Sungguh kaya akan pengalaman ketika kita menjadi asisten lab. Keinginan untuk melakukan riset terhadap timbulnya gejala listrik yang tidak lazim menjadi keseruan tersendiri. Kami dan praktikan juga sering terlibat diskusi karena munculnya banyak pertanyaan pengandaian. Kadang di penghujung diskusi dapat menemukan jawaban, tak jarang pula menjadi PR bagi praktikan untuk memancing rasa ingin tahu mereka dan berusaha mencari jawabannya.
Satu peristiwa yang saya alami dan tak bisa terlupakan. Peristiwa itu menyisakan trauma bagi saya. Ketika berperan sebagai koordinator praktikum bagi anak D3, saya menjadi pengawas praktikum percobaan Motor DC. Tanpa semgaja saya menggemgam ujung jumper yang sedang bertegangan. Bukan main kagetnya, karena saya sempat kena setrum, bersyukur jumper bisa saya lepas segera sambil berteriak tanpa sadar. Alhamdulillah, karena sejak awal siapa saja yang masuk lab diwajibkan memakai sepatu, yang merupakan salah satu cara untuk mengurangi resiko terkena setrum.
Setelah kejadian, saya sedikit malu karena sebagai asisten kok lupa memastikan bahwa penghantar yang sedang bertegangan seharusnya tidak asal sentuh bagian yang menghantar. Sungguh saya lupa memastikan karena ingin percobaan segera berakhir. Sampai sekarang, kejadian sengatan listrik itu masih terasa.
Tentunya setelah kejadian, percobaan tetap saya teruskan. Meskipun dalam hati ada rasa gentar, namun saya tetap terlihat tenang di depan praktikan. Biar terlihat seperti tidak terjadi apa-apa, padahal kejadian tersebut sangat meninggalkan jejak di memori saya.
Saya jadikan peristiwa itu sebagai bahan pembelajaran juga bagi praktikan. Hal-hal apa saja yang perlu dilakukan sebelum melakukan penyambungan atau pemutusan rangkaian.
Bersambung....