Minggu, 30 Januari 2022

BINA AKRAB TEKNIK ELEKTRO ANGKATAN 1998 #2

Hari terakhir sosialisasi kegiatan BINA AKRAB untuk angkatan kami. Semua perlengkapan sesuai atribut angkatan saat itu sudah dibagikan. Perlengkapan ini sudah kami bayar pada awal sosialisasi, termasuk biaya konsumsi dan lain-lain selama berada di lokasi BINA AKRAB. Untuk perlengkapan lainnya di luar dari panitia harus bawa masing-masing sesuai jumlah hari berada di lokasi. Panitia sudah memberi pesan agar tidak membawa barang berlebih agar beban bawaannya tidak berat. Dan pesan yang paling penting lagi adalah persiapkan fisik dan mental. Waaah jadi deg-degan. Bismillah....Ospek bisa kami lewati, maka acara BINA AKRAB ini insyaa Allah juga bisa.

Sore hari itu kami berangkat menggunakan mobil truk tentara. Maba perempuan dan laki-laki menumpangi mobil yang berbeda. Warna baju kebanggan teknik, merah yang dipadu dengan tulisan berwarna hitam "BINA AKRAB TEKNIK ELEKTRO ANGKATAN 1998".
Acara kali ini berlokasi di hutan pinus, Malino Kab. Gowa, Sulsel.
Malino terkenal dengan cuacanya yang sangat dingin. Lokasi yang dipilih adalah yang biasanya dijadikan tempat camping oleh para pengunjung. Kami tiba di lokasi sudah hampir gelap. Tenda besar sudah banyak yang berdiri beserta lampu penerangan. Terdapat tenda atau bilik kecil yang mungkin dijadikan sebagai tempat buang hajat kecil. Sebagian besar panitia sudah berada di lokasi pada hari sebelumnya. Benar-benar acara yang sudah terkoordinir dengan baik. Kami maba hanya perlu patuh pada instruksi panitia. Sesampainya di lokasi kami diminta berbaris. Tentu kengkring serta menyanyikan lagu mars teknik, mars jurusan beserta yel-yel tidak ketinggalan. Setiap beberapa menit setelah mendapat arahan, break berupa kengkring sudah jadi rutin. Dengan melakukan itu membuat kami tidak merasa ngantuk maupun kedinginan. Melakukan banyak gerakan fisik justru membuat badan jadi nyaman. Barisan perempuan dan barisan laki-laki diberi jarak. Barisan perempuan duduk harus saling berdekatan agar lebih hangat. Cuacanya memang sangat dingin.

Setelah shalat dan makan malam, kami kembali berbaris. Pakaian yang kami kenakan mulai dari berangkat tadi masih sama, lengkap dengan scarf di leher. Senior memberi arahan, bahwa pada malam itu kita akan melakukan keliling pos. Ada 7 pos yang harus kami kunjungi. Di setiap pos sudah stand by senior yang akan menantikan kedatangan kami. Kegiatan ini disebut "jalan malam". Mata kami ditutup dengan scarf kemudian berjalan sambil jongkok mulai dari lapangan. Kami dibagi kelompok. Satu kelompok berjumlah kira-kira 10 orang. Pendamping ada beberapa orang untuk setiap kelompok. Ada yang berjalan di depan, di samping dan di belakang barisan kami. Satu persatu kelompok mulai berjalan jongkok sambil berpegangan tangan dengan teman yang di depan dan di belakang. Barisan tidak boleh terputus, tujuannya agar tidak terlepas dari barisan.

Sungguh kami tidak tahu seperti apa jalan yang dilalui. Tidak ada lampu penerangan kecuali yang dipegang oleh senior yang berada paling depan. Terkadang kami melewati jalan turun, jalan naik, berbelok-belok. Ah entah, apakah rutenya memang sengaja dibuat seperti itu. Berhubung cuaca dingin sekali, jadi hampir capek itu tidak terasa. Sesekali saja saya merasa bosan kalau jarak antar pos berjauhan. Ingin cepat-cepat tiba di pos yang ingin dituju. Ada saja permainan seru di setiap pos. Setiap tiba di satu pos, pasti langsung disuruh kengkring (loncat sambil jongkok). Setelahnya baru senior memperkenalkan diri, menyebutkan identitas pos yang keberapa. Mereka juga memberi nasihat berupa motivasi apa tujuan dari acara jalan malam ini. Durasi waktu berada di setiap pos tidak terlalu lama, karena masih banyak kelompok lainnya yang harus mampir di setiap pos. Kadang ada pos yang hanya meminta kami membuat yel yel dalam waktu singkat, dan langsung dimainkan saat itu.
Alhamdulillah semua pos sudah kami kunjungi. Kami kembali ke lapangan atau pos utama. Senior yang tadinya juga berada di setiap pos untuk jalan malam, ikut kembali berkumpul di pos utama.
Bersamabung....
Tangsel, 30 jan 2022

Sabtu, 29 Januari 2022

BINA AKRAB ELEKTRO ANGKATAN 1998 #1

Semester awal sebentar lagi akan mulai berjalan di kampus Unhas. Jadwal ini sama untuk semua fakultas kelas reguler. Prosesi Ospek telah kami jalani. Saya pikir setelah Ospek kami sudah langsung kuliah. Ternyata masih ada program setiap jurusan yang harus kami jalani, "BINA AKRAB".
Sebelum kegiatan tersebut, maba diwajibkan rutin hadir di jurusan. Kami dikumpulkan di ruang kuliah PBT 401, lantai 4 jurusan teknik elektro. Ruangannya memang cukup besar. Bisa menampung seluruh maba yang lulus di jurusan teknik elektro.

Pernah sekali saya tidak hadir karena merasa malas mau ke kampus untuk kumpul. Saya berpikir kalau tidak hadir tidak apa-apa. Pada pertemuan berikutnya semua maba yang tidak hadir pada hari sebelumnya dipisahkan dari maba lainnya. Ternyata bukan saya saja yang melakukan itu. Tapi ada banyak maba yang absen kemarin. Hanya saja saya kurang memperhatikan berapa jumlah kami yang terpisah ini. Hati mulai deg-degan, ada apa gerangan dikumpul terpisah begini? Haah, mulai terdengar bentakan senior pada kami satu persatu. Yang ditanyakan apa alasan tidak hadir kemarin. Saat itu, saya terpaksa mengarang alasan "Bapak saya sakit, senior!"
"Ah bohongko!", plakk...pipi kena tappe' (tampar) kanan-kiri beberapa kali. Setelah dapat hukuman disuruh berjalan jongkok masuk ke ruang tempat berkumpul. Di dalam ruangan itu sudah banyak maba lainnya bersama senior.
Setelah kejadian tadi, saya menyesal mengapa tidak datang kemarin. Saya sengaja mencaru alasan yang mengada-ada agar senior kasihan, eh masih tetap dapat tappe', tobat dah!
Meskipun ospek sudah selesai, ternyata kami belum bisa merdeka. Kami wajib patuh pada apapun yang diperintahkan oleh senior. Kalau diminta kumpul pada jam dan tempat yang ditentukan, maka harus lakukan. Kalau tidak, besoknya dapat jatah.

Pada acara kumpul maba, senior menyampaikan sosialisasi rencana acara BINA AKRAB. Sepanjang sosialisasi ada-ada saja perlakuan mereka kepada maba. Yang terlihat menonjol di antara kami, langsung dijadikan maskot. Mereka jadi bahan candaan senior, tapi sayang kami dilarang tertawa dan mengangkat kepala. Jadi status kami masih seperti menjalani ospek kedua, bedanya tidak lagi menggunakan kostum khas seperti ketika ospek.
Ketika berjalan di koridor dan melewati senior kami harus tunduk. Kalau kami tidak melakukan itu, dianggap menanatang mereka. Kira-kira pesan aturan ini "Kamu itu anak baru disini, jadi jangan bertingkah semau kamu!".
Menundukkan kepala ketika melalui senior, yaaah saya suka sekali melakukannya. Aturan ini cukup menolong saya menyalurkan rasa malu akibat kurang percaya diri sebagai mahasiswi dari kampung. Pada awal kuliah saya terbilang sulit bergaul apalagi kepada mereka yang asalnya dari kota. Sekiranya aturan seperti itu tidak ada, mungkin saya tetap terpaksa berjalan dengan memundukkan kepala ketika melewati senior. Kalau perlu, bisa menghilang secepat mungkin dari hadapan mereka.
Bersambung....
Tangsel, 29 Januari 2022

Senin, 24 Januari 2022

Red Campus #8

Waah lebih separuh hari sudah terlewati. Waktunya pulang?
Ow, jangan harap. Selesai melakukan tour jurusan beserta ke ruang lab yang ada di jurusan tersebut, kami kembali berkumpul di halaman fakultas. Oh iyah setiap selesai kegiatan dalam ruangan, selalu diberi tugas yang harus diketik manual dengan pita warna hitam putih. Jadi dalam sehari terkumpul banyak sekali tugas. Tanda-tanda harus begadang.

Waktunya shalat Ashar. Semua maba mengambil air wudhu dan menjalankan shalat Ashar secara bergantian. Bagi maba yang bukan muslim dibawa ke ruang tertentu oleh senior. Saya kurang tahu apakah juga melakukan ritual keagamaannya atau melakukan aktifitas lain.
Selesai shalat Ashar, kami digiring ke lapangan teknik. Area lapangannya lebih luas dari halaman fakultas. Melihat area seperti itu, hati saya deg-degan dan berharap tidak ada permainan berbahaya yang harus kami lakukan setelah permainan membuat lingkaran berlapis sebelumnya.
Alhamdulillah lebih banyak permainan teamwork. Sedikit lega. Tapi ternyata......
Barulah muncul satu permainan lagi yang saya tidak suka karena takut terjadi cedera. Kami semua diminta lepas sepatu, kemudian mengumpulkan sepatu-sepatu itu di satu tempat. Dengan jumlah maba ada ratusan orang, terbentuklah gunung sepatu. Selanjutnya kami harus berlomba mengambil sepatu milik masing-masing. Saya pasrah, tidak ikut berlomba, tapi menunggu jumlah kerumunan maba di tempat sepatu lebih sedikit. Daripada saya terhimpit diantara ratusan orang itu karena saling berdesakan, yang semua ingin menemukan sepatunya masing-masing, lebih baik menghindari kemungkinan terjadi bahaya. Kalau dapatnya bukan sepatu sendiri, atau berbeda pasangannya, paling resikonya mendapat hukuman kengkring atau tappe' dari senior.
Oh iyah sebagai info, dari awal sebelum ospek, panitia sudah mengelompokkan maba yang menyatakan diri memiliki gangguan kesehatan tertentu yang disertai surat pernyataan. Kelompok maba dengan kondisi ini dibuatkan kelompok tersendiri dengan identitas golongan pita merah. Mereka tidak banyak mendapatkan perlakuan fisik yang berat hanya yang ringan-ringan saja. Tapi lebih sering diminta melakukan aksi "jorok" yang memberi sensasi jijik, huweekk. Mau golongan biasa ataupun pita merah tidak satu pun berada di zona nyaman.

Selama empat hari menjalani ospek, kegiatan yang kami lakukan hampir sama setiap hari, hanya berbeda tempat. Tour jurusan dibagi karena ada enam jurusan ditambah kunjungan ke setiap lab yang terdapat di masing-masing jurusan. Ospek pada jaman saya dan pada jaman sebelum-sebelumnya terkesan "penyiksaan", yang katanya bertujuan untuk melatih fisik dan mental agar siap kuliah di fakultas teknik. Tugas yang diberikan setiap hari, yang membuat kami harus begadang mengerjakannya ditambah harus pagi-pagi mengumpulkan tugas tersebut. Bisa kebayang, selama ospek tidur saya mungkin hanya 2 - 4 jam. Bukan hanya tugas tulisan (ketik), ada juga tugas membawa benda (barang) yang sulit didapatkan. Sepertinya sudah menjadi skenario panitia yang membuat kami dalam situasi hektik. Dalam kondisi seperti itu kami harus kerjasama dengan maba lainnya yang kebetulan satu pondokan (asrama). Kadang juga kami dibantu oleh kakak angkatan yang tinggal di asrama (pondokan) yang sama. Ternyata salah satu manfaat ospek ini agar kami segera bisa saling kenal sesama maba meskipun berbeda jurusan, beda asal daerah. Saling bantu tanpa melihat siapa orang tersebut. Dibiasakan begadang selama 3 malam tersebut, ternyata berguna. Kami jadi tidak kaget ketika mengikuti perkuliahan di awal-awal tahun.

Tiga hari ospek kami selalu pulang pada saat menjelang magrib. Hari keempat, yaitu hari terakhir ospek, kami pulang lebih malam karena ada acara malam yang cukup panjang. Setelah shalat Magrib dan makan malam, semua maba ditutup matanya menggunakan scarf teknik. Kami berjalan jongkok mulai dari halaman fakultas, naik ke lantai tiga keliling fakultas kemudian turun menuju lapangan teknik.
Sepanjang acara malam mata kami terus ditutup, hanya mendengar aba-aba dari panitia. Kami membentuk barisan yang berbentuk lingkaran besar. Panitia berada di tengah lingkaran, sementara pendamping berada di sekitar kami di setiap GB (kelompok). Panitia menyajikan acara renungan berupa pembacaan puisi. Sepanjang acara renungan, saya benar-benar termenung tapi bukan merenungi isi puisi yang diucapkan. Melaiklnkan tentang "kapan acara ini selesai" haha. Sesyahdu, segarang bagaimanapun suara dari pembaca puisi, tidak lagi menjadi perhatian saya. Pandangan gelap sejak dari tadi, karena mata masih ditutup. Belum mendapat ijin dari senior untuk membukanya, "sampai kapan gelap-gelapan begini?" tanyaku dalam hati. Tiba-tiba terdengar suara tangisan. Apakah itu benar-benar suara milik maba atau suara senior yang dibuat-buat seperti menangis, entah! Panitia memukulkan aneka barang apa saja yang ada di dekatnya, seolah-olah menjadi soundtrack puisi yang sedang dibacakan. Jika puisi terdengar bernada tinggi, suara dari pukulan ikut memekikkan telinga. Ah kehebohan di malam hari, pikirku. Suara pembacaan puisi mulai merendah, bunyi taluh oleh senior ikut menghening. Ini bertanda bahwa acara renungan sudah mau selesai. Api unggun yang berada di tengah lingkaran dinyalakan. Akhirnya scarf penutup mata sudah boleh dilepas. Kami maba diminta saling salam dan berpelukan dengan maba lainnya, tentunya dengan sesama jenis. Tak ketinggalan kami salaman juga dengan kakak pendamping yang selalu mengawal dan memberi arahan sejak dari hari pertama hingga hari terakhir ospek. Alhamdulillah GB saya dapat kakak pendamping yang baik. Salaman kali ini sebagai tanda terima kasih kepada mereka serta permintaan maaf oleh kakak pendamping atas tindakannya selaM mengawal kami. Alhamdulillah lega, sekarang bisa bebas melihat kemana mata ingin memandang.
Tidak perlu tunduk lagi yang membuat otot leher pegal. Rasanya seperti orang yang baru keluar dari penjara. Bebas.....!
Ah sayang, dalam gelapnya malam begini, ditambah semua senior pakai baju hitam, tidak ada cahaya lampu kecuali cahaya dari api unggun dan lampu jalan dari jarak jauh. Jadi untuk mengenali wajah siapa di depan kita agak sulit. Yah sudah besok-besok bisa tahu, siapa-siapa saja maba dan senior ini. Malam ini adalah waktu yang paling panjang dan paling banyak perlakuan fisik yang kami dapatkan. Bersyukur saya tidak mendengar ada yang jatuh korban. Eh mau jujur selama empat hari ospek alhamdulillah saya tidak merasakan kelelahan, padahal sarapan yang sempat masuk hanya sedikit. Hal ini bisa terjadi karena mungkin aktifitas yang dilakukan tiada jeda dan dalam tekanan. Tidak ada waktu untuk mengeluh, harus fokus pada kegiatan apa berikutnya.

Meskipun kesannya "penyiksaan" karena sangat jauh berbeda nuansa ospek waktu masuk SMA dulu. Banyak latihan fisik yang harus kami lakukan. Menjadi cerita seru ketika dikenang. bahkan dapat menjadi oleh-oleh cerita bagi anak-anak. Anak-anak sekarang, mungkin model ospeknya ketika masuk di perguruan tinggi sudah sangat jauh berbeda. Masing-masing sesuai dengan dinamikanya.
Yes.....Alhamdulillah sah, saya  menjadi mahasiswi di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro Unhas, Angkatan 1998. Meskipun Ospek ada sisi buruknya, tapi beberapa hal baik yang dapat dipetik adalah berlatih survive dalam kondisi tertekan atau tidak nyaman, membiasakan melihat kondisi apakah kegiatan yang dijalankan berpotensi bahaya, kalau ia mitigasi apa yang dapat kita lakukan tanpa harus bersikap frontal kepada senior saat itu. Kemudian membangun kerjasama dan mau berteman dengan maba tanpa membedakan agama, asal, postur badan dan seterusnya. Yah terima kasih Ospek, kamu sudah mengenalkan kepada kami bahwa kerasnya dunia kampus bisa kok dilalui 😊.
****
sumber foto : eng.unhas.ac.id

Tangsel, 24 Januari 2022
Mom 4F

Minggu, 23 Januari 2022

Red Campus #7

Selesai ishoma (istirahat, sholat dan makan) jangan berharap akan langsung pulang. Masih ada waktu beberapa jam kedepan untuk menikmati suguhan panitia, tepatnya instruksi yang harus kami jalankan termasuk materi dalam ruangan. Setelah break sejenak di halaman fakultas, kami digiring ke gedung jurusan teknik arsitektur. Eitz menuju tempat itu bukan dengan jalan biasa, tapi jalan jongkok sesekali merayap hingga masuk kedalam salah satu ruang kuliah. Kelompok laki-laki dan perempuan terpisah karena ukuran ruangannya kecil untuk menampung seluruh maba.

Sapaan welcoming khas di setiap ruang yang kami masuki berupa tappe' kanan-kiri (=tampar pipi kanan dan pipi kiri). Yaah untung-untungan level kerasnya yang terasa mendarat di pipi. Posisi dalam barisan juga turut menjadi keberuntungan. Berada pada barisan dekat terakhir tapi bukan paling akhir, biasanya tamparan senior sudah melemah, karena kecapekan. Senior akan gantian jadi juru sambut di pintu, yang beruntung paling juga satu dua orang saja. Eh tapi tidak semua senior garang sih. Ada juga yang tidak tegaan. Entah mereka memang sudah membuat kombinasi karakter panitia seperti itu, atau karena kebetulan. Benar-benar lucky kalau dapat senior yang tidak garang.

Melewati sambutan tappe' yang aduhai rasanya di pipi, dalam hati berjanji tidak akan mau berbuat seperti ini sama adik maba kalau jadi panitia ospek tahun depan. Ini perbuatan dzolim, kalau didoakan jelek oleh semua maba haduh bisa berabe. Saya tidak sampai sejahat itu juga sih, tidak sempat berniat mendoakan senior dengan doa yang jelek-jelek. Karena belum berdoa tiba-tiba sudah ada aba-aba "kengkring...ko!" haha. Spontan kami berloncatan hingga lantai terasa bergetar.
Belum sempurna pendaratan di lantai sudah dapat aba-aba lagi untuk berbaris. Kemudian disuruh berjalan jongkok melewati kolong bangku seperti ular yang tidak boleh putus. Puas mereka melihat kami patuh, barulah kami diminta berbaris rapih sesuai kelompoknya masing-masing, bersiap menerima ceramah (baca materi). Oh iyah, dulu tiap kelompok diberi nama GB (Gugus apa Golongan Besar?). Kelompok saya bernama GB 6 peremuan. Saya lupa ada berapa jumlah teman perempuan di GB kami, yang pastinya kami digabung dari berbagai SMA daerah maupun kota. Senior memberi julukan maba yang berasal dari SMA daerah disebut maba POLDA (=pole daerah).

Kami sudah duduk dan berbaris rapih, serta menundukkan kepala cukup dengarkan apa yang akan disampaikan. Jangan coba-coba memandang ke depan. Itu sama halnya menantang senior. Posisi saya berada di tengah barisan, jadi sesekali curi kesempatan mengangkat kepala sejenak. Tujuannya untuk meredakan pegal otot di leher sekalian ingin tahu seperti apa wajah pembicara di depan kami. Saya melakukan itu sambil melihat situasi dan kondisi.
Senior sudah mulai bersuara dengan nada yang lebih santai. Kalau soundnya ramah begini, berarti beliau yang akan membawakan materi. Pembicara mulai mengenalkan diri, beserta rekan senior perempuan lainnya. Yang berbicara adalah senior dengan angkatan yang lebih tua, sementara senior yang jadi pendamping rata-rata angkatan muda. Beda setahun dari kami. Jadi kami angkatan 98, yang menjadi panitia pendamping adalah mahasiswa(i) angkatan 97. Selesai mereka memperkenalkan diri lalu memberi sedikit cerita bagaimana rasanya kuliah di teknik arsitektur. Beberapa nasihat mereka sampaikan, sikap mental apa yang harus dimiliki ketika menjadi mahasiswi teknik arsitektur.

Tiba-tiba terdengar aba-aba "kengkring....ko!", spontan pada berloncatan. Hentakan sepatu di lantai terdengar jelas, begitupun suara dari ruang sebelah dimana maba laki-laki berada. Selesai melakukan kengkring yang terpikir, aba-aba apa lagi selanjutnya. Di ruang inilah pertama kami melakukan permainan "membuat lingkaran berlapis dalam hitungan detik". Tentu saya pakai jurus slow motion, takut terhimpit di tengah lapisan. Pasrah saja berada di lapisan terluar, palingan mendapat tendangan lunak atau dorongan dari senior biar lingkarannya padat, huft tidak asik, tapi lebih serem!
Bagi yang tidak patuh perintah, atau bahkan menolak melakukannya secara terang-terangan, langsung mendapat hukuman dari senior. Bahkan maba tersebut akan digotong dan dibawa ke ruang khusus penanganan. Ada seorang maba diantara kami yang melakukan hal itu. Sepertinya ia tidak terima mendapat perlakuan fisik dari senior. Akhirnya ia marah dan ingin menyerang balik senior. Tapi karena ia seorang sementara senior ada beberapa orang yang menahan perlawanannya. Justru dirinya ditangkap beramai-ramai oleh senior untuk dibawa ke ruangan penanganan khusus. Cukup berani anak itu, namun yang pasti kejadian tersebut membuat senior menjadi lebih berhati-hati kepadanya. Mudah-mudahan teman maba itu justru tidak menjadi bulan-bulanan senior pada hari-hari berikutnya.

Usai acara dalam ruangan, kami berbaris kembali bersiap menuju ruang lab gambar. Kami menyusuri koridor menuju lab tersebut dengan cara berjalan jongkok. Barisan maba laki-laki tampak mengikuti dari belakang barisan kami. Kami harus antri memasuki ruang lab. Di dalamnya berjejer banyak meja gambar dan peralatan gambar lainnya. Lab sedang tidak digunakan karena pada saat itu masih libur akademik bagi mahasiswa. Kami hanya melakukan tour singkat. Tidak banyak yang dikerjakan di dalam karena space ruangan yang sudah tidak memungkinkan untuk berkumpul. Kesan saya masuk ke tempat itu biasa saja, karena sudah pernah melihat peralatan yang ada di dalamnya. Seperti peralatan kepunyaan kakak saya yang kedua, kebetulan ia kuliah di teknik arsitektur.
Bersambung....
foto: ekonomi bisnis.com

23 Januari 2022
Mom 4F

Rabu, 19 Januari 2022

Red Campus #7

Setelah para ketua himpunan kemahasiswaan semua jurusan sudah tampil, kami diberi tugas untuk dikerjakan di rumah. Biasanya berupa pertanyaan terkait materi yang baru saja diberikan. Yang unik dan ribet, tugas harus diketik manual dengan pita warna merah hitam. Yaah gara-gara ospek saya berkenalan dengan mesin ketik.

Alhamdulillah waktunya ishoma (istirahat, sholat dan makan). Kami digiring kembali ke halaman fakultas. Istirahat sebentar, kemudian panitia membagikan nasi bungkus kepada semua maba. Jangan harap akan menikmati nasi bungkusnya dengan santai seperti makan siang di rumah atau di warung. Cara makan harus sesuai instruksi panitia. Senior pakai hitungan satu : angkat nasi bungkusnya, dua : buka karet pengikatnya, tiga : mulai makan lauk dulu lalu makan nasi dan terakhir sambel. Tidak boleh minum dulu. Haha saya pastinya tak lugu amat kalau sudah seperti ini. Toh tidak mungkin senior pendamping melihat satu-satu, apakah benar-benar makan sesuai instruksi. Biasanya saya tidak makan sambelnya. Kadang juga nasi bungkus yang sudah kita makan sebagian disuruh tukar dengan nasi punya teman di samping atau teman di belakang, atau teman di depan. Semau senior ingin buat instruksi apa. Bungkusan nasi harus dijadikan serbet buat lap mulut dan tangan. Haha serasa makan ala tentara.

Makan siang sudah selesai, waktunya ambil air wudhu untuk shalat dzuhur. Aah saatnya selonjorkan kaki di mushollah harapku dalam hati. Ambil air wudhu, ternyata antriannya panjang ditambah shalat dzuhur juga harus antri karena ukuran mushollahnya kecil. Pupus sudah harapan mau selonjoran. Dari halaman sampai ke mushollah, kami jalan bergerombol. Senior yang kami lewati semua tutup hidung. Memang baunya sudah campur aduk. Ada wangi minyak rambut lavender, lipstik, arang ditambah wangi keringat masing-masing haha. Tabe..senior monggo dinikmati ulah Anda sendiri, wangi toh!

Waktu ishoma sudah habis, maba kembali berkumpul di halaman fakultas. Tidak boleh terlambat sedikit pun. Yang kedapatan masuk halaman paling terakhir jadi maskot lagi deh. Panitia berasa dapat berlian. Akh sayangnya, kami harus tunduk saat break seperti ini, jadi tidak tahu wajah siapa saja yang sudah jadi maskot. Paling dengar namanya saat ditanya.
Kembali kami diminta melakukan atraksi aneh. Memasukkan kedua tangan di sela kedua ketiak teman di depan, lalu gosok cepat sesuai hitungan panitia. Setelah tergosok, diminta lepas tangannya dan arahkan ke hidung masing-masing sambil ucapkan "harum......senior!", haha puyeng kalau dapat partner yang aduhai.....
Saya sih taruh tangan tidak persis merapat di ketiak teman, yang penting nempel di bawah lengannya. Main aman, tapi jangan sampai kedapatan. Taktiknya kalau ada senior pendamping posisinya dekat dari kita, jangan coba-coba lakukan ini. Disela melakukan atraksi itu, tiba-tiba dapat instruksi "kengkring ko....!" maksudnya loncat sambil jongkok, kedua tangan dikaitkan taruh di belakang kepala. Saya tidak pernah merasa ngantuk, benar-benar fokus, pasang telinga agar info atau aba-aba yang mendadak tetap terdengar.

Ada satu permainan yang paling bikin saya cemas. Permainannya semua maba sesama perempuan atau laki-laki melemparkan sepatunya pada satu tempat, lalu berlomba mengambil kembali sepatunya masing-masing padahal kita ada ratusan orang. Jenis permainan ini rawan sekali mengakibatkan cedera kalau tidak pandai melihat kondisi. Bersyukur kakak saya sudah membekali jurus, harus berbuat apa agar terhindar bahaya ketika melakukan permainan jenis ini.
Di sini saya tidak akan terpancing ikut cepat-cepatan mengambil sepatu. Sepatu saya akan ambil ketika yang berkerumun sudah berkurang. Resikonya yah dapat sepatu yang bukan lagi milik kita, atau beda sebelah sepatunya. Ah biarlah, daripada kena dorong maba lainnya. Oh iyah satu lagi permainan yang bikin deg-degan. Permainannya membuat lingkaran berlapis, tapi harus dilakukan dalam hitungan detik. Saya tidak akan mau ikut cepat-cepatan, biar dapat lapisan lingkaran paling luar. Maba yang berada di lapisan dalam, bisa terhimpit bahkan bisa saja sulit bernafas. Haduh...permainan-permainan ini mudah-mudahan yang terakhir dimainkan oleh angkatan kami. It is danger, but tricks is worked!
Bersambung....
19 Januari 2022
Mom 4F

Selasa, 18 Januari 2022

Red Campus #6

Berjalan kodok atau jalan jongkok dari pintu utama kampus Unhas menuju fakultas teknik yang jaraknya kurang lebih 1 kilometer. Kadang cara berjalan dengan jongkok lalu diminta ganti berjalan dengan merayap. Syukurnya melakukan itu saat matahari belum terik. Sebelum jam 08.00 WITA semua maba sudah harus berkumpul di depan fakultas. Setiap pagi diadakan upacara sebelum masuk ruangan untuk mendapatkan materi orientasi. Aneka permainan yang kadang gak sreg di hati maupun nalar tetap harus kami lakukan. Yang kedapatan salah atau tidak melakukannya langsung dapat hukuman dobel. Hukuman fisik juga hukuman harus tampil di depan maba dan penonton lainnya.
Maba yang sudah digeret ke depan, siap-siap diberi lakon macam-macam. Seringnya jadi aktor lawak yang disutradara-i para senior. Yang bikin kesel, kami maba lainnya tidak boleh ketawa meskipun lucu. Disuruh tunduk, padahal seru. Kalau kedapatan tidak patuh pada perintah senior, jadi maskot berikutnya maju ke depan.
Pernah dapat tugas menghapalkan lagu dalam waktu singkat. Nanti lagunya dinyanyikan bersama. Daripada saya kena hukuman, sebisa mungkin hapalkan lagu itu. Yaah I did it! Terkadang dalam kondisi tertekan semua bisa dilakukan dengan cepat, pastinya tidak nyaman karena tidak menikmati.

Selesai upacara dan kegiatan lainnya terlaksana di halaman fakultas, kami digiring masuk kedalam ruangan. Panitia ospek menyajikan materi tentang pengenalan organisasi yang ada di fakultas dan di jurusan masing-masing.
Ada Organisasi Kemahasiswaan Fakultas Teknik Unhas (OKFT-UH) atau Senat Kemahasiswaan FT-UH. Berikutnya Himpunan mahasiswa jurusan-jurusan yang ada di fakultas teknik. Pada tahun 1998, jurusan yang ada di fakultas teknik berjumlah enam, yaitu :
- Teknik Sipil
- Teknik Arsitektur
- Teknik Mesin
- Teknik Perkapalan
- Teknik Geologi
- Teknik Elektro
Ketua himpunan tiap jurusan tampil mengenalkan diri, dan siapa saja yang menjadi pengurus di himpunan tersebut. Mereka menceritakan apa saja program kegiatannya secara singkat. Di sela pemberian materi, ada break sejenak. Waktu break ini adalah saatnya panitia melakukan aksi mengerjai maba. Maba yang dianggap lucu diminta tampil di depan, lalu mengikuti apa saja yang diinstruksikan oleh panitia. Maba lainnya tidak boleh menatap kedepan, harus tunduk selama acara break. Hilang kemerdekaan banget rasanya!
Bersambung.....
18 Januari 2022
MOM 4F

Minggu, 16 Januari 2022

Red Campus #5

Di halte sudah banyak mahasiswa baru (maba) yang menunggu angkot (angkutan kota) menuju area rumah masing-masing. Angkot yang masuk area kampus memiliki kode angka tertentu, yang berbeda untuk setiap rute terjauh yang dituju. Contoh angkot dengan kode 05, rutenya ke area jl. Cendrawasih. Angkot kode 02 rutenya adalah area jl. Veteran. Dan masih banyak kode angkot lainnya.
Angkot yang melewati daerah tempat saya tinggal ada beberapa alternatif jadi tidak harus menunggu lama di halte. Supir angkot akan berhenti secara auto di halte jika penumpangnya belum penuh, bahkan ada yang sampai desak-desakan karena sang supir berpikir akan ada yang singgah nantinya. Kalau saya, gak akan menaiki angkot seperti itu kecuali darurat. Kami sudah berada di atas angkot. Saya lebih banyak diam mendengar obrolan maba lainnya yang menjadi penumpang dengan angkot yang sama. Bukan maba dari jurusan teknik, ada juga yang berasal dari jurusan lainnya. Mereka bercerita tentang beratnya latihan fisik yang dialami tadi. Itu baru pra tidak kebayang seperti apa yang akan dilalui di ospek nanti. Dalam hati membenarkan pernyataan mereka. Sepertinya perlakuan yang dialami oleh maba laki-laki lebih berat kalau mendengar cerita mereka. Ah sudahlah, hadapi saja kataku dalam hati

Sebelum pulang tadi, kami sudah mendapat jadwal, seragam ospek. Sementara properti lainnya dan model tampilan sudah disampaikan. Yang paling saya ingat perempuan yang tidak berjilbab, rambutnya harus dipakaikan minyak rambut lavender. Pakai rok jumbai warna-warni yang terbuat dari tali rapiah. Rambut dikuncir berdiri sebanyak 9 ikatan. Muka harus dilukis dengan pewarna hitam dan merah. Baru membaca instruksinya saja, saya sudah pusing, kebayang butuh waktu berapa lama menyiapkan semua printilan itu. Apa iyah selama 4 hari harus selalu berpenampilan seperti itu. Kami juga diwajibkan membawa cadangan minyak rambut, bahan pewarna wajah untuk dipakai jika terhapus oleh air wudhu atau keringat. Bagi yang berjilbab rambutnya tidak harus dipakaikan minyak rambut, mereka diminta menambahkan jumbaian pita warna merah putih di jilbab. Pada saat itu saya tidak pakai jilbab karena ada masalah alergi di bagian telinga saya, jika tertutup tingkat pendengaran saya makin berkurang. Kontrol rutin ke dokter THT saya lakukan pada saat itu. Alhamdulillah masalah pada telinga saya sudah pulih, saya bertekad menggunakan jilbab kembali. Selama tidak berhijab, selalu ada rasa tak tenang dan tidak ingin berlama-lama dalam keadaan seperti itu.

Kembali tentang hari-hari saya akan menjalani ospek. Nama ospek untuk angkatan saya tahun 1998 adalah POZMA. Aduh saya lupa kepanjangan POZMA, perhatian saya tidak lagi pada hal itu. Melainkan bagaimana agar proses ini segera selesai.
Sudah kebayang bahan-bahan yang saya pakai untuk melukis wajah biar dapat warna hitam dan merah, yah terpaksa pakai lipstik dan cairan maskara, ada juga yang pakai bubuk arang. Duh bakal panen komedo dan jerawat jadinya!

Senangnya mama saya datang ke Makassar, demi mendampingi saya yang akan mengikuti ospek. Saya dan teman pindah dari kost sebelumnya ke kost teman yang letaknya dekat dari kampus. Semua peserta ospek sudah harus berada di kampus pada waktu masih gelap, kira-kira jam 5 lewat dikit. Saya kuncir rambut sendiri yang dikerjakan sebelum shalat subuh, kira-kira jam 4. Shalat dengan bentuk rambut terkuncir, tapi belum diberi minyak rambut. Setelah shalat subuh baru saya sapukan minyak rambut lavender banyak-banyak biar berdiri. Dorongan apa coba semua pada manut apa yang diperintahkan senior, haha. Sambil mengurus rambut, mama menyuapi saya sarapan subuh. Mau tahu sarapannya apa? Mi instant dan telur ditambah nasi, haha. Cuma menu ini yang keburu dimasak dan bisa masuk ke tenggorokan. Takut beribet masak seperti biasa dan warung belum ada juga yang buka. Yang terpikirkan jangan sampai terlambat berangkat. Kalau terlambat bisa berabe.
  
Saya dan teman sudah siap dengan penampilan seperti ondel-ondel. Yaah itulah tampilan khas setiap maba yang unik di setiap tahunnya. Kami menumpangi angkot yang sudah menunggu di ujung lorong jalan keluar begitu melihat kami yang sedikit berlari. Waah di atas angkot sudah banyak maba dengan tampilan unik, sesuai jurusannya masing-masing. Aneka properti juga ikut terbawa. Barang-barang saya sudah ada semua di dalam tas karung khusus untuk peserta ospek.
Angkot tiba-tiba diberhentikan oleh senior padahal posisi masih lumayan jauh dari pintu gerbang masuk kampus. Ternyata kami diperintahkan segera turun dari angkot dan harus langsung merayap, jalan jongkok secara bergantian memasuki gerbang kampus menuju area jurusan. Terkadang kami diminta nyanyikan lagu mars teknik. Semua lagu kebangsaan teknik lengkap dituliskan di dalam buku panduan ospek. Kami diwajibkan menghapal lagu-lagu tersebut. Merayap, kemudian jalan jongkok sambil bernyanyi huwwaaah siksaan apa ini? Tapi kalau dikenang seru juga, haha.
Bersambung.....
16 Januari 2022
Mom 4F

Sabtu, 15 Januari 2022

Red Campus #4

Semua berkas yang diperlukan beserta bekal lainnya sudah saya siapkan. Saya dan beberapa teman SMA berangkat ke Makassar untuk melakukan pendaftaran ulang. Kami masih tinggal sementara di kost kakak angkatan. Sehari setelah tiba di Makassar, kami menuju Kampus Unhas (Red Campus) lebih pagi untuk melakukan pendaftaran ulang. Peserta pendaftar ada ribuan jumlahnya, pastinya antrian panjang di setiap loket. Agar tidak ketinggalan info, kami harus aktif mencari informasi mengenai posisi loket dimana bisa mendapatkan formulir beserta penanda dokumen untuk jurusan yang akan kami daftar. Cukup lama juga mengisi formulir karena data yang harus dituliskan lumayan banyak.
Formulir sudah terisi selanjutnya antri lagi menunggu giliran untuk mengembalikan formulir tersebut beserta tes buta warna. Ah benar-benar ujian sabar demi bisa kuliah.

Akhirnya tiba giliran saya, proses pengecekan kelengkapan berkas sebenarnya tidaklah lama. Yang terakhir adalah tes buta warna, alhamdulilla semua aman. Saya sudah terdaftar sebagai mahasiswi baru di Unhas, Jurusan Teknik Elektro Tahun 1998. Berkas formulir yang akan dimasukkan ke jurusan sudah di tangan. Kami diarahkan untuk melihat informasi di lembaran kalender akademik yang diberikan atau bisa juga lihat di papan pengumuman. Semua masih serba manual, harus rajin membaca atau bertanya jika ada hal yang kurang jelas. Tidak bisa mengharap akan ada orang yang menyuapi terus informasi jika kita tidak cari tahu sendiri. Inilah pengalaman sekaligus pembelajaran yang kami dapatkan selepas jadi anak SMA. Sangat jauh berbeda dengan kondisi sekarang. Semua masalah registrasi, ujian sudah serba online, jadi bisa hemat waktu dan mudah. Tapi....kami dapat sehatnya dong, karena banyak gerak fisik untuk urus ini itu. Pesanku pada anak jaman sekarang, kalian perlu banyak olahraga, jangan terlena dengan kenyamanan fasilitas yang semua sudah serba online yang akibatnya bisa bikin malas gerak (mager).

Berkas formulir untuk masuk jurusan sudah di tangan. Kami mengisi formulir di kost. Ada hal yang membuat saya deg-degan sebanarnya. Apa itu?
Konon ceritanya pra ospek (pekan orientasi) dijalankan ketika pengembalian formulir atau biodata ke jurusan. Kakak saya yang kebetulan adalah mahasiswa teknik juga mengatakan bahwa pada saat pengembalian biodata akan ada perlakuan dari panitia pra ospek (biasanya panitianya adalah para senior) yang mengharuskan kita musti kuat fisik dan mental. Rada seram sih ceritanya, katanya sudah tradisi bahwa mahasiswa baru harus melakukan apa saja yang diperintahkan oleh senior ketika pra maupun ospek. Banyak yang merasa aksi di ospek tersebut seperti siksaan fisik. Haduh...ini baru pra apalagi kalau ospek nya!

Hari itu, hari dimana jadwal saya harus mengembalikan biodata ke jurusan. Saya naik angkutan umum menuju kampus. Di atas angkutan sudah banyak mahasiswa juga yang membawa map, mungkin tujuannya seprti saya. Kami tidak saling kenal, dan tidak ada yang ingin memulai pembicaraan. Sepertinya masing-masing sedang larut dalam pikirannya akan mengalami perlakuan apa nantinya di lokasi.
Tibalah kami di kampus. Ada yang singgah di lokasi jurusan teknik, ada juga yang masih lanjut menuju lokasi jurusan lainnya. Saya menuju bangunan yang disebut LT (Lecture Theater), saya lupa LT berapa. Ada banyak LT di kampus, ruangan yang modelnya seperti studio. Satu LT bisa menampung banyak mahasiswa. Saya dan mahasiswa baru (maba) lainnya memasuki ruang LT tersebut. Kursi sisi kanan diisi oleh maba laki-laki, kursi sisi kiri diisi oleh maba perempuan. Berkas biodata sudah kami serahkan kepada panitia.

Panitia pra ospek mulai bersuara menggunakan toa. Mereka memberi sambutan terlebih dahulu selama beberapa menit. Lalu mengenalkan nama panggilan dan peran setiap panitia yang sedang berada di ruangan itu. Panitia pra maupun ospek saya sebut saja senior biar lebih singkat. Hampir 1 jam senior memberi wejangan serta petunjuk permainan yang harus kami ikuti. Mulailah aneka kegiatan harus kami kerjakan, ada yang menantang kecepatan, ketepatan pendengaran penglihatan ada juga yang harus mengerahkan tenaga (fisik). Kegiatan yang paling saya ingat dan tidak suka, yaitu berjalan sambil jongkok dalam jarak yang cukup jauh sambil menggigit sepatu sendiri. Kegiatan yang ini membuat rahang saya pegal hingga beberapa hari. Kami juga harus merayap di lantai yang debunya luar biasa banyak, huwwaah......pokoknya sama sekali tidak ada enaknya.
Kami melakukannya dalam kondisi tertekan. Jika tidak dikerjakan apa yang diinstruksikan oleh senior atau kedapatan melakukannya sambil malas-malasan langsung mendapat hukuman. Hukumannya pun gak kira-kira, diminta melakukan gerakan fisik yang lebih berat ditambah dijadikan maskot di depan maba lainnya jadi bahan lelucon. Ah benar-benar latihan fisik dan mental, tepatnya siksaan kali yah.

Alhamdulillah saya melewati pra ospek tanpa dengan perasaan lega. Satu tahap telah terlewati. Peristiwa yang saya lalui di pra ospek merupakan hal baru. Yang membuat saya harus kuat menjalaninya adalah rasa takut. Khawatir jika tidak menjalankannya nanti tidak lulus jadi maba. Jadi siap tidak siap saya harus semangat, berusaha menjalankan instruksi apapun agar tidak mendapat hukuman atau jadi bulan-bulanan senior di depan para maba.
Sore hari, setelah shalat Ashar kami pulang. Dalam perjalanan menuju halte bis baru terasa kaki, badan, rahang pegal semua. Sepertinya tubuh saya kaget yang tiba-tiba melakukan gerakan fisik dalam waktu lama.
Bersambung......
15 Januari 2022
Mom 4F

Kamis, 13 Januari 2022

Red Campus #3

Tes UMPTN mulai berlangsung. Alhamdulillah menjalani tes UMPTN tidak sesulit yang dibayangkan dan tentunya tidak semudah yang diinginkan. Memang harus mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh, kuncinya tekun belajar. Ruangan untuk tes yang saya gunakan berbeda dari kedua teman saya. Setiap selesai ujian, kami kadang membahas ulang soal yang kira-kira jawabannya meragukan. Bahkan kami mencoba menghitung perolehan poin berdasarkan jumlah jawaban yang benar menurut kami. Kadang terlihat gusar dari wajah kedua teman saya. Hmhm jadi ikut prihatin, meskipun saya merasa bisa mengerjakan soal lebih banyak ketimbang yang meragukan. Tetap saja ada rasa takut tidak lulus. Inilah efek jika kita suka memikirkan hal yang sudah berlalu. Padahal yang seharusnya kami lakukan, fokus pada langkah berikutnya. Oh iyah saya pilih IPC (IPA dan IPS), jadi tes berlangsung selama 3 hari. Hari pertama dan kedua lokasi tempat tes sama. Kemudian hati ketiga kami tes di kampus Unhas.

Alhamdulillah, kami telah mengikuti tes UMPTN selama 3 hari. Atas saran dari kakak kandung maupun kakak angkatan agar mengikuti tes penerimaan di Politeknik. Saya dan kedua teman ikut tes. Saya mengambil pilihan jurusan yang sama saat tes UMPTN. Selesai tes kami pulang ke kampung untuk melakukan pengurusan berbagai dokumen dari sekolah seperti : STTB (Surat Tanda Tamat Belajar), NEM (Nilai Ebtanas Murni,), Ijazah, Raport beserta dokumen-dokumen yang perlu dilegalisir. Dokumen ini kami lengkapi untuk dibawa ke Makassar, yang diperlukam saat pendaftaran ulang jika lulus tes. Saat mengurus dokumen tersebut, kami bertemu guru-guru. Mereka menanyakan tentang pilihan jurusan yang kami ambil. Guru biologi saya menyayangkan diri saya yang tidak memilih jurusan Kedokteran Umum. Menurut beliau, saya cocok dengan jurusan tersebut. Beda lagi dengan guru Matematika saya. Ia bilang "seharusnya kamu gak perlu daftar Politeknik segala, insyaa Allah kamu bisa lulus di Unhas!".
"Saya ragu pak, kalau gak lulus di Unhas minimal masih punya harapan di Politeknik, Pak!". Bapak itu tetap optimis, bahwa kami tidak usah prihatin. "Insyaa Allah kalian bisa lulus semua di Unhas!"
Ah, tetap saja ada rada ragu di hati ini. Saya tidak ingin mendahului ketetapanNya, apalagi belum ada pengumuman.

Jarak antara waktu tes dan pengumuman hasil UMPTN kurang lebih 1 bulan. Beberapa hari jelang pengumuman kami berangkat lagi ke Makassar. Tentunya membawa bekal dokumen lengkap  agar tidak perlu balik menjemput dokumen saat diperlukan. Lembar dokumen yang sudah dilegalisir sudah diperbanyak. Jadwal pengumuman bertepatan dengan piala dunia. Penonton jadi dobel deg-degannya. Eits...saya gak hobi nonton pertandingan sepak bola sih. Jadi yaa...santai saja. Tentang hasil UMPTN, saya juga tidak merasa begitu khawatir. Lebih kepada pasrah, sudah melakukan yang terbaik. Selebihnya Allah yang menentukan.

Ternyata H-1 koran dari media kampus (IDENTITAS) sudah ada pengumuman hasil UMPTN. Harga koran dibandrol lebih tinggi dari biasanya. Luar biasa antusiasme para penanti pengumuman hasil UMPTN. Kakak saya mendatangi kost tempat kami tinggal. Bersama penghuni kost lainnya, mereka mencari nomor ujian kami satu per satu. Kebetulan kost yang kami tinggali berupa rumah panggung. Kakak bersama yang lainnya berada di bawah. Sementara kami berada di atas, menanti info saja. Karena korannya hanya ada satu buah. Itu pun dapatnya dengan perjuangan saking menjadi barang buruan setiap orang malam itu.

Tiba-tiba terdengar teriakan ramai "Nanna...Nanna kamu lulus!"
Kami pun turun ke bawah.
"Akh...tongang una raka (benar gak)?" kata saya.
"Coba kamu cocokkan nomor ujianmu!", perintah kakak.
"Eh benar. Alhamdulillah saya lulus!" ucap saya tenang, tidak heboh.
Tiba-tiba penghuni kost mengangkat saya saking bahagianya. Mereka pura-pura ingin masukkan saya kedalam got, hahaha. Salah satu teman saya lulus di D3 Kedokteran Gigi, pilihan keduanya. Namun ada rasa sedih yang menyeruak dalam hati kami, karena satu lagi teman saya, kedua pilihannya tidak ada yang lulus. Alhamdulillah ia tidak putus asa. Plan b yang sudah ia direncanakan yaitu mendaftar ke Sekolah Keperawatan.

Kelulusan ini pasti menjadi kabar bahagia bagi kedua orang tua saya dan kerabat lainnya, termasuk guru-guru sekolah kami di kampung. Betapa sebuah harapan besar mereka titipkan kepada kami para putra putri meskipun berasal dari desa. Menjadi anak berasal dari kampung bukanlah menjadi halangan untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Saat itu belum ada telpon genggam. Beberapa hari berikutnya barulah saya pulang ke kampung untuk menyiapkan kebutuhan seperti pakaian serta bekal lainnya untuk tinggal lebih lama nantinya di Makassar. Setibanya di rumah baru saya sampaikan kepada orang tua bahwa saya lulus masuk Unhas, jurusan Teknik Elektro. Mereka sungguh BAHAGIA dan serentak mengucapkan ALHAMDULILLAH.......
Bersambung........

13 Januari 2022
Mom 4F

Selasa, 11 Januari 2022

Red Campus #2

Ujian masuk perguruan tinggi negeri (UMPTN) akan berlangsung beberapa pekan lagi setelah pengumuman kelulusan siswa SMA. Saya bersama 2 teman SMA berangkat ke Makassar menumpangi bus langganan. Kami akan tinggal sementara di kamar kost milik kerabat yang sekaligus adalah senior kami di SMA. Jadilah kami ada berlima orang di kamar kost itu. Sengaja saya dan teman lebih awal ke Makassar agar bisa mengikuti bimbingan belajar (bimbel) sebagai persiapan tes UMPTN. Kami mengambil kelas intensif karena durasi waktu bimbel yang singkat. Tempat bimbel sering berubah lokasi, mengkuti jumlah peserta dan waktu daftar. Bersyukur saya tidak sendiri, jadi untuk kemana-mana tidak merasa takut. Kakak angkatan membekali kami info mengenai jalur serta jenis kendaraan apa yang bisa ditumpangi ketika ingin ke lokasi bimbel, begitu pun ketika mau balik ke kost.
Saat itu tahun 1998, mahasiswa sering melancarkan unjuk rasa di lokasi tertentu. Jalur tersebut sering kami lalui. Terkadang jalur lalu lintas ditutup sehingga sulit mendapat angkutan umum seperti biasanya. Ketika dalam situasi tersebut, saya dan teman memutuskan pulang ke kost dengab berjalan kaki. Jika demonstrasi mahasiswa pada pagi hari maka kami terpaksa jalan kaki menuju lokasi bimbel. Saya menikmati momen ini. Kami ada alasan melalui bangunan-bangunan tinggi di kota yang tidak ada di kampung. Tak ada rasa capek, malah ketagihan. Sekiranya bukan karena alasan keamanan, kami lebih memilih berjalan kaki ke lokasi bimbel. Yang ditakutkan bila terjadi kerusuhan ketika mahasiswa unjuk rasa. Ah sayang, saat itu belum punya smartphone untuk mengabadikan momennya.

Lanjut tentang bimbel. Sebenarnya saya kurang mengikuti materi yang diberikan oleh mentor di bimbel. Hanya beberapa saja "jurus praktis" yang selaras dengan penerimaan otak logik saya. Para mentor mengajarkan rumus praktis untuk soal perhitungan. Menurut saya, rumus-rumus praktis itu seperti jalan pintas yang bertujuan untuk mengerjakan soal hitungan tanpa memakan waktu lama. Tapi bagi saya, seperti menghapalkan rumus baru. Menghapal adalah momok bagi saya. Pada akhirnya saat berada di ruang bimbel yang kadang menyewa hall sebuah hotel untuk menampung lebih banyak peserta bikin saya ngantuk berat. Udara sejuk dari AC (air conditioner) menambah beratnya rasa kantuk ini. Belum lagi kalau dapat posisi di belakang, lengkap sudah. Yang serunya kami bertemu banyak teman baru berasal dari berbagai kabupaten dan kota yang ada di  Sulsel. Pada sesi akhir bimbel kami sempatkan ngobrol macam. Benar-benar jadi refreshing time. Tidak sedikit kegiatan try out harus kai ikuti. Saya mnyelesaikan soal hitungan menggunakan cara panjang (runut) seperti yang saya dapatkan waktu SMA.

Saya perhatikan 2 teman saya benar-benar memacu diri belajar. Mereka setiap saat mengerjakan soal-soal latihan. Berbeda dengan saya yang lebih santai karena waktu mau ujian nasional di SMA saya sudah porsir diri dengan belajar lebih intens dari sebelumnya. Sebagai review saja, agar materi pelajaran yang sudah didapatkan tidak hilang, menjelang tidur malam saya mengerjakan beberapa soal prediksi UMPTN. Mata pelajaran yang saya senangi adalah bahasa Inggris. Bukan karena soalnya mudah, tapi senang ketika menemukan kosa kata baru. Dulu waktu jaman SMP cara saya belajar bahasa Inggris yaitu semua cerita atau redaksi pengantar soal yang ada di dalam buku paket, saya terjemahkan. Kata baru saya cari artinya di kamus  bahasa Indonesia - Inggris. Lalu arti kata tersebut saya tulis dengan pensil di sekitar kata baru tersebut. Semakin banyak kata baru, artinya buku paket saya semakin banyak coretannya.

Bimbingan belajar telah usai. Kamu mengisi formulir untuk mendaftar ikut UMPTN. Pengurusan formulir secara kolektif dilakukan oleh pihak penyelenggara bimbel. Setelah mendaftar, kami harus mencari info jadwal, lokasi dan ruangan sebagai tempat mengikuti UMPTN. Ada sekian ribu orang menjadi peserta UMPTN yang akan menyasar PTN-PTN yang tersebar di Indonesia. PTN pavorit tentunya mensyaratkan perolehan poin nilai yang tidak sedikit. Sebenarnya ingin memilih PTN di pulau Jawa, namun orang tua tidak tega membiarkan saya jauh merantau. Akhirnya saya memilih PTN Universitas Hasanuddin pilaha pertama Teknik Elektro, pilihan kedua Akuntansi.
Bismillah.....
Semoga saya dan teman seperjuangan lancar mengerjakan soal UMPTN.

Bersambung.....
 
10012022
Mom 4F

Minggu, 09 Januari 2022

Red Campus #1

Hari itu, dimana hari pengumuman kelulusan kami di SMA. Alhamdulillah semua murid kekas 3 dinyatakantah lulus. Oh iyah setelah ujian nasional kemarin, kami kedatangan kakak-kakak dari kampus untuk memberi gambaran tentang jurusan apa saja yang ada. Mereka juga menyampaikan strategi dalam memilih jurusan yang peluang lulus nya besar. Terdapat beberapa jalur yang dapat ditempuh untuk bisa masuk ke perguruan tinggi. Salah satunya jalur bebas tes. Siswa mengirimkan berkas berupa raport dari kelas 1 sampai kelas 3. Saya ikut menyetorkan berkas untuk bebas tes. Qadarullah saya belum diijinkan Allah menggunakan jalur ini. Yang jadi harapan adalah ikut tes UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri).

Hampir semua guru SMA saya menyarankan memilih jurusan kedokteran, pertimbangan mereka bahwa kemampuan saya di bidang sains seperti Biologi, Fisika cukup sesuai untuk jurusan tersebut. Namun saya tidak tertarik dengan jurusan kedokteran. Ada 2 alasan mengapa saya tidak tertarik yaitu :
1. Tidak suka menghapal
2. Biaya buku, spp dan lainnya mahal
Nah, saya cenderung ingin memilih jurusan teknik, yaitu Teknik Elektro. Jurusan ini juga direkomendasikan oleh kakak pertama. Teknik elektro saat itu menjadi salah satu jurusan pavorit. Menurut kakak, alumni jurusan elektro pilihan lapangan kerjanya lebih banyak. Saat itu mindset saya lanjut kuliah adalah biar bisa dapat kerja di perusahaan keren, gaji gede, sehingga keadaan ekonomi keluarga menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Hati saya sudah mantap ingin memilih jurusan Teknik Elektro.
Orang tua sangat mendukung apa pun pilihan jurusannya. Yang terpenting bisa lulus masuk ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Mereka sering ucapkan ini "Kami hanya mampu menyekolahkan kalian di Perguruan Tinggi Negeri (PTN), jadi belajarlah dengan sungguh-sungguh agar lulus masuk PTN!". Jaman dulu di kampung, anak yang bisa lulus masuk ke PTN merupakan salah satu kebanggaan tersendiri. Masyarakat beranggapan bahwa hanya anak pintar yang bisa lulus masuk PTN melalui UMPTN (ujian masuk perguruan tinggi negeri), istilah seleksi masuk PTN saat itu. 
Bersambung.....
09 01 2022
Mom 4F

Jumat, 07 Januari 2022

Putih abu-abu #3

Mama melihat perilaku saya yang enggan menyelesaikan jatah tugas domestik menjadi kesal. Meskipun saya rajin belajar, ia tetap memberi saya tugas, dan tidak membolehkan siapa pun mengerjakannya. Mama termasuk orang yang tegas pada peraturan yang sudah dibuat. Akhirnya dengan terpaksa saya tetap mengerjakan tugas domestik tersebut. Yaah kadang hasilnya terlihat separuh hati alias tidak ikhlas, kadang juga minta tolong sama sepupu yang tinggal di rumah dengan imbalan uang memakai uang saku saya. Ih kalau diingat-ingat sekarang jadi lucu, mama saya juga ikutan ketawa kalau kami telponan atau sedang kumpul membahas kelakuan anak-anaknya yang sering bikin beliau sebel. Jadi kangen orang tuaku yang berada nun jauh di Sulsel sana.

Di sisi lain saya bersyukur karena yang awalnya rajin belajar karena ingin menghindar dari pekerjaan rumah, ternyata kebiasaan itu jadi menyenangkan bagi saya. Suatu waktu saya sangat ingin ikut kursus bahasa Inggris di kota lain, lokasinya tidak begitu jauh dari kampung saya. Namun kondisi ekonomi keluarga saat itu, tidak memungkinkan untuk bisa membayar biaya kursus. Ditambah dua orang kakak saya sedang kuliah yang tentunya perlu biaya yang tidak sedikit. Saya pun menemukan cara agar bisa belajar sendiri. Kami punya radio di rumah yang bisa menangkap siaran AM. Kebetulan TV tua yang ada di rumah, sudah lama rusak dan tidak menjadi prioritas untuk membeli TV baru. Dari radio tersebut saya cari siaran radio chanel : BBC London, Suara Netherland, aduh lupa nama chanel lainnya. Saya catat jadwal kapan ada acara pelajaran bahasa Inggris, bahasa Belanda dan berita. Senang dengar berita karena menggunakan bahasa asing. Meskipun saya tidak begitu paham apa yang diucapkan oleh pembaca berita. Dengan setia mendengarkan beritanya hingga selesai. Sambil berhayal saya sedang berada di negara tersebut. Oh iyah saya sempat mengirim surat ke alamat stasiun kedua radio tersebut. Alhamdulillah senangnya bukan main ketika mendapat qbalasan berupa kartu dan buletin. Sayang pada waktu itu belum punya smartphone untuk mengabadikan gambar kartu ucapan dan buletinnya. Biasanya surat siswa-i yang masuk, dipajang di jendela kaca ruang guru. Siapa saja yang melintas di depan ruang tersebut bisa mengetahui siapa yang sedang mendapat kiriman surat. Kadang surat saya diambilkan oleh teman satu kelas, kemudian kita baca ramai-ramai. Serasa surat milik bersama.

Begitu banyak kenangan masa SMA, jika dituliskan semua tidak akan cukup dalam waktu semalam menuliskannya. Mudah-mudahan pada edisi khusus saya bisa menuliskan ulang secara lebih lengkap.
Alhamdulillah pada tahun 1998, saya dan semua teman satu angkatan dinyatakan lulus ujian SMA. Bahagia mengetahui kabar tersebut. Ini bertanda kami akan berpencar melanjutkan etape kehidupan kami masing-masing. Mungkin ada yang memilih atau terpaksa tidak melanjutkan pendidikan, ada yang pergi merantau dan ada juga yang menikah bagi yang sudah bertemu jodohnya.
Sementara saya sendiri harus memikirkan dan mempersiapkan segala sesuatunya. Pertanyaan yang terlintas dalam pikiran saat itu "apakah diri ini bisa berjodoh masuk ke perguruan tinggi negeri?". Kalau tidak, terancam tidak bisa kuliah.
Bersambung......
Tangsel, 07 Januari 2022
Mom 4F

Kamis, 06 Januari 2022

Putih abu-abu #2

Setelah 3 tahun duduk di bangku SMP, perjalanan berikutnya adalah memasuki gerbang putih abu-abu (SMA). Pada tahun 1995 saya mendaftar di SMA Negeri yang ada di kampung. Sekolahnya terbilang baru, jadi masih terdapat beberapa ruang dengan bangunan darurat. Saya menempati ruang darurat tersebut ketika kelas 1. Teman-teman di SMA hampir semuanya berasal dari SMP yang sama, sehingga suasananya serasa masih di SMP hanya beda kostum saja.

Setiap jenjang kelas terdiri 4 (empat) ruang. Alhamdulillah saya bisa melewati jenjang kelas 1 dengan tetap meraih rangking 1 (satu). Tiba di kelas 2 (dua), pengaturan penempatan siswa berdasarkan nilai akademik. Saya dan teman lainnya yang dianggap memiliki nilai raport tinggi disatukan dalam kelas yang sama, nama kelasnya 'kelas unggulan'. Dulu waktu kelas 1 saya cenderung santai dalam belajar karena merasa tidak ada saingan. Berbeda ketika sudah kelas 2 dan berada di kelas unggulan, sungguh terasa tekanan persaingannya. Peringkat saya sempat anjlok ke angka 4 (empat) yang sekali terjadi sepanjang saya menempuh pendidikan SMP - SMA. Deg-degan rasanya waktu terima rapor, karena berpikir orang tua saya pasti marah. Syukur Alhamdulillah respon mama dan ayah jauh dari apa yang saya pikirkan. Mereka tidak marah, hanya memberi nasihat kepada saya agar lebih semangat lagi dalam belajar.

Menjelang kenaikan tingkat yakni ke kelas 3 (tiga), sekolah mengadakan pesantren kilat. Seluruh murid kelas 2 wajib ikut. Kami bermalam di sekolah selama 5 (lima) hari. Program pesantren kilat sebagai wadah untuk menambah pengetahuan agama Islam secara mendalam dibanding materi-materi yang didapatkan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Penerapannya juga diperkuat melalui praktek secara rutin. Yang paling berkesan bagi saya adalah nikmatnya kumpul dengan teman sekolah dan bermalam bukan di rumah, jadi mendapat suasana baru. Kalau tentang materi pelajaran, kebanyakan pakai metode ceramah oleh pengajarnya sehingga saya sering merasa ngantuk apalagi setiap malam kami harus bangun shalat malam. Cara yang saya lakukan agar rasa kantuknya segera hilang, dengan mencatat apa yang disampaikan pemateri, berusaha aktif bertanya. It's worked!
Akhirnya selesai juga masa pesantren kilat, itu berarti libur panjang (libur kenaikan kelas).

Bahagia banget, orang tua saya memberi ijin berlibur ke Balikpapan. Di sana saya punya banyak kerabat keluarga yang sudah menjadi warga Balikpapan. Saya ditemani bibi, adik perempuan ayah dengan menumpangi kapal penumpang milik keluarga rute Pare-pare - Balikpapan. Paman, adik ayah saya bekerja sebagai nakhoda di kapal tersebut. Jadi kami mendapat keistimewaan bisa berangkat tanpa harus beli tiket. Hal ini sudah menjadi jatah bagi siapa saja keluarga dekat bila ada yang ingin melakukan perjalanan menuju Balikpapan. Inilah pengalaman pertama bagi saya menaiki kapal laut. Ombak saat itu cukup besar, jadi saya shalat dalam posisi duduk. Jika shalat dengan posisi betdiri, kemungkinan bisa kehilang keseimbangan. Di sepanjang perjalanan saya baca buku "Fiqih Wanita" yang sengaja saya bawa dari rumah. Bagian yang paling menjadi perhatian saya yaitu masalah hijab (jilbab), tentang zina, tata cara mandi wajib, perihal najis, hadas. Khusus pada masalah hijab dan zina, keduanya sangat related. Wanita yang sudah baligh wajib menutup aurat dengan kaidah yang benar. Salah dua tujuan menutup aurat adalah untuk memuliakan wanita, menghindarkan dari perbuatan zina. Diceritakan juga ganjaran yang sangat berat di akhirat nanti bagi wanita yang tidak mau menutup auratnya. Pada bagian ini hati saya berdesir dan sangat takut jika melanggar kewajiban tersebut. Selain itu, aturan tentang zina sangat dan tegas disampaikan dalam Al Quran :

وَلَا تَقْرَبُوا۟ ٱلزِّنَىٰٓ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ فَٰحِشَةً وَسَآءَ سَبِيلً


Artinya: "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra: 32).

Sudah menjadi value di masyarakat bahwa orang yang berpacaran sudah termasuk melakukan perbuatan zina. Termasuk keyakinan orang tua saya tentang hal ini. Makanya saya dan adik perempuan diwanti-wanti tidak boleh sering keluar rumah (keluyuran) kecuali untuk urusan penting saja. Kalau sekedar mau main atau rekreasi harus ada orang dewasa seperti guru yang ikut dalam rombongan. Jika tida ada, saya atau adik tidak boleh ikut. Suka tidak suka kami harus patuh. Dan menurut saya, aturan tersebut sangat beralasan sehingga kami secara sadar menjalankannya.

Akhirnya libur panjang sudah selesai, kami kembali masuk sekolah dengan semangat serta pengalaman liburannya masing-masing. Usai membaca buku Fiqih Wanita tersebut, saya merasa lebih tenang, berjanji terhadap diri sendiri tidak ingin pacaran juga tidak ingin melepas hijab ketika keluar rumah bahkan ketika di dalam rumah jika ada muhrim. Gairah belajar saya juga meningkat. Ketika jam istirahat saya memilih tetap di dalam kelas. Terkadang sambil menyelesaikan soal-soal latihan di buku paket, atau baca-baca materi pelajaran. Tak jarang teman mempertanyakan perubahan perilaku saya yang menjadi lebih pendiam dari sebelumnya serta jarang keluar ruangan. Saya jawab senyum saja, dan melanjutkan aktifitas yang sempat terhenti. Saya masih ikut ngobrol dengan teman perempuan tapi tidak tahan berlama-lama.

Alhamdulillah perubahan sikap dan kebiadaan saya membuahkan hasil. Selama di bangku kelas 3 SMA peringkat 1 selalu ada di tangan saya. Oh iyah, saya di rumah juga lebih banyak menghabiskan waktu untuk belajar. Tapi untuk mengerjakan tugas domestik saya benar-benar tidak menikmati alias malas. Sepertinya saya tidak suka pekerjaan rutin seperti itu. Akhirnya, saya kadang sengaja serius belajar hingga larut malam biar lolos dari tugas dalam rumah, ah jadi malu. Jangan ditiru ya, it is not good! Awalanya rajin belajar sebagai pelarian, tapi lama-kelamaan jadi suka. Saya jadi betah mengerjakan soal-soal persiapan ujian ketimbang beres-beres rumah. Bukan tidak ingin membantu, tapi memang tidak nyaman mengerjakannya. Nah, disini saya mulai menemukan diri saya yang tidak suka pekerjaan rutin di dalam rumah.

Bersambung......


Selasa, 04 Januari 2022

Putih abu-abu #1

Banyak yang bilang kalau masa SMP (Sekolah Menengah Pertama) adalah masa dimana anak mulai mengalami puber. Bagi perempuan sudah mengalami menstruasi, sementara laki-laki terjadi perubahan suara dan perubahan fisik lainnnya sebagai tanda pertumbuhan organ reproduksi. Saya mengalami menstruasi awal pada usia 12 tahun atau kelas 1 SMP. Sebelum saya mendapat haid pertama, teman satu bangku di kelas sudah mengalaminya lebih duluan. Dari dialah saya mendapatkan cerita seperti apa rasanya mengalami haid itu. Yang saya ingat, ia bilang sebelum datang haid perut bawah terasa mules. Ia sempat kaget ketika mendapati darah di pakaian dalamnya. Lalu ia sampaikan kepada ibunya, kemudian diberitahu  agar rajin mencuci pakaian yang terkena darah haid. Mengetahui teman sudah mendapat menstruasi, saya jadi penasaran seperti apa yah rasanya mengalami haid? Saya jadinya ingin segera merasakan haid. Setiap merasakan mules di perut langsung berpikir jangan-jangan saya mau haid. Haha ternyata belum juga. Minggu demi minggu penantian, akhirnya yang ditunggu-tunggu terjadi juga. Saya tidak kaget ketika mengetahui hal tersebut karena memang sudah dinantikan dan pengetahuan agama tentang keputrian sudah kami dapatkan di sekolah. Yang terpikir ketika mendapat haid pertama "waah dosa saya sudah mulai kehitung". Ada rasa ingin lebih hati-hati dalam bertindak, takut meninggalkan shalat lima waktu. Selain itu, juga timbul rasa ingin terlihat cantik, kulit yang putih, jadi saya sempat coba memakai skin care milik sepupu. Yang saya pakai waktu itu krim siang dan malam. Awalnya sih cocok-cocok saja. Tapi lama-kelamaan kulit wajah saya bermasalah. Muncul jerawat di bagian dahi yang cukup banyak. Akhirnya saya menyesal dan berhenti memakai kosmetik apa pun. Alhamdulillah jerawat yang muncul mereda tapi tidak sembuh sepenuhnya. Masih kadang muncul satu atau dua jerawat di tempat yang sama.

Di usia SMP saya mulai merasa tidak percaya diri, terlebih lagi pernah mendapat perlakuan bully fisik. Saya menjadi sosok pemalu untuk tampil di depan umum kecuali karena terpaksa, atau tampil bareng teman lainnya. Ketika tampil sendiri di depan kelas, perasaan saya seolah-olah semua teman memandang wajah saya dan memperhatikan bagian yang buruk lalu ingin mengejek saya. Saya baru menyadari, ternyata pikiran atau asumsi seperti itu dinamakan overthinking. Krisis percaya diri ini berlangsung lama, bahkan hingga kuliah yang benar-benar mempengaruhi gestur saya ketika berbicara dengan orang lain. Sungguh tidak nyaman membawa perasaan itu kemana-mana. Alhamdulillah, meskipun demikian saya terbilang berprestasi dalam bidang akademik sejak bangku SD. Kalau sekolah jaman dulu masih pakai sistem rangking, posisi saya pada rangking 1, 2, 3 secara bergantian dengan teman lainnya. Beda cerita untuk bidang olah raga, saya tidak suka kegiatan fisik kecuali karena terpaksa. Bila ada jadwal mata pelajaran olah raga, saya senang tapi hanya karena bisa beraktifitas di luar ruangan, selebihnya tidak haha. Akhirnya pada tahun 1995 saya dan teman lainnya tamat SMP, yeeeehh siap-siap ganti seragam.
Bersambung.....

Senin, 03 Januari 2022

Keluargaku Inspiratorku #2

Kakak pertama, selain menguasai beberapa bahasa asing ia juga rajin baca buku. Setiap liburan sekolah, ketika ia pulang ke rumah waktu luangnya dihabiskan dengan membaca buku. Keluarga lebih mengenalnya sebagai orang pendiam dan kurang bergaul. Kakak jarang ikutan ngobrol ketika ada kerabat yang berkunjung. Ia lebih asik dengan buku bacaannya. Itulah sisi sosial kakak saya ketika masih SMA. Sekarang setelah berkeluarga sudah terjadi banyak perubahan.

Beberapa gerakan sosial yang ia inisiasi, salah satunya adalah ia mendirikan asosiasi petani nira di kampung sebagai bentuk peduli akan produktifitas gula nira di kampung.
Beliau membuat rancangan mesin pengolah gula nira atau gula aren yang sekarang sudah digunakan petani di kampung sebagai aset desa. Kakak juga berhasil merancang mesin listrik untuk menyangrai kopi yang menggunakan tungku dari tembikar. Dengan mesin tersebut lahir produk kopi sangrai dengan brand miliknya. Rancangan mesin sangrai tersebut sudah tercatat di badan HAKI (Hak Kekayaan Intelektual). Kakak pertama salah seorang yang menjadi idola dalam hidup saya, khususnya dalam hal motivasi belajar. Beliau tipe pembelajar yang gigih dan senang merancang mesin kemudian mewujudakannya sebagai barang berguna. Dari sosok beliaulah saya terinspirasi ingin mencapai banyak hal terutama ingin berprestasi dalam bidang akademis, agar nantinya tidak sulit mendapatkan lapangan kerja.

Nah sekarang giliran kakak kedua. Karakter kakak kedua ini berbeda 180 derajat dengan kakak pertama. Kakak kedua memiliki kemampuan sosial yang tinggi. Temannya cukup banyak dan mudah masuk di kalangan semua usia. Kakak kedua sangat senang membuat cerita lelucon ketika kumpul bersama keluarga atau temannya. Menjalani hari lebih santai. Salah satu keterampilan yang dimilikinya adalah membuat rancangan rumah sesuai permintaan pemesan. Dari sosok kakak kedua ini saya banyak belajar bagaimana menghadapi hidup secara santai dalam situasi apa pun.

Idola saya yang satu ini adalah adik bungsu. Banyak yang mengira kalau kami saudara kembar dari melihat postur tubuh kami berdua yang hampir sama. Kalau dari wajah tidak identik. Jarak umur kami memang sangat dekat, hanya terpaut kurang dari 1 (satu) tahun. Kebayang bagaimana mama dulu mengurus kami berdua. Adik saya dalam hal pekerjaan domestik terbilang gesit dan resik. Pemikirannya juga lebih cepat dewasa. Ia sangat antusias mempelajari ilmu agama seperti ilmu tajwid, bahasa Arab, dan sebagainya. Jiwa dagang dari mama menurun kepadanya. Cukup pandai melihat peluang ditambah kepiwaiannya mengelola keuangan. Dari sosok adik saya inilah, saya belajar bagaimana idealnya menjadi seorang istri yang memuliakan suami, menjaga keseimbangan kualitas kegiatan dunia dan akhirat. Beliau juga memilih jalur pendidikan agama bagi anak-anaknya.

Alhamdulillah ala kulli hal. Sesungguhnya cerita di atas dan yang sebelumnya hanyalah sekelumit tentang bagaimana karakter orangtua dan saudara-saudara saya yang baik secara langsung maupun tidak, telah banyak memberi pengaruh dalam hidup saya. Bagaimana cara saya mengambil keputusan serta menyikapi berbagai perubahan  yang terjadi saat ini, tidaklah lepas dari buah didikan orang tua serta pengaruh perilaku positif dari saudara selama tinggal bersama.
Sementara orang terdekat tapi bukan saudara, yang juga banyak memberi andil pada perubahan baik dalam diri saya adalah SUAMI. Tentang tema ini akan saya ceritakan pada episode khusus.

Minggu, 02 Januari 2022

Keluargaku inspiratorku #1

Saya berasal dari sebuah desa bernama Maroangin tepatnya di Kabupaten Enrekang, Propinsi Sulawesi Selatan pada 42 tahun silam. Kami 4 (empat) orang bersaudara. Saya adalah anak ketiga. Kedua kakak adalah laki-laki, yang bungsu adalah perempuan. Saya dan adik jarak lahirnya cukup dekat, hanya terpaut kurang dari 1 (satu) tahun. Orang tua kami berdarah petani dan pendidik (guru sekolah). Mama saya berprofesi sebagai ibu rumah tangga sambil berjualan sembako di rumah, sedang ayah bekerja sebagai kepala SD dan sempat menjadi guru di SMA setempat. Semua kakek dan nenek kami berprofesi petani. Mama adalah tipe orang yang tidak banyak bicara tapi lebih banyak bekerja. Mulai dari urusan domestik hingga mengurus barang dagangannya. Mama tidak suka main ke rumah tetangga hanya sekedar cerita seperti yang umum dilakukan mama-mama pada jaman itu, kecuali bila ada hal penting. Beliau termasuk sosok pembelajar untuk ukuran seusianya. Rajin menghadiri pertemuan dan pelatihan ibu PKK serta pengajian di mesjid. Mama sangat terampil dalam masalah pengelolaan keuangan. Hal inilah yang membuat ayah sepenuhnya mempercayakan mama mengelola seluruh gaji ayah sebagai guru. Banyak hal yang saya pelajari dari karakter mama. Beliau tangguh dan sanggup mengerjakan pekerjaan fisik yang biasanya dikerjakan oleh laki-laki, seperti mem-betulkan lantai rumah yang terbuat kayu, mengecat pagar, dan lain-lain. Beliau tidak suka tinggal duduk bermalas-malasan, ada saja yang dikerjakannya. Pandai melihat peluang dagang, sehingga beliau menjadi partner dagang oleh keluarga dekat. Mama rajin membuat catatan pembukuan meskipun masih sangat sederhana. Hal inilah yang menjadikan mama adalah orang kepercayaan pemodal yang masih keluarga. Mereka tak segan menitipkan barang dagangan apa saja dan seringnya menuai untung bersama.

Tentang ayah, di mata saya beliau adalah sosok pengajar yang cukup disegani oleh murid-muridnya. Mungkin karena sikap tegas dan suara yang keras. Beliau termasuk orang yang cukup vocal menyuarakan pendapat atau aspirasi warga ketika berada di suatu rapat. Selain itu ayah saya menyukai dan mengetahui beberapa cerita sejarah terutama sejarah tentang daerah kami. Saya paling senang ketika mendapat tugas dari sekolah membuat cerita rakyat karena menjadi kesempatan menggali pengetahuan ayah saya. Beliau akan bercerita banyak dan saya menuliskan apa yang ayah katakan. Tidak jarang teman sejawat maupun kerabat keluarga datang berkunjung ke rumah hanya sekedar ingin bercerita dengan ayah. Terkadang ada juga yang berkunjung karena ingin mendapat pandangan tentang suatu hal, bahkan menjadikan ayah saya sebagai juru damai ketika terjadi perselisihan diantara mereka.

Ketika ayah masih aktif sebagai kepala SD sekaligus menjadi salah seorang tokoh masyarakat di kampung, rumah kami sering menjadi tempat pertemuan para petani. Meskipun beliau tidak ahli dalam bidang pertanian, namun kemampuan beliau dalam mengumpulkan masyarakat sehingga pihak petugas pertanian setempat lebih mudah melakukan edukasi terkait perkembangan dunia pertanian kepada masyarakat. Banyak hal yang saya kagumi dari ayah diantaranya kemampuan beliau dalam bernegosiasi. Sering gagasan yang ditawarkan olehnya ketika rapat diikuti oleh peserta rapat dan terbukti gagasan tersebut berjalan baik. Dari beliau saya belajar tentang sosok pemimpin yang berkarakter. Tentunya sebagai manusia biasa ayah saya juga memiliki kekurangan, namun tidak mengalahkan kenangan tentang kelebihan yang terdapat.pada dirinya.

Kedua kakak saya adalah laki-laki. Umur saya dan kakak pertama selisih 10 tahun, sementara dengan kakak kedua selisihnya 4 tahun. Ketika saya sekolah di SD kakak pertama sudah duduk di bangku SMA. Ia menempuh pendidikan SMA di kota lain bernama Pare-pare. Di kota tersebut terdapat pelabuhan, dimana kapal dari luar negeri bisa berlabuh. Tidak sedikit turis mancanegara yang datang berkunjung. Beliau kadang bekerja sebagai tour guide, sehingga memiliki banyak teman bule dari beberapa negara. Aktifitas sebagai tour guide membuatnya menguasai beberapa bahasa asing. Ia mendapat banyak kiriman buku dari luar negeri dan juga kamus. Terkadang di dalam buku terdapat selipan beberapa lembar mata uang asing. Melihat ia mendapatkan buku bahkan uang, membuat saya termotivasi ingin belajar bahasa asing seperti bahasa Inggris. Suatu ketika, tante dari mama saya melangsungkan pernikahan di rumah kami. Rombongan turis yang hendak menuju Tana Toraja menggunakan mobil pariwisata, berhenti kemudian singgah untuk menyaksikan pesta pernikahan di rumah kami. Kakak pertama lah yang menjamu dan mengajak mereka bicara. Sungguh saya belum mengerti apa yang mereka bicarakan pada saat itu. Saya melihat beberapa turis mencicipi menu yang tersaji. Berfoto bersama pengantin dengan kamera dan film instan milik para turis. Kamera dengan sekali jepret lalu foto langsung jadi. Waah canggih sekali, bisik dalam hatiku. Tiap kali menyaksikan kakak pertama berbicara dengan bule, saya terkesima. Wah betapa hebatnya kalau saya bisa seperti kakak, lancar menggunakan bahasa Inggris.

Bersambung......

Sabtu, 01 Januari 2022

Tahun 2022 Konsisten Menulis?

Sudah cukup lama terbersit niat ingin menjalani aktifitas menulis secara serius. Namun hanya selalu menjadi niat. Kegiatan menulis saya lakoni hanya ketika membuat jurnal perkuliahan di Institut Ibu Profesional. Entah mengapa aktifitas menulis secara serius menjadi zona yang tidak nyaman bagi saya. Bahkan untuk menuliskan sebuah status di laman media sosial sekalipun, seringnya tulisan yang sudah tersusun saya hapus lagi. Bukan sekali dua kali terjadi, tapi berkali-kali. Saat itu saya merasa tulisan yang sudah saya buat tidak bermutu, terutama dari segi gaya bahasa, susunan kata meskipun konten yang saya pilih adalah tema ringan saja. Saya selalu merasa tidak percaya diri terhadap hasil tulisan sendiri. Apakah saya terjebak pada penilaian orang? Apakah jika jumlah like yang sedikit pada postingan di media sosial berarti tulisan saya tidak bermutu? Pikiran-pikiran ini yang selalu hadir menggoda saya yang kemudian berhasil berkali-kali membuat saya batal memosting tulisan, bahkan semakin jarang memiliki keinginan untuk membuat postingan.

Sampai pada satu waktu, saya berpikir tidak lama lagi perkuliahan saya di Institut Ibu Profesional (IIP) akan  berakhir. Itu berarti tidak ada lagi yang memaksa saya menulis. Apakah saya benar-benar tidak perlu menulis lagi?

Satu hal yang perlu saya syukuri, ternyata kelas tingkat akhir di perkuliahan IIP -Bunda Saliha- adalah tentang menjadi ibu pembaharu. Kelas yang melatih kami untuk menemukan inovasi sosial terhadap permasalahan baik yang terjadi pada diri, keluarga atau lingkungan. Saya memilih melakukan gerakan sosial terkait permasalahan keluarga yakni permasalahan komunikasi bersama generasi digital native. Salah satu bentuk gerakannya adalah melakukan edukasi kepada publik mengenai komunikasi produktif melalui tulisan konten di media sosial dan website. Media sosial dan website tersebut adalah platform yang menjadi milik tim (saya dan 3 (tiga) orang teman sesama mahasiswi IIP). Kami menargetkan menulis konten di media sosial setiap hari kerja atau minimal 3 (tiga) hari 1 (satu) postingan. Karena aktifitas inilah yang menjadi salah satu motivasi bagi saya untuk meningkatkan kemampuan menulis dengan bergabung di KLIP (Kelas Literasi Ibu Profesional). Yang terpenting saat ini adalah dengan berlatih konsisten menulis, revolusi komunikasi terjadi pada diri saya yang tentunya berdampak langsung dalam keluarga saya.

Bismillah....

Inilah tulisan perdana saya di tahun 2022. Mudah-mudahan menjadi pembuka untuk lahirnya tulisan-tulisan saya selanjutnya. Semoga harapan saya ingin menghadirkan buku  solo dapat terwujud. Amin!



Tahun 2022, Menulis?

Family Strategic Planning (FSP) 2025 Part 2

  Pada 11 Januari 2025, Sabtu kemarin adalah perdana kami lakukan forum keluarga secara sengaja untuk membahas peta keluarga. Sehari sebelum...