Manajemen Keuangan ala Keluarga Saya #2
Pengunduran diri dari tempat bekerja saya lakukan atas kehendak sendiri. Saya dan suami tidak ingin hidup terpisah ditambah belum punya anak sepeninggalnya bayi kami yang pertama. Sumatera Barat, Padang tempat kerja baru suami bukanlah daerah yang dekat dari Makassar. Perlu dua kali naik pesawat untuk menjangkaunya. Tentu dengan jarak seperti ini pasti berpengaruh pada kondisi keuangan kami. Pilihan saya resign pastinya juga mempengaruhi besar income kekuarga kami jadi berkurang. Memilih tetap bersama suami walaupun harus kehilangan pekerjaan dan pemasukan adalah pilihan yang tepat. Saya yakin rezeki tidak akan kemana. Toh mencari tambahan income tidak harus menjadi karyawan di perusahaan orang lain. Kebetulan dulu saya bekerja sebagai staf di bagian maintenance dan engineering pada sebuah industri pangan di Makassar.
Alhamdulillah kami mulai resmi berstatus perantau. Tepat tahun 2007 menjadi warga pendatang di Padang, Sumbar. Tiga anak kami lahir, masing-masing lahir pada tahun 2008, 2010, 2011 dan yang bungsu lahir pada tahun 2021.
Ketika anak saya masih kecil-kecil, kami belum concern pada masalah pengaturan keuangan. Kami beli apa saja yang kami butuh dan inginkan, selama rekening tidak kosong dan masih ada saldo buat ongkos mudik. Prinsip keuangan kami benar-benar masih sangat primitif. Jauh dari perencanaan. Hingga pada satu titik dimana kami mulai memperhatikan nominal yang ada di rekening kami. Kok yah angkanya begitu-begitu saja padahal suami sudah bekerja sekian tahun, yang boleh dibilang jumlah gaji yang diterima suami, seharusnya lebih dari cukup. Tidaklah sulit menyisihkan sebagian untuk menabung.
Akhirnya kami mulai diskusi, mengidentifikasi pada pos mana kami melakukan pemborosan. Ternyata perilaku boros sebenarnya ada pada saya. Terutama saat ke toko perlengkapan bayi. Yang parah hampir setiap pekan saya ajak suami ke toko ini. Saya paling senang kalau sudah berada di sana. Pakaian dan mainan lucu ada saja yang terbeli.
Suami juga tidak pernah membatasi, karena ia juga senang melihat pernik bayi. Jadi apa saja yang sudah masuk keranjang dan yang diambil anak karena sudah bisa memilih mainan pasti kami belikan. Waw sungguh kebiasaan yang tidak disadari membuat kami lupa untuk memikirkan hal yang lebih penting kedepannya.
Suami mulai prihatin dan mengajak saya agar lebih disiplin dalam memggunakan uang. Beliau mengajak agar dalam sebulan ada yang bisa disisihkan dari gaji sebagai tabungan.
Saya juga mulai merasa bersalah, karena seharusnya sebagai perempuan yang lebih mampu melakukan pengelolaan keuangan. Ah sudahlah, yang telah terjadi kami jadikan pembelajaran. Kami komit untuk membiasakan diri agar lebih disiplin lagi memperlakukan uang.
Hal pertama yang saya lakukan adalah membuat pencatatan semua pengeluaran setiap hari. Nanti direkap setiap akhir bulan sehingga tahu berapa pengeluaran dalam sebulan.
Bersambung...
Tangsel 31 Maret 2022
Mom 4F
Komentar
Posting Komentar