Manajemen Keuangan ala Keluarga Saya #3
Kami mulai menata keuangan keluarga, terutama dalam hal mindset. Saya butuh asupan ilmu dalam hal manajemen keuangan. Alhamdulillah, mendapat nikmat berupa karir suami yang berjalan baik. Beliau dan beberapa karyawan lainnya mendapat promosi menjadi pimpinan di kantor unit. Seperti pada instansi lainnya, biasanya tiap kantor mewadahi komunitas atau perkumpulan wanita yang terdiri dari istri pegawai dan karyawati. Organisasi ini bergerak dalam bidang sosial dan mengikuti aturan sesuai kebijakan dari pihak manajemen (dinas) dan organisasi induk. Karena suami adalah pimpinan pada kantor yang bersangkutan, maka saya sebagai istri diamanahkan sebagai ketua perkumpulan wanita tersebut. Kesempatan baik, maka saya beserta pengurus menyusun program kegiatan edukasi. Salah satu edukasi mengenai manajamen keuangan keluarga sesuai syariat Islam.
Tidak sulit menemukan pemateri dalam bidang ini. Seorang dosen UNP yang kebetulan adalah anggota perkumpulan namun berdomisili di unit lain. Beliau bersedia memenuhi undangan kami untuk memberikan edukasi terkait masalah pengelolaan keuangan keluarga muslim.
Dari pemaparan beliau, hal penting yang menjadi bekal saya hingga saat ini dalam mengelola uang antara lain:
- Cara menjaga kestabilan keuangan keluarga adalah dengan menambah sumber pemasukan. Jika hal ini belum memungkinkan maka yang paling dapat dilakukan adalah melakukan pengaturan keuangan seperti :
1. Tidak boleh lebih besar pengeluaran daripada pemasukan
2. Menabung minimal 10% dari pemasukan yang dilakukan sejak awal setiap bulan berjalan. Bukan memabung dari uang sisa
3. Merencanakan belanja agar pengeluaran terkendali
4. Kesempatan menabung adalah saat usia anak masih kecil dan kebutuhan biaya pendidikan belum tinggi serta pengeluaran lainnya
5. Menyiapkan dana darurat
6. Sedekah.
Sejak mendapat materi keuangan, menjadi momentum bagi saya untuk mulai berbenah dalam membelanjakan uang. Hal pertama yang kami lakukan adalah membuat tabungan pendidikan setiap anak. Alhamdulillah tabungan ini belum kami cairkan hingga saat ini.
Selanjutnya saya dan suami berbagi tugas. Untuk biaya yang sifatnya rutin, menjadi tanggung jawab saya. Jadi untuk mengetahui jumlah nominal kebutuhan biaya rutin, saya membuat catatan perkiraan pos pengeluaran dan biaya masing-masing setiap bulan. Total jumlah biaya pengeluaran tersebut ditambah kemungkinan ada perubahan harga menjadi patokan jumlah dana yang saya ajukan ke suami. Jadi suami tinggal transfer dana tersebut setiap bulan.
Pada tahun 2012 saya mulai melakukan investasi emas LM bersama teman kuliah lainnya. Kami lakukan arisan emas. Namun pada tahun 2016 saya hentikan karena ternyata emas harus dibeli dari dana tunai, bukan dari hasil hutang. Sementara arisan adalah dana hutang dengan konsep himpun dana dari anggota setiap periode waktu yang disepakati. Hasil kumpulan dana setiap periode diterima seluruh anggota secara bergilir. Jadi selama semua anggota belum menerima dana maka uang yang diterima masih sifatnya hutang.
Demi ketenangan diri dan hati serta meninggalkan keraguan, maka saya putuskan membubarkan kelompok arisan tersebut. Tentu saya sampaikan alasan seperti di atas. Beragam respon dari anggota karena sudah merasa nyaman menjalani arisan ini. Kami sudah terbiasa dan disiplin menyisihkan dana setiap bulan untuk target membeli emas Logam Mulia (LM) di daerah masing-masing.
Namun saya tetap wajib menghentikan kegiatannya. Kebiasaan disiplin menyisihkan dana untuk beli emas dapat kami lanjutkan, tapi dikelola masing-masing.
Alhamdulillah kebiasaan ini saya teruskan. Target emasnya juga tidak besar, yakni 5 - 10gr setiap 10 - 12 bulan. Jumlah yang disisihkan menyesuaikan anggaran yang tersedia.
Bersambung...
Tangsel 21 Mei 2022
Mom 4F
Komentar
Posting Komentar