Hari-hariku sebagai anak kuliah#3
Hari yang dinantikan telah tiba. Pengumuman kelulusan menjadi asisten laboratorium teknik energi. Ruang kuliah agak berjauhan dari ruang lab. Ruang kuliah ada di lantai 3 dan 4, sementara posisi lab berada pada gedung di seberang lantai dasar (bawah). Karena posisi lab ada di bawah, mahasiswa lebih sering menamai lab bawah.
Hari itu kami kompak menuju ke lab bawah untuk melihat pengumuman. Sudah terpasang pengumuman dan ucapan selamat kepada yang lulus menjadi asisten. Antara percaya dan tidak, ada nama saya di lembaran tersebut. Alhamdulillah, senangnya bukan main. Pada jaman itu belum ada handphone (hp), mungkin masih terhitung jari yang memiliki hp di Indonesia pada saat itu. Sehingga untuk memberi kabar tentang suatu hal kepada orang tua di kampung harus lewat surat yang dititipkan ke supir travel. Untuk bisa menitip surat ke supir, kita harus ke terminal antar kota terlebih dahulu. Kecuali jika kebetulan travel tersebut ada pengantaran kiriman atau penumpang di kost (pondokan).
Waktu itu saya sudah mulai masuk semester 5. Pada semester 3 sebelumnya, saya pindah kost. Pilihannya adalah kost, mahasiswa biasa menyebutnya pondokan. Mungkin karena bangunannya berupa rumah panggung, kemudian di bawah dibuatkan lagi beberapa kamar.
Pertimbangan saya pindah dari kost sebelumnya, biaya sewa yang lumayan mahal ditambah masih harus naik angkot ke kampus. Setelah ngekost selama 1 tahun akhirnya saya memutuskan pindah ke tempat yang lebih dekat dari kampus, cukup jalan kaki saja.
Kebetulan pada saat saya semester 3, adik saya yang bungsu sudah kuliah juga dan diterima di D3 Teknik Elektro.
Nah, di semester 5 ini kebutuhan biaya kuliah bagi kami : saya, adik dan kakak kedua yang melanjutkan kuliah di extension terasa sudah semakin berat. Salah satu pilihan agar lebih hemat, kami pindah tempat tinggal ke rumah keluarga. Rumah tersebut sengaja diperuntukkan bagi siapa saja keluarga yang sedang menuntut ilmu. Sebenarnya sudah lama kami ditawari agar tinggal di sana, tapi karena pertimbangan jarak ke kampus masih lumayan jauh akhirnya urung untuk menerima tawaran itu.
Namun kali ini, orang tua menyarankan agar kami bertiga tinggal di satu tempat, yah di rumah keluarga tersebut.
Karena rencana kepindahan itu, mama datang dari kampung untuk membantu kami dan membeli keperluan tambahan. Setelah menyampaikan niat kami kepada pemilik rumah melalui mama, akhirnya saya dan adik pun pindah. Sementara kakak kedua, sejak awal kuliah sudah tinggal di rumah itu.
Pada kesempatan mama datang itulah baru saya sampaikan tentang diterimanya saya menjadi asisten lab. Terlihat ia senang dan mengucapkan Alhamdulillah begitu mendengar kabar dari saya.
Mama tidak lama menemani kami yang baru pindah karena harus pulang untuk menemani dan mengurus ayah di kampung. Ditambah beliau tidak betah berada di tempat lain karena merasa tidak bebas beraktifitas seperti yang ia lakukan jika berada di kampung.
Kami cukup nyaman dan tenang tinggal di rumah itu. Sebuah rumah batu berlantai 2. Yang perempuan tinggal di lantai 2, yang laki-laki tinggal di lantai bawah.
Awalnya penghuni hanya kami bertiga, lama kelamaan setiap tahun penghuni bertambah termasuk anak dan cucu pemilik rumah itu sendiri. Alhamdulillah jadi ramai.
Hari-hari kuliah saya bahkan menjelang menikah saya tinggal di rumah itu.
Bersambung....
Tangsel 27 Pebruari 2022
Mom 4F
Komentar
Posting Komentar