Manajemen Keuangan ala Keluarga Saya #4
Pada awalnya saya tertarik investasi emas berupa Logam Mulia Antam pada tahun 2012 karena melihat kegiatan arisan emas oleh teman-teman di kantor tempat saya dulu bekerja. Secara awam dalam hal ilmu keuangan yang saya ketahui saat itu, bahwa harga emas selalu naik, jadi jika dijadikan barang investasi kita tidak akan rugi asalkan menjual emasnya kembali pada waktu yang tepat.
Nah, berangkat dari pemahaman tersebut saya mulai berani beli emas ketika sudah memiliki anggaran yang cukup. Pada tahun 2012 harga emas masih lebih rendah dibanding sekarang. Saya menyisihkan dana sejumlah Rp 200 ribu - Rp 300an ribu setiap bulan. Tergantung jumlah anggota arisan saat itu. Pada periode pertama arisan ada 14 orang peserta arisan. Pada periode berikutnya kami batasi menjadi 12 peserta saja agar arisannya tidak terlalu lama. Tepat selesai putaran atau periode ke 4, saya membubarkan kelompok arisan karena alasan syar'i. Tidak ada kendala berarti selama menjalankan arisan emas ini. Bahkan banyak yang menyayangkan mengapa harus bubar.
Yah, kita harus mengutamakan kehati-hatian ketikan menjalankan muamalah seperti ini. Saya juga tidak terlalu paham fiqh mengenai arisan emas dan sejenisnya.
Saya melanjutkan kebiasaan menyisihkan dana setiap bulan untuk beli emas. Targetnya setelah 12 bulan saya wajib beli emas LM Antam. Untuk anggaran setiap bulan, jumlah dana yang saya sisihkan berdasarkan hasil perkirakan harga emas pada tahun berjalan beserta perkiraan kenaikannya kemudian dibagi 12. Aktifitas ini masih terus saya lakukan sampai sekarang. Kecuali saat pandemi covid-19, menabung dananya tetap, tapi belum berani ke toko emas untuk membeli emasnya.
Setelah keadaan sudah lebih baik, barulah membeli emas saya lakukan di toko terdekat.
Selain investasi emas, saya juga membuat tabungan setiap anak meskipun setoran tiap bulannya terbilang kecil. Saya lakukan ini untuk mendisiplinkan diri dalam menggunakan uang, tidak boros, tidak tergoda denga life style kekinian. Sebenarnya tiap anak sudah punya asuransi pendidikan, tapi rasanya beda jika kita simpan dananya pada akun bank sendiri karena nilai saldonya dapat kita pantau kapan saja. Saya memilih bank syariah untuk melakukan transaksi seperti menabung karena akadnya jelas serta berada dalam pengawasan Dewan Syariah.
Ketika sudah terhimpun sejumlah dana di rekening syariah, sebagian saya jadikan deposito berjangka. Saya juga sisihkan sebagian dananya untuk membeli Sukuk. Tertarik dengan surat berharga ol
negara (seperti sukuk) alasannya karena turut membantu pembangunan infrastruktur negara, tentunya hal ini bermanfaat dan ril. Selain itu masalah jaminan yang sepenuhnya ditanggung oleh negara.
Saya beli SBN (Surat Berharga Negara) baru dua kali. Yang kedua saat ini sedang berlangsung. Pemerintah melakukan pinjaman modal kepada masyarakat selama 3 tahun. Kemudian bagi hasil langsung disetor ke rekening nasabah setiap bulan. Pada tahun ke 3, barulah dana awal dikembalikan utuh ke rekening nasabah (penyetor dana).
Oh iyah, sekarang ini sudah banyak aplikasi e-pay yang memfasilitasi nasabah untuk melakukan investasi dengan modal yang sangat terjangkau. Beberapa bulan lalu saya coba gunakan dan membeli produk investasi syariah pada platform pasar modal tersebut. Aktifitas ini belum rutin saya lakukan karena saya berpikir hal ini bukanlah tabungan yang utama.
Bersambung....
Tangsel, 22 Mei 2022
Mom 4F
Komentar
Posting Komentar