Menjalani peran sebagai asisten lab#4

Dari peristiwa saya tersengat listrik, menjadi sebuah pengalaman tersendiri. Saya belum bisa melupakan seperti apa rasanya, meskipun besarnya sengatan yang ada saat itu bukanlah sumber tegangan yang cukup besar. Mungkin kejadian seperti ini sudah biasa bagi asisten lain, namun bagi saya terutama setelah menikah, kejadian tersebut sering teringat kembali. Setiap saya berhadapan dengan peralatan listrik baru, atau peralatan yang sudah lama, yang muncul pertama adalah bayangan rasa tersengat listrik seperti yang terjadi di lab. Saya cenderung takut dan ingin menghindari untuk menggunakan peralatan tersebut
Namun tidak ada pilihan, maka saya berusaha menghadapi rasa takut ini dengan mengambil langkah atau prosedur agar tidak tersengat listrik, misalnya memastikan bagian peralatan yang bertegangan tidak terbuka, saya menggunakan pelapis atau pelindung tangan, alas kaki ketika menggunakan peralatan listrik yang sudah lama. Pengalaman yang tidak nyaman itu sebenarnya memberikan 2 hal bagi saya, hal positif yaitu saya menjadi lebih berhati-hati ketika hendak menggunakan alat listrik. Hal negatif yaitu saya sering overthinking terhadap keamanan sebuah peralatan sehingga memakan waktu saat memulai menggunakan alat listrik.
Saya mencoba menerima keadaan ini dan berusaha menghadapi ketakutan yang hadir ketika menjalankan alat atau mesin listrik.

Rasa takut tersengat listrik sebenarnya lebih mempengaruhi saya ketika sudah berumah tangga. Saat masih sebagai asisten, saya mampu menyikapi hal tersebut dengan biasa-biasa saja. Mungkin salah satu sebab saya jadi trauma karena sering mendengar langsung kabar tentang kecelakaan kerja (tersengat listrik) yang dialami pegawai di perusahaan listrik. Ada yang bisa selamat ada juga yang meninggal di tempat.
Yah, listrik memang sebuah zat yang tidak terlihat oleh kasat mata namun tenaga yang dihasilkan cukup besar. Itulah mengapa orang memanfaatkan listrik untuk berbagai keperluan yang harus selalu disertai alat pelindung atau pengaman yang handal.
Kami sebagai asisten cukup memahami hal seperti ini.
Prosedur yang harus dipenuhi praktikan sebelum mulai praktek mutlak dilaksanakan. Jika persyaratan safety tidak lengkap atau tidak sesuai, maka tidak ada toleransi praktikan langsung batal ikut praktikum. Membangun perilaku disiplin seperti ini selalu ditegakkan dan tentunya kami sebagai asisten lab yang memberi contoh terlebih dahulu.
Karakter disiplin sangat diperlukan dalam bidang apa pun, tidak hanya dalam dunia kerja saja. Bahkan dalam rumah tangga saya merasakan pentingnya membangun karakter disiplin sejak dini. Sikap 'semau gue' yang berlawanan dengan disiplin dapat mengacaukan diri dan juga orang lain yang terlibat kerjasama dengan diri kita.

Jadi saya sangat bersyukur kepada Allah, yang sudah menggerakkan hati, pikiran dan badan saya untuk memutuskan bergabung menjadi asisten laboratorium teknik energi. Bisa saja, saya tetap ingin berada pada zona nyaman saat itu, tidak perlu memikirkan banyak hal agar waktu lebih berguna bagi kepentingan diri sendiri.
Ternyata dengan menjadi asisten lab, saya belajar bagaimana melayani praktikan, memastikan kebutuhan untuk praktek mereka terpenuhi, melakukan penjadwalan antara waktu kuliah, mengawas, asistensi, administrasi praktikum dan lainnya.
Alhamdulillah banyak hal yang saya alami, pelajari ketika menjadi asisten. Leadership skill juga turut terbangun dengan melihat bagaimana mengelola sebuah corps agar tetap kompak, bertanggung jawab pada peran masing-masing.
Saran saya bagi adik-adika mahasiswa(i), ikutlah salah satu atau beberapa kegiatan kemahasiswaan yang memang gue banget. Tapi ingat kegiatannya tetap terukur sehingga tidak komplikasi dengan jadwal kuliah adik-adik.
****
Tangsel 22 Maret 2022
Mom 4F

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengikat Makna, Hikmah Belajar di Kelas Persiapan KLIP 2022

Red Campus #7

Perjalananku melihat kedalam diri