Di sisi lain saya bersyukur karena yang awalnya rajin belajar karena ingin menghindar dari pekerjaan rumah, ternyata kebiasaan itu jadi menyenangkan bagi saya. Suatu waktu saya sangat ingin ikut kursus bahasa Inggris di kota lain, lokasinya tidak begitu jauh dari kampung saya. Namun kondisi ekonomi keluarga saat itu, tidak memungkinkan untuk bisa membayar biaya kursus. Ditambah dua orang kakak saya sedang kuliah yang tentunya perlu biaya yang tidak sedikit. Saya pun menemukan cara agar bisa belajar sendiri. Kami punya radio di rumah yang bisa menangkap siaran AM. Kebetulan TV tua yang ada di rumah, sudah lama rusak dan tidak menjadi prioritas untuk membeli TV baru. Dari radio tersebut saya cari siaran radio chanel : BBC London, Suara Netherland, aduh lupa nama chanel lainnya. Saya catat jadwal kapan ada acara pelajaran bahasa Inggris, bahasa Belanda dan berita. Senang dengar berita karena menggunakan bahasa asing. Meskipun saya tidak begitu paham apa yang diucapkan oleh pembaca berita. Dengan setia mendengarkan beritanya hingga selesai. Sambil berhayal saya sedang berada di negara tersebut. Oh iyah saya sempat mengirim surat ke alamat stasiun kedua radio tersebut. Alhamdulillah senangnya bukan main ketika mendapat qbalasan berupa kartu dan buletin. Sayang pada waktu itu belum punya smartphone untuk mengabadikan gambar kartu ucapan dan buletinnya. Biasanya surat siswa-i yang masuk, dipajang di jendela kaca ruang guru. Siapa saja yang melintas di depan ruang tersebut bisa mengetahui siapa yang sedang mendapat kiriman surat. Kadang surat saya diambilkan oleh teman satu kelas, kemudian kita baca ramai-ramai. Serasa surat milik bersama.
Begitu banyak kenangan masa SMA, jika dituliskan semua tidak akan cukup dalam waktu semalam menuliskannya. Mudah-mudahan pada edisi khusus saya bisa menuliskan ulang secara lebih lengkap.
Alhamdulillah pada tahun 1998, saya dan semua teman satu angkatan dinyatakan lulus ujian SMA. Bahagia mengetahui kabar tersebut. Ini bertanda kami akan berpencar melanjutkan etape kehidupan kami masing-masing. Mungkin ada yang memilih atau terpaksa tidak melanjutkan pendidikan, ada yang pergi merantau dan ada juga yang menikah bagi yang sudah bertemu jodohnya.
Sementara saya sendiri harus memikirkan dan mempersiapkan segala sesuatunya. Pertanyaan yang terlintas dalam pikiran saat itu "apakah diri ini bisa berjodoh masuk ke perguruan tinggi negeri?". Kalau tidak, terancam tidak bisa kuliah.
Bersambung......
Tangsel, 07 Januari 2022
Mom 4F