saya memilih bank syariah untuk melakukan transaksi seperti menabung karena akadnya jelas serta berada dalam pengawasan Dewan Syariah.
Ketika sudah terhimpun sejumlah dana di rekening syariah, sebagian saya jadikan deposito berjangka. Saya juga sisihkan sebagian dananya untuk membeli Sukuk. Tertarik dengan surat berharga ol
negara (seperti sukuk) alasannya karena turut membantu pembangunan infrastruktur negara, tentunya hal ini bermanfaat dan ril. Selain itu masalah jaminan yang sepenuhnya ditanggung oleh negara.
Saya beli SBN (Surat Berharga Negara) baru dua kali. Yang kedua saat ini sedang berlangsung. Pemerintah melakukan pinjaman modal kepada masyarakat selama 3 tahun. Kemudian bagi hasil langsung disetor ke rekening nasabah setiap bulan. Pada tahun ke 3, barulah dana awal dikembalikan utuh ke rekening nasabah (penyetor dana).
Oh iyah, sekarang ini sudah banyak aplikasi e-pay yang memfasilitasi nasabah untuk melakukan investasi dengan modal yang sangat terjangkau. Beberapa bulan lalu saya coba gunakan dan membeli produk investasi syariah pada platform pasar modal tersebut. Aktifitas ini belum rutin saya lakukan karena saya berpikir hal ini bukanlah tabungan yang utama.
Bersambung....
Tangsel, 22 Mei 2022
Mom 4F

Sabtu, 21 Mei 2022

Manajemen Keuangan ala Keluarga Saya #3

Kami mulai menata keuangan keluarga, terutama dalam hal mindset. Saya butuh asupan ilmu dalam hal manajemen keuangan. Alhamdulillah, mendapat nikmat berupa karir suami yang berjalan baik. Beliau dan beberapa karyawan lainnya mendapat promosi menjadi pimpinan di kantor unit. Seperti pada instansi lainnya, biasanya tiap kantor mewadahi komunitas atau perkumpulan wanita yang terdiri dari istri pegawai dan karyawati. Organisasi ini bergerak dalam bidang sosial dan mengikuti aturan sesuai kebijakan dari pihak manajemen (dinas) dan organisasi induk. Karena suami adalah pimpinan pada kantor yang bersangkutan, maka saya sebagai istri diamanahkan sebagai ketua perkumpulan wanita tersebut. Kesempatan baik, maka saya beserta pengurus menyusun program kegiatan edukasi. Salah satu edukasi mengenai manajamen keuangan keluarga sesuai syariat Islam.
Tidak sulit menemukan pemateri dalam bidang ini. Seorang dosen UNP yang kebetulan adalah anggota perkumpulan namun berdomisili di unit lain. Beliau bersedia memenuhi undangan kami untuk memberikan edukasi terkait masalah pengelolaan keuangan keluarga muslim.
Dari pemaparan beliau, hal penting yang menjadi bekal saya hingga saat ini dalam mengelola uang antara lain:
- Cara menjaga kestabilan keuangan keluarga adalah dengan menambah sumber pemasukan. Jika hal ini belum memungkinkan maka yang paling dapat dilakukan adalah melakukan pengaturan keuangan seperti :
1. Tidak boleh lebih besar pengeluaran daripada pemasukan
2. Menabung minimal 10% dari pemasukan yang dilakukan sejak awal setiap bulan berjalan. Bukan memabung dari uang sisa
3. Merencanakan belanja agar pengeluaran terkendali
4. Kesempatan menabung adalah saat usia anak masih kecil dan kebutuhan biaya pendidikan belum tinggi serta pengeluaran lainnya
5. Menyiapkan dana darurat
6. Sedekah.

Sejak mendapat materi keuangan, menjadi momentum bagi saya untuk mulai berbenah dalam membelanjakan uang. Hal pertama yang kami lakukan adalah membuat tabungan pendidikan setiap anak. Alhamdulillah tabungan ini belum kami cairkan hingga saat ini.
Selanjutnya saya dan suami berbagi tugas. Untuk biaya yang sifatnya rutin, menjadi tanggung jawab saya. Jadi untuk mengetahui jumlah nominal kebutuhan biaya rutin, saya membuat catatan perkiraan pos pengeluaran dan biaya masing-masing setiap bulan. Total jumlah biaya pengeluaran tersebut ditambah kemungkinan ada perubahan harga menjadi patokan jumlah dana yang saya ajukan ke suami. Jadi suami tinggal transfer dana tersebut setiap bulan.
Pada tahun 2012 saya mulai melakukan investasi emas LM bersama teman kuliah lainnya. Kami lakukan arisan emas. Namun pada tahun 2016 saya hentikan karena ternyata emas harus dibeli dari dana tunai, bukan dari hasil hutang. Sementara arisan adalah dana hutang dengan konsep himpun dana dari anggota setiap periode waktu yang disepakati. Hasil kumpulan dana setiap periode diterima seluruh anggota secara bergilir. Jadi selama semua anggota belum menerima dana maka uang yang diterima masih sifatnya hutang.
Demi ketenangan diri dan hati serta meninggalkan keraguan, maka saya putuskan membubarkan kelompok arisan tersebut. Tentu saya sampaikan alasan seperti di atas. Beragam respon dari anggota karena sudah merasa nyaman menjalani arisan ini. Kami sudah terbiasa dan disiplin menyisihkan dana setiap bulan untuk target membeli emas Logam Mulia (LM) di daerah masing-masing.
Namun saya tetap wajib menghentikan kegiatannya. Kebiasaan disiplin menyisihkan dana untuk beli emas dapat kami lanjutkan, tapi dikelola masing-masing.
Alhamdulillah kebiasaan ini saya teruskan. Target emasnya juga tidak besar, yakni 5 - 10gr setiap 10 - 12 bulan. Jumlah yang disisihkan menyesuaikan anggaran yang tersedia.
Bersambung...
Tangsel 21 Mei 2022
Mom 4F

Kamis, 31 Maret 2022

Manajemen Keuangan ala Keluarga Saya #2

Pengunduran diri dari tempat bekerja saya lakukan atas kehendak sendiri. Saya dan suami tidak ingin hidup terpisah ditambah belum punya anak sepeninggalnya bayi kami yang pertama. Sumatera Barat, Padang tempat kerja baru suami bukanlah daerah yang dekat dari Makassar. Perlu dua kali naik pesawat untuk menjangkaunya. Tentu dengan jarak seperti ini pasti berpengaruh pada kondisi keuangan kami. Pilihan saya resign pastinya juga mempengaruhi besar income kekuarga kami jadi berkurang. Memilih tetap bersama suami walaupun harus kehilangan pekerjaan dan pemasukan adalah pilihan yang tepat. Saya yakin rezeki tidak akan kemana. Toh mencari tambahan income tidak harus menjadi karyawan di perusahaan orang lain. Kebetulan dulu saya bekerja sebagai staf di bagian maintenance dan engineering pada sebuah industri pangan di Makassar.

Alhamdulillah kami mulai resmi berstatus perantau. Tepat tahun 2007 menjadi warga pendatang di Padang, Sumbar. Tiga anak kami lahir, masing-masing lahir pada tahun 2008, 2010, 2011 dan yang bungsu lahir pada tahun 2021.
Ketika anak saya masih kecil-kecil, kami belum concern pada masalah pengaturan keuangan. Kami beli apa saja yang kami butuh dan inginkan, selama rekening tidak kosong dan masih ada saldo buat ongkos mudik. Prinsip keuangan kami benar-benar masih sangat primitif. Jauh dari perencanaan. Hingga pada satu titik dimana kami mulai memperhatikan nominal yang ada di rekening kami. Kok yah angkanya begitu-begitu saja padahal suami sudah bekerja sekian tahun, yang boleh dibilang jumlah gaji yang diterima suami, seharusnya lebih dari cukup. Tidaklah sulit menyisihkan sebagian untuk menabung.
Akhirnya kami mulai diskusi, mengidentifikasi pada pos mana kami melakukan pemborosan. Ternyata perilaku boros sebenarnya ada pada saya. Terutama saat ke toko perlengkapan bayi. Yang parah hampir setiap pekan saya ajak suami ke toko ini. Saya paling senang kalau sudah berada di sana. Pakaian dan mainan lucu ada saja yang terbeli.
Suami juga tidak pernah membatasi, karena ia juga senang melihat pernik bayi. Jadi apa saja yang sudah masuk keranjang dan yang diambil anak karena sudah bisa memilih mainan pasti kami belikan. Waw sungguh kebiasaan yang tidak disadari membuat kami lupa untuk memikirkan hal yang lebih penting kedepannya.
Suami mulai prihatin dan mengajak saya agar lebih disiplin dalam memggunakan uang. Beliau mengajak agar dalam sebulan ada yang bisa disisihkan dari gaji sebagai tabungan.
Saya juga mulai merasa bersalah, karena seharusnya sebagai perempuan yang lebih mampu melakukan pengelolaan keuangan. Ah sudahlah, yang telah terjadi kami jadikan pembelajaran. Kami komit untuk membiasakan diri agar lebih disiplin lagi memperlakukan uang.
Hal pertama yang saya lakukan adalah membuat pencatatan semua pengeluaran setiap hari. Nanti direkap setiap akhir bulan sehingga tahu berapa pengeluaran dalam sebulan.
Bersambung...
Tangsel 31 Maret 2022
Mom 4F

Senin, 28 Maret 2022

Manajemen Keuangan ala Saya #1

Boleh dikatakan saya tidak memiliki bekal ilmu pengaturan keuangan kecuali melihat cara mama saya mengatur keuangan di keluarga ketika masih bersamanya. Uang yang saya miliki tidak pernah berlebih untuk bisa saya gunakan sesukanya seperti makan di tempat mahal apalagi beli pakaian atau barang-barang khas yang dimiliki perempuan. Alhamdulillah sejak dulu kami sudah ditanamkan dengan pola hidup dibawah penghasilan. Tidak perlu gengsi menggunakan barang-barang lungsuran dari saudara atau beli dari pusat tempat jual barang preloved yang biasanya didatangkan dari luar negeri. Harga barang seperti ini sangat murah tapi barangnya masih sangat layak digunakan.
Meskipun demikian terkadang muncul keinginan untuk merasakan kuliner yang sering diiklankan di televisi. Ah pasti rasanya enak. Setelah kuliah, barulah dapat merasakan menu yang diidamkan itu. Inipun karena ditraktir kakak.
Selepas kuliah, Alhamdulillah dapat pekerjaan dan punya gaji, yuhhuuu. Disinilah saya mulai merasa merdeka untuk belanja. Barang pertama yang saya beli setelah punya gaji adalah handphone. Pastinya beli jenis handphone (hp) biasa saja, yang penting fungsinya. HP pertama saya adalah Nokia xxxx, lupa yang tipe berapa. Layarnya masih hitam putih. Tulisannya masih bentuk string. Saat itu sudah banyak hp bagus tapi mahal. Saya memutuskan beli yang sesuai budget yang tanpa menghabiskan seluruh gaji, karena setiap bulan saya mewajibkan diri untuk mengirim ke orangtua di kampung. Mereka sebenarnya tidak minta, bahkan punya gaji pensiun sebagai pns.
Pada masa masih kerja, saya belum terpikir untuk menabung apalagi berinvestasi. Setiap terima gaji, yang terpikir adalah memberi kepada orang tua, saudara yang masih kuliah. Prinsip saya saat itu, biarlah habis toh saya gunakan bukan untuk berfoya-foya.
Hampir 2 tahun saya bekerja di sebuah industri, akhirnya mendapat lamaran dari kakak angkatan yang sekarang menjadi suami saya.
Sebelum menikah, yang beliau tanyakan adalah jumlah gaji saya, berapa besar pengeluaran saya sebulan. Yah, saya jawab apa adanya. Lalu ia tanya, apakah saya bersedia berhenti dari pekerjaan setelah menikah?
Saat itu, tanpa berpikir panjang saya jawab saja iya. Saya yakin dengan dirinya bahwa akan bertanggungjawab atas segala konsekwensi jika saya berhenti dari pekerjaan saat itu.
Setelah kurang lebih 1 tahun bersama, beliau dapat SK mutasi kerja ke pulau Sumatera tepatnya ke Padang.
Saya tidak punya gambaran sama sekali tentang pulau ini kecuali daerahnya rawan gempa. Berhubung kami baru saja kehilangan bayi (wafat) ketika suami mendapat SK, maka tanpa pikir panjang lagi saya ajukan pengunduran diri di tempat kerja. Jadi saya bekerja selama kurang lebih 2 tahun.
Bersambung.....
Tangsel, 28 Maret 2022
Mom 4F

Selasa, 22 Maret 2022

Menjalani peran sebagai asisten lab#4

Dari peristiwa saya tersengat listrik, menjadi sebuah pengalaman tersendiri. Saya belum bisa melupakan seperti apa rasanya, meskipun besarnya sengatan yang ada saat itu bukanlah sumber tegangan yang cukup besar. Mungkin kejadian seperti ini sudah biasa bagi asisten lain, namun bagi saya terutama setelah menikah, kejadian tersebut sering teringat kembali. Setiap saya berhadapan dengan peralatan listrik baru, atau peralatan yang sudah lama, yang muncul pertama adalah bayangan rasa tersengat listrik seperti yang terjadi di lab. Saya cenderung takut dan ingin menghindari untuk menggunakan peralatan tersebut
Namun tidak ada pilihan, maka saya berusaha menghadapi rasa takut ini dengan mengambil langkah atau prosedur agar tidak tersengat listrik, misalnya memastikan bagian peralatan yang bertegangan tidak terbuka, saya menggunakan pelapis atau pelindung tangan, alas kaki ketika menggunakan peralatan listrik yang sudah lama. Pengalaman yang tidak nyaman itu sebenarnya memberikan 2 hal bagi saya, hal positif yaitu saya menjadi lebih berhati-hati ketika hendak menggunakan alat listrik. Hal negatif yaitu saya sering overthinking terhadap keamanan sebuah peralatan sehingga memakan waktu saat memulai menggunakan alat listrik.
Saya mencoba menerima keadaan ini dan berusaha menghadapi ketakutan yang hadir ketika menjalankan alat atau mesin listrik.

Rasa takut tersengat listrik sebenarnya lebih mempengaruhi saya ketika sudah berumah tangga. Saat masih sebagai asisten, saya mampu menyikapi hal tersebut dengan biasa-biasa saja. Mungkin salah satu sebab saya jadi trauma karena sering mendengar langsung kabar tentang kecelakaan kerja (tersengat listrik) yang dialami pegawai di perusahaan listrik. Ada yang bisa selamat ada juga yang meninggal di tempat.
Yah, listrik memang sebuah zat yang tidak terlihat oleh kasat mata namun tenaga yang dihasilkan cukup besar. Itulah mengapa orang memanfaatkan listrik untuk berbagai keperluan yang harus selalu disertai alat pelindung atau pengaman yang handal.
Kami sebagai asisten cukup memahami hal seperti ini.
Prosedur yang harus dipenuhi praktikan sebelum mulai praktek mutlak dilaksanakan. Jika persyaratan safety tidak lengkap atau tidak sesuai, maka tidak ada toleransi praktikan langsung batal ikut praktikum. Membangun perilaku disiplin seperti ini selalu ditegakkan dan tentunya kami sebagai asisten lab yang memberi contoh terlebih dahulu.
Karakter disiplin sangat diperlukan dalam bidang apa pun, tidak hanya dalam dunia kerja saja. Bahkan dalam rumah tangga saya merasakan pentingnya membangun karakter disiplin sejak dini. Sikap 'semau gue' yang berlawanan dengan disiplin dapat mengacaukan diri dan juga orang lain yang terlibat kerjasama dengan diri kita.

Jadi saya sangat bersyukur kepada Allah, yang sudah menggerakkan hati, pikiran dan badan saya untuk memutuskan bergabung menjadi asisten laboratorium teknik energi. Bisa saja, saya tetap ingin berada pada zona nyaman saat itu, tidak perlu memikirkan banyak hal agar waktu lebih berguna bagi kepentingan diri sendiri.
Ternyata dengan menjadi asisten lab, saya belajar bagaimana melayani praktikan, memastikan kebutuhan untuk praktek mereka terpenuhi, melakukan penjadwalan antara waktu kuliah, mengawas, asistensi, administrasi praktikum dan lainnya.
Alhamdulillah banyak hal yang saya alami, pelajari ketika menjadi asisten. Leadership skill juga turut terbangun dengan melihat bagaimana mengelola sebuah corps agar tetap kompak, bertanggung jawab pada peran masing-masing.
Saran saya bagi adik-adika mahasiswa(i), ikutlah salah satu atau beberapa kegiatan kemahasiswaan yang memang gue banget. Tapi ingat kegiatannya tetap terukur sehingga tidak komplikasi dengan jadwal kuliah adik-adik.
****
Tangsel 22 Maret 2022
Mom 4F

Selasa, 15 Maret 2022

Menjalani peran sebagai asisten lab#3

Pada setiap percobaan, praktikan perlu memperhatikan petunjuk gambar. Untuk percobaan yang resiko bahayanya lebih besar biasanya kami asisten lebih banyak yang mengeksekusi merangkai peralatan. Praktikan cukup membantu memilih dan memgambilkan semua peralatan. Asisten memperlihatkan contoh cara merangkai antar komponen, bagaimana menyiasati jika salah satu alat rusak. Sambil merangkai, asisten juga menjelaskan proses listrik yang sedang terjadi untuk setiap perlakuan misalnya jika tegangan masuk dinaikkan, bagaimana pengaruh pada kecepatan motor, berapa arus yang melalui penghantar, dan seterusnya.

Sungguh kaya akan pengalaman ketika kita menjadi asisten lab. Keinginan untuk melakukan riset terhadap timbulnya gejala listrik yang tidak lazim menjadi keseruan tersendiri. Kami dan praktikan juga sering terlibat diskusi karena munculnya banyak pertanyaan pengandaian. Kadang di penghujung diskusi dapat menemukan jawaban, tak jarang pula menjadi PR bagi praktikan untuk memancing rasa ingin tahu mereka dan berusaha mencari jawabannya.

Satu peristiwa yang saya alami dan tak bisa terlupakan. Peristiwa itu menyisakan trauma bagi saya. Ketika berperan sebagai koordinator praktikum bagi anak D3, saya menjadi pengawas praktikum percobaan Motor DC. Tanpa semgaja saya menggemgam ujung jumper yang sedang bertegangan. Bukan main kagetnya, karena saya sempat kena setrum, bersyukur jumper bisa saya lepas segera sambil berteriak tanpa sadar. Alhamdulillah, karena sejak awal siapa saja yang masuk lab diwajibkan memakai sepatu, yang merupakan salah satu cara untuk mengurangi resiko terkena setrum.
Setelah kejadian, saya sedikit malu karena sebagai asisten kok lupa memastikan bahwa penghantar yang sedang bertegangan seharusnya tidak asal sentuh bagian yang menghantar. Sungguh saya lupa memastikan karena ingin percobaan segera berakhir. Sampai sekarang, kejadian sengatan listrik itu masih terasa.
Tentunya setelah kejadian, percobaan tetap saya teruskan. Meskipun dalam hati ada rasa gentar, namun saya tetap terlihat tenang di depan praktikan. Biar terlihat seperti tidak terjadi apa-apa, padahal kejadian tersebut sangat meninggalkan jejak di memori saya.
Saya jadikan peristiwa itu sebagai bahan pembelajaran juga bagi praktikan. Hal-hal apa saja yang perlu dilakukan sebelum melakukan penyambungan atau pemutusan rangkaian.
Bersambung....

Senin, 14 Maret 2022

My Home Team #4

Ada rasa berat meninggalkan tempat tinggal kami di Pekanbaru, terutama kondisi dan sikap warga perumahan yang sangat baik. Tinggal disana selama 4 tahun membuat hubungan kami dan tetangga sudah seperti keluarga. Anak-anak juga sangat betah berada dan tinggal di perumahan. Namun perjalanan hidup dan skenario Allah yang selalu berlaku. Kali ini, tepat usia adik bayi (bungsu) baru 1 minggu suami sudah efektif berkantor di Jakarta. Setelah bayi berusia 2 bulan lebih barulah kami, satu keluarga pindah.
Alhamdulillah mendapat jadwal penerbangan sekitar jam 10.00an. Kondisi di bandara lumayan ramai tapi tidak seramai ketika belum pandemi.
Saya yang menggendong bayi sedikit ada rasa cemas padanya, takut jikalau tertular virus covid karena belum bisa pakai masker. Alhamdulillah semua orang baik penumpang maupun petugas bandara sangat ketat dalam menjalankan prokes.

Barang-barang sudah masuk bagasi, anak-anak bertanggung jawab terhadap barangnya masing-masing. Setelah beberapa tahun merasakan perjalanan tanpa harus membawa tentengan barang lebih, kali ini kembali merasakannya kembali. Bersyukur sekali suami dan anak-anak mau saling bantu. Mereka bergantian bawa tas berisi barang keperluan adik bayi.
Tidak begitu lama menunggu, kami dan penumpang lainnya melakukan boarding. Saya yang masih takut naik pesawat, mencoba tenangkan diri dengan baca doa, dzikir dan olah nafas.
Sepanjang perjalanan, Alhamdulillah adik bayi tenang. Padahal sebelumnya saya sudah khawatir kalau take off dan landing bayinya akan rewel karena merasa tidak nyaman pada kupingnya. Bersyukur sekali, bayi lebih banyak tidur dan mimi selama di pesawat.

Alhamdulillah touch down Jakarta. Inilah hari pertama kami memulai fase hidup baru, di tempat baru. Banyak kegalauan yang menghantui pikiran saya. Terutama masalah penularan virus covid di daerah padat seperti Jakarta. Apakah nantinya kami benar-benar tidak bebas kemana-mana? Bagaimana kelanjutan imunisasi bayi saya? Saya belanja bahan dapur dimana?
Coba berpikir positif dan optimis, insyaa Allah dengan bersama kami bisa tinggal di kota ini. Kota yang terkenal dengan kemegahan gedung dan pusat tempat belanja sekaligus terkenal akan kemacetannya.
Bismillah kami tiba di rumah kontrakan, berlantai 2. Cukup luas rumahnya, terdiri 4 kamar. Masing-masing lantai ada 2 kamar.
Karena pertimbangan keadaan masih pandemi, kami putuskan tidak memakai asisten rumah tangga. Kami berbagi tugas untuk menangani pekerjaan domestik. Saya tidak akan sanggup jika mengerjakannya sendiri.
Bersyukur sekali suami mau turun tangan menyelesaikan pekerjaan di rumah sebelum berangkat kantor. Beliau juga tidak pakai supir, sehingga jika ingin kemana-mana harus tunggu suami bisa antar. Sampai saat ini saya belum berani menyetir di tempat baru karena banyak faktor.
Kami menikmati keadaan dan ritme sehari-hari yang tanpa art. Anak-anak menjadi terlatih menjalankan tanggung jawabnya sesuai tugas hariannya masing-masing. Sedang sekolah daring, ujian dan lainnya tidak menjadi alasan untuk melalaikan tanggung jawab, kecuali sedang tidak sehat.
Alhamdulillah sampai saat ini kami tetap menjalankan rutinitas seperti ini, sudah menikmati dan mulai terbiasa menjalaninya. Tidak lagi merasa berat seperti saat awal-awal menjalani ritme baru.
Paling sesekali anak-anak menunda, namun mereka tetap mengerjakan pekerjaannya.
Sebuah keadaan yang memaksa kami semua untuk keluar dari zona nyaman. Yang selama ini menikmati full service ada asisten rumah tangga, supir yang kapan saja sudah standby melayani kami.
Pilihan kami untuk keluar dari zona itu, tiada lain demi melatih anak-anak memiliki keterampilan hidup dan tentunya bagi diri saya juga. Beginilah kisah kami dalam memulai dan memperkuat TIM di keluarga kami. Insyaa Allah kedepannya semakin kompak dan mampu menjadi TIM yang bergrade A, tidak hanya proyek dalam rumah saja, tetapi kami juga memiliki dan melakukan proyek yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar, aamiin.
****
Tangsel, 14 Maret 2022
Mom 4F

Minggu, 13 Maret 2022

My Home Team #3

Ponsel saya berdering, ternyata suami yang telpon. Hari itu adalah hari terakhir berpuasa. Ada rasa sedih karena Ramadhan tinggal hitung beberapa jam akan berakhir. Nuansa di bulan Ramadhan memang berbeda dari bulan lainnya. Ada ketenangan dan ingin tetap berlama-lama berada dalam suasananya.
Hari itu saya dan anak-anak sudah menyiapkan diri akan lebaran secara terpisah dengan suami, sebagai akibat tidak bisa terbang dari Jakarta.
Tiba-tiba pagi itu beliau telpon kemudian mengabarkan bahwa dirinya sudah boarding menuju Pekanbaru. Antara percaya dan tidak mendengar kabar darinya. Lalu saya sampaikan kepada anak-anak tentang hal ini. Bukan main senangnya mereka terutama si gadis kecil. Ia sudah lama menanti kedatangan ayahnya.

Menyambut hari raya Idul Fitri kali ini berbeda dengan sebelumnya. Saya tidak lagi menyiapkan menu selengkap biasanya karena sebagian besar peralatan dapur sudah kami packing beserta barang lainnya. Rencananya dua hari setelah lebaran kami boyongan pindah ke Jakarta (Tangsel). Jauh hari kami sudah nyicil packing barang, terutama yang tidak digunakan sehari-hari. Sebagian sudah dibawa ke Tangsel saat bawa mobil suami kesana oleh supir kantor.

Alhamdulillah suami tiba di rumah sekitar jam 10.00 pagi. Beliau hanya sempat simpan barang dan membersihkan badannya, lalu berangkat ke kantor untuk acara siaga malam Idul Fitri seperti tahun-tahun sebelumnya. Ritme seperti ini sudah hal biasa bagi kami keluarga pelayanan publik. Di saat orang lain libur hari raya, justru di bagian pelayanan adalah hari kerja demi kelangsungan pelayanan kebutuhan listrik. Bahkan bisa dihitung jari berapa kali mudik sejak merantau. Sebelum pandemi, kami lebih memilih minta orang tua yang datang ke kota tempat kami, selama mereka mau dan kondisi fisik mereka masih memungkinkan naik pesawat. Menjadi kegembiraan tersendiri bagi kami saat bisa berkumpul bersama orang tua di perantauan.

Hari raya Idul Fitri tiba yang disambut veriah oleh umat Islam dimana pun meski masih dalam kondisi pandemi. Warga perumahan melaksanakan shalat Idul Fitri secara berjamaah dengan menggunakan jalan sebagai tempat shalat. Anak-anak dan suami ikut shalat berjamaah. Sehari lagi kami akan pindah, jadi waktu sehari itu kami manfaatkan merampungkan barang yang belum ter-packing, terutama alat makan dan buku-buku pelajaran anak-anak. Sementara barang yang berukuran besar seperti lemari, mesin cuci, dan lainnya akan dikemas oleh pihak ekspedisi setelah kami sudah berangkat. Tes antigen untuk semua juga sudah dilakukan. Alhamdulillah semua hasilnya negatif.
Bersambung....
Tangsel, 13 Maret 2022

Minggu, 06 Maret 2022

My Home Team #2

Sebuah keadaan yang tidak pernah terduga terjadi, saat sedang butuhnya asisten rumah tangga (art) karena baru melahirkan dan masuk bulan suci Ramdhan, ditambah suami berada di kota lain, tiba-tiba kami dirundung musibah atas musibah yang menimpa art kami. Saya yakin Allah telah menetapkan rencanaNya yang pasti baik bagi kami.
Sejak detik itu, ritme aktifitas kami berubah total. Saya maupun anak-anak menyadari dan menerima keadaan bahwa tidak bisa lagi menggantungkan segala urusan domestik kepada art. Urusan tersebut adalah menjadi tanggung jawab kami sepenuhnya, tinggal bagaimana menjalankannya di tengah jadwal sekolah daring anak dan saya yang baru saja melahirkan.
Bagi saya sendiri awalnya terasa berat karena membayangkan bahwa betapa repotnya melakukan bermacam urusan domestik sambil mendampingi anak sekolah dan merawat bayi yang masih merah. Tapi tak ada pilihan selain menghadapi keadaan.
Yang membuat saya bersemangat adalah anak-anak tidak mengeluh atau mengajukan protes sedikit pun ketika saya menyampaikan agar setiap orang melakukan tugas yang saya tawarkan. Tanpa saya nasehati bahwa kita harus kerjasama, mereka sudah paham sendiri keadaan yang sedang terjadi.
Alhamdulillah atas keadaan ini.

Saya sempatkan masak lauk untuk makan sahur pertama. Kami tidak terbiasa membeli lauk jadi seperti yang banyak dijajakan di market place. Sebelum pindah ke tempat yang sekarang, saya belum pernah menggunakan aplikasi gojek, grab maupun aplikasi belanja lainnya. Benar-benar belum paham dan memang tidak mau tahu cara menggunakannya. Saya masih nyaman belanja di warung dengan cara pesan melalui WA, nanti diantarkan barangnya oleh si pemilik warung. Dulu, art yang langsung belanja ke warung seminggu sekali atau setiap bahan dapur sudah habis.

Namun sejak art tak ada lagi, akhirnya merasa butuh menggunakan aplikasi belanja online. Pada saat benar-benar tidak sempat masak atau bahan dapur sudah habis, saya baru melakukan belanja online seperti makanan jadi dan atau makanan beku. Sementara untuk kebutuhan bahan dapur, masih bisa menitipkan ke pemilik warung, hanya saja tidak bisa mengantar cepat karena harus meladeni pembeli terlebih dahulu. Sesekali saya titip belanja sama tetangga ketika mereka pergi ke warung.
Ah selalu ada jalan di tengah keterbatasan.

Setiaph hari, anak-anak sudah inisiatif menjalankan tugasnya seperti: cuci piring, nyapu-pel, jemur kain, masak nasi. Si bungsu karena masih kecil dan sedang puasa, lebih sering mendapat tugas menjaga adik ketika saya masak untuk buka puasa. Yang mulai terpikirkan adalah untuk masak sahur. Alhamdulillah ketika waktunya mau sahur bayi lebih sering tidur nyenyak, sehingga anak-anak bisa menikmati sahur dengan menu yang mereka senangi. Beberapa kali saja ia terbangun, sehingga masak sahur dilanjutkan oleh abang yang paling besar.
Abang kadang mendatangi saya di kamar untuk memastikan apakah saya bisa masak atau harus dengan bantuannya. Terima kasih abang, kamu sudah menunjukkan rasa empati dan bisa kami andalkan di saat sulit seperti waktu itu.
Ritme ini kami jalani hampir selama bulan puasa. Sempat 2 minggu ada yang bantu separuh hari, kemudian ia ijin harus pulang kampung karena ibu mertuanya sakit keras.
Akhirnya masing-masing kembali melakukan tugas dalam rumah serta saling kerjasama.

Jauh sebelum hari lebaran, suami berencana pulang sebelum larangan mudik berlaku, kecuali bagi mereka ada dinas. Di tengah penantian hari dimana suami seharusnya sudha bisa pulang, tiba-tiba beliau memberi kabar bahwa kemungkinan belum bisa pulang karena terkena covid.
Jujur saya langsung syock, sedih dan kecewa "mengapa harus terjadi dalam waktu bersamaan?". Saya bahkan lupa menyakan keadaannya lagi karena merasa ia sudah berjanji akan pulang untuk lebaran bersama, baru boyongan pindah ke tempat yang baru.
Ah lagi-lagi rencana harus berubah.
Tanpa saya sadari, saya marah kepadanya padahal sedang sakit. Ya Allah.....
Saya memang masih mengalami gejala baby blues. Kadang suka menangis tiba-tiba karena merasa berjuang sendiri. Suka muncul rasa cemas yang berlebihan terhadap kondisi bayi, takut jikalau terjadi hal buruk terutama pada malam hari. Pada masa-masa inilah yang paling menyita energi saya.
Namun saat tak ada art, pikiran saya lebih banyak teralihkan ke urusan dalam rumah, apalagi anak-anak sedang puasa, Alhamdulillah gejala baby blues perlahan mulai reda.

Rasa sedih dan kecewa pada keadaan, karena kemungkinan besar kami merayakan idul fitri secara terpisah. Jika menanti masa karantina suami dan hasil pcr harus negatif 2 kali maka ia tidak bisa lagi pulang akibat aturan larangan mudik oleh pemerintah.
Yang membuat semangat adalah anak-anak, terutama abang sulung. Ia bilang ke saya "buat apa sedih, kan bisa video call atau zoom!".
Ternyata anak-anak lebih tegar menjalani situasi ini. Mereka lebih santai, mereka hanya sedih ketika mengetahui bahwa suami terkena covid dan sedang isolasi di rumah sakit.
Alhamdulillah suami tidak mengalami gejala berat. Sempat demam 2 hari, setelah mendapatkan perawatan dan minum obat sudah berangsur pulih. Tidak sampai 5 hari kondisi fisik beliau sudah kembali normal. Namun karena harus menunggu tes pcr setelah 2 minggu sejak dirawat, sehingga beliau tidak bisa langsung pulang ke rumah. Alhamdulillah pada minggu kedua hasil tes pcr negatif sehingga beliau sudah bisa pulang ke rumah. Sesuai aturan di kantor, beliau masih harus karantina dulu. Pada pekan berikutnya hasil tes pcr beliau negatif. Alhamdulillah sudah 2 kali tes hasilnya negatif.
Di hari terakhir puasa, tiba-tiba telpon suami masuk. Saya sudah menyiapkan diri bakal dapat kabar yang mungkin tidak nyaman. Kami sudah pasrah dan ikhlas bahwa lebaran kali ini, kami merayakannya terpisah. Suami di Tangerang sementara kami di Pekanbaru.
Bersambung....
Tangsel 06 Maret 2022
Mom 4F

Sabtu, 05 Maret 2022

My Home Team

Sebenarnya defenisi kata tim (team) bahkan contoh bentuk pelaksanaannya sudah tidak asing lagi bagi kita. Bahkan sejak di bangku sekolah dasar kita sudah diajarkan bagaimana bekerja secara tim, atau lebih dikenal secara berkelompok. Bekerja secara tim atau berkelompok dalam lingkungan sekolah, semakin naik tingkat jenjang sekolahnya tentu semakin profesional cara pelaksanaannya.
Yang paling nyata penerapan kerja tim ketika mengikuti lomba pertandingan olah raga, misalnya olahraga sepak bola. Setiap regu terdiri dari 12 orang pemain yang memiliki tugas dan peran masing-masing. Meskipun peran yang dijalankan berbeda namun sama-sama memiliki tujuan yang sama, yakni bekerja sama untuk mencetak gol (goal).
Nah cerita pengantar di atas bagaimana kaitannya terhadap home team di keluarga saya?
Yuk, silahkan simak cerita saya selanjutnya.
Jauh sebelum saya mengikuti pelatihan "A" Home Team Facilitator oleh founder Ibu Profesional Pak Dodik Mariyanto dan Ibu Septi Peni Wulandani, saya pernah membuat  Vision Mision Board keluarga. Lebih tepatnya "Family Strategic Planning". Hanya saja, board itu tinggal menjadi dokumen karena saya tidak paham bagaimana harus memulainya.
Hingga tibalah ada pengumuman kelas pelatihan "A" Home Team Facilitator dibuka. Saya mendaftarkan diri, tujuannya adalah untuk mewujudkan visi misi keluarga yang sudah pernah saya tuliskan dulu di board tersebut.
Qadarullah, sepekan setelah saya melahirkan suami mutasi kerja ke kota lain, terpaksa kami tinggal berjauhan untuk sementara waktu, sambil menanti usia bayi kami lebih aman untuk naik pesawat barulah kami ikut pindah semua.
Sementara untuk kelas pelatihan dimulai setelah beberapa pekan berikutnya. Butuh perjuangan khusus untuk dapat mengikuti kelas tersebut. Jadwal kelas bertepatan dengan waktu menidurkan bayi yang kadang memakan waktu lama, sehingga saya tidak selalu bisa hadir di kelas tepat waktu. Ini adalah tantangan, namun tidak menyurutkan niat saya untuk mencari ilmu. Bersyukur materi kelas dapat kami saksikan rekamannya, sehingga tidak ketinggalan materi. Hanya saja tidak bisa menikmati diskusi saat materi live berlangsung.

Materi awal dibawakan oleh Pak Dodik Mariyanto tentang "bagaimana menilai potret keluarga sendiri, apakah sudah disebut sebagai TIM atau KERUMUNAN".
Materi ini sungguh menjadi self plak bagi diri saya. Ternyata selama ini kurang memperhatikan sehingga tidak menyadari bahwa keluarga adalah juga sebuah organisasi terkecil, dimana didalamnya perlu keteraturan, kerjasama (tim) sehingga apa yang menjadi tujuan berkeluarga dapat tercapai. Bukan hanya menjadi slogan menjadi keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah, yang sering kita ucapkan atau mendapatkan ucapan dengan kalimat tersebut.
Apa yang membuat saya jadi seperti tertampar?
Baik, saya akan menuliskan indikator pembeda bagaimana potret keluarga yang benar-benar sudah sebagai TIM atau masih sebagai KERUMUNAN.
Jika mengambil contoh aktifitas pada sekumpulan orang seperti berikut:
Sepakbola adalah TIM;
Pasar adalah KERUMUNAN.
Berikut adalah tabel indikator perbedaan pada keduanya:
Berdasarkan pada tabel di atas maka ada 5 poin penting yang perlu kita periksa. Sudah sejauh mana menerapkan masing-masing poin indikator tersebut di dalam keluarga.
Bagaimana membuat potret keluarga apakah keadaannya cenderung seperti TIM atau KERUMUNAN?
Caranya adalah pertama-tama membuat diagram garis datar. Pada titik tengah garis tempatkan angka 0. Buat angka 1 sampai 5 untuk panah arah ke kanan, begitupun untuk panah arah ke kiri. Bubuhkan identitas arah panah ke kanan adalah sepak bola atau TIM, sementara arah panah ke kiri adalah pasar atau KERUMUNAN.
Mari mulai mengecek setiap indikator. Masing-masing indikator beri tanda lingkaran dengan warna berbeda sesuai yang diinginkan atau berupa angka. Indikator yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. TUJUAN
2. KOMUNIKASI
3. STRATEGI
4. TRAINING & DEVELOPMENT (PENDIDIKAN)
5. EVALUASI & MONITORING

Berikut hasil pemetaan potret keluarga saya pada saat latihan di kelas tersebut, seperti pada gambar berikut :
Sejujurnya saya memberi penilaian pada beberapa poin indikator masih terpaksa dibuat sedikit ideal. Namun kenyataan yang saya rasakan adalah masih perlu perbaikan, seperti pada masalah KOMUNIKASI dan STRATEGI. Untuk poin lainnya sudah terlaksana dengan bobot lumayan. Artinya masih perlu terus melakukan perbaikan seiring usia masing-masing anggota keluarga serta perubahan lingkungan dimana kami berada.
Berdasarkan penilaian inilah, saya berkomitmen untuk membenahi masalah KOMUNIKASI terlebih dahulu, terutama komunikasi diri saya pribadi bersama anak-anak dan suami (komunikasi keluarga). Bertepatan sekali dengan tantangan yang ada di kelas BUNSAL. Saya dan tim mengangkat masalah KOMUNIKASI bersama Digital Native sebagai isu yang kami jadikan bidang concern untuk mendapatkan solusi secara bersama.

Beberapa langkah yang saya lakukan untuk mengenalkan konsep TIM kepada keluarga sendiri. Infografis mengenai potret keluarga kami saya bagikan di WA grup keluarga. Harapannya, minimal suami lihat dan baca. Saya tidak menyertakan kalimat-kalimat menasehati atau mengajak beliau agar mau menjalankan konsep ini, namun saya hanya membuat narasi secukupnya tentang hasil potret keluarga kami berdasarkan konsep yang sudah saya dapatkan di kelas. Suami tidak memberi komentar apa pun, namun saya percaya beliau adalah tipe orang yang tidak sulit mengikuti suatu hal yang menurutnya juga baik.
Pada suatu hari, kerja TIM dalam keluarga kami benar-benar teruji. Sehari memasuki bulan suci Ramadhan, tiba-tiba ibu yang bantu kerja di rumah mengalami kecelakaan lalu lintas. Beliau tertabrak sepeda motor yang mengakibatkan tulang paha dan tangannya patah. Motor yang dipakai mengalami rusak berat.
Saya yang belum ada sebulan melahirkan, ditambah suami sedang berada di kota lain tentunya sangat merasa kehilangan salah satu support system saat itu. Maka yang menjadi support system adalah anak-anak.

Alhamdulillah ibu sudah mendapat bantuan dan tertangani dengan baik di rumah sakit terdekat. Saya hanya bisa memantau keadaan beliau dengan menelpon suami beliau.
Untuk urusan dalam rumah, segera kami bertindak dengan melakukan pembagian tugas pada setiap anak. Alhamdulillah anak-anak sangat koperatif, padahal sejak mereka bayi kami belum pernah lepas sekalipun dari bantuan asisten rumah tangga. Meskipun demikian, saya tetap melatih anak-anak bagaimana melakukan pekerjaan-pekerjaan dalam rumah, seperti menggunakan kompor dan memasak, menggunakan mesin cuci, menyapu-pel, dan lain-lain baik bagi anak perempuan maupun laki-laki.
Dalam kondisi terpaksa itulah, hal apa saja yang sudah pernah saya latihkan kepada mereka, sangat berguna. Anak-anak juga paham dengan keadaan, bahwa kami tidak mungkin lagi bergantung kepada art. Alhamdulillah mereka paham dan mau melakukan tugasnya masing-masing tanpa diperintah lagi. 
Bersambung....
Tangsel 06 Maret 2022
Mom 4F


Rabu, 02 Maret 2022

Menjalani peran sebagai asisten lab#2

Saya sangat menikmati rutinitas yang saya jalani sebagai asisten lab. Beberapa perubahan baik yang terjadi pada diri saya, antara lain: lebih percaya diri, motivasi belajar dan baca buku meningkat, waktu lebih bermanfaat, kesempatan luas untuk belajar sama asisten senior.
Niat awal yakni ingin menambah wawasan serta untuk menumbuhkan rasa percaya diri, alhamdulillah dapat terwujud. Ada rasa lega dalam diri ini bisa terlepas dari rasa tidak percaya diri yang cukup menghambat saya agar lebih berani mengambil peran dalam kegiatan kemahasiswaan.
Sejak menjadi asisten lab, saya merasa lebih berdaya. Banyak hal pentimg lainnya yang ikut terbangun seperti: manajemen waktu, kemampuan komunikasi, leadership, teamwork, curiousity, dan lainnya. 

Semua asisten lab bergilir menjadi koordinator praktikum. Saya sempat mendapat peran sebagai koordinator praktikum mesin-mesin listrik untuk anak D3. Salah satu konsekwensi menjadi koordinator praktikum adalah siap mendampingi lebih banyak jumlah praktikan dibanding dengan asisten lainnya. Kadang asisten yang sedang menjalani kerja praktek lapangan (KPL), praktikannya dioper ke koordinator. Jadi koordinator pulang atau keluar dari ruang lab lebih sore dari yang lainnya, itu sudah hal biasa. Jika praktikum tidak dapat ditunda, sementara bertepatan dengan jadwal kuliah, dengan terpaksa asisten absen kuliah pada jam itu. Namun saya tipe yang tidak tega meninggalkan jam mata kuliah, kecuali untuk mata kuliah yang menurut saya bisa dipelajari sendiri.

Kami sesama asisten saling atur. Bergantian mengawas praktikan. Yang tidak mendapat jadwal mengawas bisa mengikuti kuliah dan kami yang mengawas titip diisikan presensi list, jangan ditiru yah!
Saya sudah mendampingi praktikan untuk semua jenis percobaan kecuali satu percobaan, yaitu percobaan tegangan tinggi. Jenis percobaan ini butuh ketenangan dan kehati-hatian yang tinggi.
Percobaan yang paling simpel yakni percobaan trafo atau transformator. Trafo yang digunakan adalah trafo mini dimana terdapat sejumlah terminal sebagai posisi tap lilitan trafo. Untuk percobaan hubungan lilitan trafo 3 fasa, yakni hubungan Y, Delta dan Zigzag. Praktikan melakukan pengukuran tegangan output pada masing-masing ketiga jenis hubungan lilitan. Membandingkan perbedaan tegangan output yang terbaca.
Bersambung.....

Selasa, 01 Maret 2022

Menjalani peran sebagai asisten lab#1

Apa aja sih aktifitas seorang asisten lab?
Ternyata banyak, jadwal praktikum cukup padat.
Setiap semester selalu ada peserta praktikum. Praktikan tidak hanya berasal dari kampus regional, ada juga dari kampus extension. Biasanya peserta yang berasal dari luar, mereka adalah karyawan di perusahaan yang melanjutkan kuliah misalnya dari D3 lanjut ke jenjang S1. Kami sebagai asisten baru pun, masih ada beberapa jadwal praktikum pada semester-semester berikutnya.
Kami asisten baru hanya boleh mendampingi praktikan menjalankan praktik yang sudah kami jalankan (lulus).
Saya baru tahu bahwa ada privilege yang kami dapatkan jika menjadi asisten di lab. Hak istimewa itu antara lain:
- Memiliki kewenangan turut menyusun modul praktikum, kartu kontrol beserta anggaran biaya yang harus ditanggung setiap praktikan
- Mengelola biaya operasional
- Mendapat honor secara berkala dari jurusan
- Mendapat kesempatan luas untuk mengikuti beberapa program undangan seperti seminar, pelatihan, dan lain-lain
- Pengalaman sebagai asisten lab diakui

Untuk labiratorium teknik energi, didalamnya terdapat beberapa cabang lab lagi, antara lain :
1. Lab mesin-masin listrik
2. Lab relay dan proteksi
3. Lab pengukuran daya dan instalasi listrik
4. Lab tegangan tinggi
Masing-masing lab memiliki beberapa tahap percobaan (praktikum). Misalnya untuk lab mesin-mesin listrik terdapat percobaan :
- Motor (sinkron, asinkron, AC, DC(
- Generator (sinkron, asinkron, AC, DC)
- Transformator 1fasa dan 3fasaqb
Masih banyak jenis percobaan lainnya yang terdapat pada lab selanjutnya.

Pada awal bertugas sebagai asisten, tentunya saya menambah jam lagi untuk belajar materi terkait sebagai persiapan. Kami sangat membuka diskusi dengan praktikan karena pada dasarnya baik asisten maupun praktikan sama-sama sedang belajar. 
Yang paling menyenangkan, ketika mendapati praktikan yang kritis, rasa ingin tahunya cukup tinggi. Tak jarang praktikan yang tipe ini menjadi partner diskusi yang asik, selama masing-masing pihak menjadikan momen praktik sebagai kesempatan menambah wawasan, bukan untuk unjuk kemampuan yang bisa berujung saling menjatuhkan.
Ketika saya mendampingi praktikan menjalani responsi materi, sejak awal menyampaikan pada mereka tentang adab menuntut ilmu, begitu pun bagi diri saya.
Dulu sebelum jadi asisten, sering dengar kabar tentang kesangaran asisten di lab bawah. Infonya mereka tidak segan membatalkan praktikan saat responsi bahkan sebelum responsi dilakukan, mungkin hanya kekurangan perlengkapan atau hal lainnya sehingga yang bersangkutan tidak bisa ikut praktikum. Motivasi asisten melakukan hal ini macam-macam. Yang bisa saya simpulkan setelah menjadi asisten, salah satu motif perlakuan asisten seperti itu adalah terkait adanya laporan perilaku praktikan tertentu yang dianggap kurang baik di mata senior.
Alhamdulillah selama menjadi asisten tidak pernah membatalkan praktikan jika tidak terdapat pelanggaran yang benar-benar terkait dengan aturan serta kesiapan dari segi penguasaan materi untuk mengikuti praktikum.
Bersambung...
Tangsel, 1 Maret 2022
MOM 4F

Minggu, 27 Februari 2022

Hari-hariku sebagai anak kuliah#3

Hari yang dinantikan telah tiba. Pengumuman kelulusan menjadi asisten laboratorium teknik energi. Ruang kuliah agak berjauhan dari ruang lab. Ruang kuliah ada di lantai 3 dan 4, sementara posisi lab berada pada gedung di seberang lantai dasar (bawah). Karena posisi lab ada di bawah, mahasiswa lebih sering menamai lab bawah.
Hari itu kami kompak menuju ke lab bawah untuk melihat pengumuman. Sudah terpasang pengumuman dan ucapan selamat kepada yang lulus menjadi asisten. Antara percaya dan tidak, ada nama saya di lembaran tersebut. Alhamdulillah, senangnya bukan main. Pada jaman itu belum ada handphone (hp), mungkin masih terhitung jari yang memiliki hp di Indonesia pada saat itu. Sehingga untuk memberi kabar tentang suatu hal kepada orang tua di kampung harus lewat surat yang dititipkan ke supir travel. Untuk bisa menitip surat ke supir, kita harus ke terminal antar kota terlebih dahulu. Kecuali jika kebetulan travel tersebut ada pengantaran kiriman atau penumpang di kost (pondokan).
Waktu itu saya sudah mulai masuk semester 5. Pada semester 3 sebelumnya, saya pindah kost. Pilihannya adalah kost, mahasiswa biasa menyebutnya pondokan. Mungkin karena bangunannya berupa rumah panggung, kemudian di bawah dibuatkan lagi beberapa kamar.
Pertimbangan saya pindah dari kost sebelumnya, biaya sewa yang lumayan mahal ditambah masih harus naik angkot ke kampus. Setelah ngekost selama 1 tahun akhirnya saya memutuskan pindah ke tempat yang lebih dekat dari kampus, cukup jalan kaki saja.
Kebetulan pada saat saya semester 3, adik saya yang bungsu sudah kuliah juga dan diterima di D3 Teknik Elektro.
Nah, di semester 5 ini kebutuhan biaya kuliah bagi kami : saya, adik dan kakak kedua yang melanjutkan kuliah di extension terasa sudah semakin berat. Salah satu pilihan agar lebih hemat, kami pindah tempat tinggal ke rumah keluarga. Rumah tersebut sengaja diperuntukkan bagi siapa saja keluarga yang sedang menuntut ilmu. Sebenarnya sudah lama kami ditawari agar tinggal di sana, tapi karena pertimbangan jarak ke kampus masih lumayan jauh akhirnya urung untuk menerima tawaran itu.
Namun kali ini, orang tua menyarankan agar kami bertiga tinggal di satu tempat, yah di rumah keluarga tersebut.
Karena rencana kepindahan itu, mama datang dari kampung untuk membantu kami dan membeli keperluan tambahan. Setelah menyampaikan niat kami kepada pemilik rumah melalui mama, akhirnya saya dan adik pun pindah. Sementara kakak kedua, sejak awal kuliah sudah tinggal di rumah itu.

Pada kesempatan mama datang itulah baru saya sampaikan tentang diterimanya saya menjadi asisten lab. Terlihat ia senang dan mengucapkan Alhamdulillah begitu mendengar kabar dari saya.
Mama tidak lama menemani kami yang baru pindah karena harus pulang untuk menemani dan mengurus ayah di kampung. Ditambah beliau tidak betah berada di tempat lain karena merasa tidak bebas beraktifitas seperti yang ia lakukan jika berada di kampung.

Kami cukup nyaman dan tenang tinggal di rumah itu. Sebuah rumah batu berlantai 2. Yang perempuan tinggal di lantai 2, yang laki-laki tinggal di lantai bawah.
Awalnya penghuni hanya kami bertiga, lama kelamaan setiap tahun penghuni bertambah termasuk anak dan cucu pemilik rumah itu sendiri. Alhamdulillah jadi ramai.
Hari-hari kuliah saya bahkan menjelang menikah saya tinggal di rumah itu.
Bersambung....
Tangsel 27 Pebruari 2022
Mom 4F

Sabtu, 26 Februari 2022

Hari-hariku sebagai anak kuliah#2

Tiba hari dimana kami yang mendaftar sebagai calon asisten laboratorium teknik energi untuk angkatan 1998. Kalau tidak salah yang mendaftar ada 7 apa 8 orang termasuk saya. Pendaftar perempuan hanya saya seorang, selebihnya adalah laki-laki.

Pada sesi pertama kami mengikuti tes tulis dan presentasi berupa penguasaan materi. Kami dibagi dalam beberapa kelompok. Jujur saya sangat grogi selama mengikuti proses tes calon asisten, bukan karena perlakuan dari asisten senior, melainkan karena dari dalam diri saya sendiri. Perasaan tidak percaya diri sangat mengganggu performa saya ketika harus menjelaskan atau presentasikan materi yang diminta. Dengan sekuat daya, pikiran berusaha tetap fokus, menampilkan dan menyampaikan pengetahuan yang saya ketahui. Sebelumnya saya telah mempersiapkan diri dengan mereview kembali materi-materi praktikum yang sudah dijalankan. Alhamdulillah sesi pertama telah kami lalui. Saya tidak berharap banyak, apapun hasilnya saya sudah siap. Sudah ingin menjalani proses dan menghadapinya adalah sebuah prestasi bagi saya yang selama ini memilih menghindar dari tantangan. Keraguan dan ketakutan mengenai apakah saya pantas atau tidak melakukannya, yang selama ini menjadi penghambat bagi diri saya untuk berbuat. Pelan-pelan saya merasa mampu tepis mental block itu, meskipun belum seluruh blocknya terbuka. Saya butuh awalan dorongan yang cukup kuat untuk melangkah mendobrak pintu penghalang mental saya. Bukan hal yang nyaman dilalui namun harus tegar melewatinya.

Esok hari adalah tes terakhir, yakni tes wawancara. Salah satu fase yang tak kalah membuat hati saya berdegup kencang. Kali ini, wawancara dilakukan seorang diri menghadapi semua asisten senior. Yang terpikir "ah bagaimana saya memberi jawaban strategis nantinya, kekurangan saya adalah komunikasi. Apakah nantinya saya bisa berpikir tenang jika suasana hati saya tidak mampu saya kendalikan (sangat grogi). Bismillah, ya Allah beri saya ketenangan!"
Deg....nama saya dipanggil dari dalam bilik tes wawancara. Beberapa peserta sudah selesai, dan tentunya mereka sudah tenang karena sisa menanti pengumuman.
Saya duduk di depan asisten senior. Mereka duduk hampir setengah lingkaran. Kaki tangan saya jadi dingin, seperti seorang terdakwa yang siap mendengarkan dibacakan vonis hukuman yang diberikan. Duh saya masih terjebak dalam over thinking. Saya coba baca dzikir, doa memohon pada Allah agar diberi ketenangan dan mampu berbicara dengan tenang dan lancar.
Pertanyaan pertama mulai diajukan oleh seorang asisten yang terkenal sangar. Hati saya langsung ciut. Pertanyaan yang ia ajukan tentang apa motivasi saya sehingga ingin mendaftarkan diri sebagai asisten. Tentu saya jawab secara singkat bahwa ingin mengembangkan diri, dan lebih memperdalam ilmu-ilmu terkait materi yang dipraktekkan. Satu hal yang membuat saya ragu pada jawaban itu, bukan pada isi kalimat melainkan cara atau wajah dan gesture saya ketika berbicara. Saya merasa sangat buruk ketika berbicara di depan orang banyak. Kekurangn saya ini benar-benar saya akui dan terima, jika hal tersebut menjadi sebab saya tidak lulus, maka saya sudah siap.
Pertanyaan berlanjut kepada asisten lainnya, dan yang membuat saya senang mereka sepertinya paham bahwa saya sedang grogi sehingga memilih mengajukan pertanyaan yang lebih santai, ataukah tes wawancara ini hanya formalitas seperti yang saya dengar samar-samar di lantai atas sana.
Akhirnya sesi tes wawancara selesai. Tak lupa saya ucapkan terima kasih disertai senyum yang sedikit dipaksa karena grogi. Oh iyah, di antara asisten yang mewawancarai kami, salah satunya adalah suami saya kemudian haha. Hal yang membuat saya cukup tenang hari itu adalah saya telah membuktikan kepada diri saya sendiri, bahwa saya telah mampu mendobrak sedikit pintu ketakutan, keraguan yang selama ini menyebabkan saya merasa tidak percaya diri, merasa tidak berdaya.
Benar sekali bahwa tidak ada perang yang paling menakutkan kecuali perang terhadap diri sendiri. Dan saya mampu melewati perang itu meskipun saya sendiri belum yakin apakah itu sebuah kemenangan.
Bersambung....
Tangsel 26 Pebruari 2022
Mom 4F

Family Strategic Planning (FSP) 2025 Part 2

  Pada 11 Januari 2025, Sabtu kemarin adalah perdana kami lakukan forum keluarga secara sengaja untuk membahas peta keluarga. Sehari sebelum...