Mengikat Makna, Hikmah Belajar di Kelas Persiapan KLIP 2022

Memutuskan untuk ikut Kelas Menulis sama artinya saya harus keluar dari zona nyaman. Selama ini saya menulis hanya ketika mengerjakan jurnal di kelas Institut Ibu Profesional. Jarang sekali membuat tulisan panjang (minimal 300 kata) pada laman medsos. Paling kalau menulis di wall fb misalnya, hanya terdiri beberapa untaian kalimat saja. Tidak ingin berpanjang lebar ataukah karena saya malas berpikir?
Pernah membuat tulisan di laman medsos, pada paragraf ke sekian tiba-tiba saya urungkan niat melanjutkan tulisan tersebut. Muncul perasaan "akh tulisan ini kurang bagus, temanya juga tidak menarik, paling nanti tidak ada yang baca!". Perasaan seperti ini muncul setiap kali saya berniat dan bahkan sudah sedang menulis di laman medsos. Apakah ada yang salah?

Di lain kesempatan, tiba-tiba muncul ide yang menurut saya bagus diangkat menjadi sebuah tulisan. Sudah yakin dengan tema ini, akan menjadi perhatian para pembaca. Lalu apa yang terjadi selanjutnya?
Sang ide masih tetap saja menjadi ide yang tersimpan di kepala, belum berubah jadi tulisan. Belum sempat menulis tiba-tiba saja muncul perasaan "malas ah...nanti harus banyak mikir lagi apa yang mau ditulis, sudah mikir banyak, eh.....dihapus juga akhirnya tidak jadi diposting, buang-buang pikiran kan!". Pikiran seperti ini yang sering muncul dan berhasil menggagalkan niat saya untuk menulis setiap ide hadir menyapa. Akhirnya ide-ide tersebut menguap terbang entah kemana tanpa saya arsipkan.

Waktu terus bergulir. Kelas di Institut Ibu Profesional (IIP) sudah selesai secara akademik. Tiba-tiba saya mulai bertanya "Apakah saya benar-benar tidak perlu ruang lagi untuk menulis?". Ah rasanya ada yang hilang jika saya berhenti menulis, meskipun sebelumnya tulisan saya hanya berupa jurnal yang saya tidak publikasi di media sosial. Saya mulai tergoda melihat karya tulisan teman-teman maya di media sosial. Ajakan untuk menulis dari teman kuliah, teman di IIP semakin kuat menggoda. Apakah ini tanda bahwa saya sudah siap ikut kelas menulis? Apakah ini sebuah energi yang sedang datang kepada saya untuk segera memulai belajar menulis secara serius? Lets see!
Hingga suatu hari, seperti biasa What's up Group (WAG) pengurus Dapur Komunitas dibanjiri berbagai informasi. Diantara banyaknya informasi dan undangan zoom meeting, tiba-tiba mata saya tertuju pada sebuah quote. Bunyi quote itu seperti yang tertulis pada gambar berikut :
sumber foto : Instagram @cahyo_ayo

Deg.....bunyi kalimat tersebut seperti sebuah paku yang menancap di kayu. Entah apa yang menggerakkan tangan saya, kutipan quote itu saya balas "Semoga tahun 2022 bisa ikut KLIP (Kelas Literasi Ibu Profesional)".
Alhamdulillah dengan tekad bulat sampai saat ini saya masih berada di KLIP. Apakah saya mampu komit dan konsisten? Lets see next!

Beberapa pekan lalu KLIP menyajikan dua materi sebagai kelas persiapan. Materi pertama tentang "Mengenal diri dan peran keluarga dalam berkarya" yang dibawakan oleh ibu Septi Peni Wulandani.
Beberapa poin yang saya dapatkan dari pemaparan beliau, antara lain:
1. Pentingnya mengenal diri. Mengenal diri lebih dalam akan mempermudah menjalankan peran dan menghadapi tantangan-tantangannya. Mampu membuat peta perjalanan kehidupan serta cara bagaimana menjalani peta tersebut. Apa dan kapan bisa fokus untuk menjalankan sebuah pilihan, termasuk ketika memutuskan untuk menulis secara konsisten.
2. Sebuah bidang yang ditekuni, tidak mengapa ketika di awal menghasilkan karya belum sempurna. Menjadikan feedback yang berasal dari siapa saja sebagai bahan bakar untuk berkarya menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.
3. Masalah yang timbul dari rumah merupakan harta karun atau aset yang berharga karena menjadi peluang menemukan ide solusi terhadap masalah tersebut. Ketika mampu menyelesaikan masalah tersebut, bagikan cerita perjalanan atau proses penyelesaiannya karena boleh jadi banyak orang lain di luar sana mengalami masalah yang sama, sehingga cerita tersebut dapat menjadi solusi bagi mereka.
4. Solusi terhadap masalah yang dibagikan, kemudian membawa manfaat bagi banyak orang yang akhirnya menyasar kepada salah satu SDG's di negara kita. Itu berarti secara tidak langsung kita telah berkontribusi terhadap penyelesaian masalah-masalah sosial yang timbul di dalam negeri.

Materi kedua tentang "Mengenal Free Writing" oleh Shanty Dewi Arifin. Beberapa poin penting yang saya dapatkan dari pemaparan beliau :
1. Ketika awal membangun kebiasaan menulis, lepaskan beban yang memperberat diri dalam membuat tulisan. Beban yang dimaksud antara lain : tema, pilih tema apa saja yang membuat diri menulis bagaikan air mengalir; abaikan dulu masalah tata bahasa, masalah diksi, dan lain-lain; capai target jumlah kata  secara bertahap; tidak usah memikirkan apakah ada yang membaca tulisan kita nantinya, tapi menulis adalah untuk diri sendiri.
2. Usahakan membuat tulisan setiap hari secara konsisten. Kenali waktu kapan bisa membuat tulisan secara fokus.
3. Perbanyak membaca buku yang membantu dalam mengembangkan ide serta menemukan gaya menulis yang gue banget.
4. Lakukan  aktiftas menulis dengan cara nyaman dan memyenangkan sehingga hasilnya memuaskan.

Itulah beberapa poin penting yang saya dapatkan saat mengikuti kelas persiapan. Yang awalnya sempat ada rasa ragu apakah saya bisa bertahan di KLIP ini, tapi setelah menerima materi persiapan, saya menyimpulkan bahwa menulis menjadi mudah dan menyenangkan adalah pilihan. Menulis dengan tema serta cara yang gue banget pasti menyenangkan.
Welcome me to be a writer😊.

Tangsel, 10 Pebruari 2022
Mom 4F

Komentar

  1. Insya Allah bisa konsisten sampai akhir tahun ya Mbak Nana.

    Aku bacanya kok jadi Mom F4, dan ingatanku melayang ke Sancai

    BalasHapus
  2. Waah dikomen mb Shanty, jd terharu. Tks yah mb.
    Jadi ingat Tao Ming Tse jg g mb?😀

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Red Campus #7

Perjalananku melihat kedalam diri