Putih abu-abu #1
Banyak yang bilang kalau masa SMP (Sekolah Menengah Pertama) adalah masa dimana anak mulai mengalami puber. Bagi perempuan sudah mengalami menstruasi, sementara laki-laki terjadi perubahan suara dan perubahan fisik lainnnya sebagai tanda pertumbuhan organ reproduksi. Saya mengalami menstruasi awal pada usia 12 tahun atau kelas 1 SMP. Sebelum saya mendapat haid pertama, teman satu bangku di kelas sudah mengalaminya lebih duluan. Dari dialah saya mendapatkan cerita seperti apa rasanya mengalami haid itu. Yang saya ingat, ia bilang sebelum datang haid perut bawah terasa mules. Ia sempat kaget ketika mendapati darah di pakaian dalamnya. Lalu ia sampaikan kepada ibunya, kemudian diberitahu agar rajin mencuci pakaian yang terkena darah haid. Mengetahui teman sudah mendapat menstruasi, saya jadi penasaran seperti apa yah rasanya mengalami haid? Saya jadinya ingin segera merasakan haid. Setiap merasakan mules di perut langsung berpikir jangan-jangan saya mau haid. Haha ternyata belum juga. Minggu demi minggu penantian, akhirnya yang ditunggu-tunggu terjadi juga. Saya tidak kaget ketika mengetahui hal tersebut karena memang sudah dinantikan dan pengetahuan agama tentang keputrian sudah kami dapatkan di sekolah. Yang terpikir ketika mendapat haid pertama "waah dosa saya sudah mulai kehitung". Ada rasa ingin lebih hati-hati dalam bertindak, takut meninggalkan shalat lima waktu. Selain itu, juga timbul rasa ingin terlihat cantik, kulit yang putih, jadi saya sempat coba memakai skin care milik sepupu. Yang saya pakai waktu itu krim siang dan malam. Awalnya sih cocok-cocok saja. Tapi lama-kelamaan kulit wajah saya bermasalah. Muncul jerawat di bagian dahi yang cukup banyak. Akhirnya saya menyesal dan berhenti memakai kosmetik apa pun. Alhamdulillah jerawat yang muncul mereda tapi tidak sembuh sepenuhnya. Masih kadang muncul satu atau dua jerawat di tempat yang sama.
Di usia SMP saya mulai merasa tidak percaya diri, terlebih lagi pernah mendapat perlakuan bully fisik. Saya menjadi sosok pemalu untuk tampil di depan umum kecuali karena terpaksa, atau tampil bareng teman lainnya. Ketika tampil sendiri di depan kelas, perasaan saya seolah-olah semua teman memandang wajah saya dan memperhatikan bagian yang buruk lalu ingin mengejek saya. Saya baru menyadari, ternyata pikiran atau asumsi seperti itu dinamakan overthinking. Krisis percaya diri ini berlangsung lama, bahkan hingga kuliah yang benar-benar mempengaruhi gestur saya ketika berbicara dengan orang lain. Sungguh tidak nyaman membawa perasaan itu kemana-mana. Alhamdulillah, meskipun demikian saya terbilang berprestasi dalam bidang akademik sejak bangku SD. Kalau sekolah jaman dulu masih pakai sistem rangking, posisi saya pada rangking 1, 2, 3 secara bergantian dengan teman lainnya. Beda cerita untuk bidang olah raga, saya tidak suka kegiatan fisik kecuali karena terpaksa. Bila ada jadwal mata pelajaran olah raga, saya senang tapi hanya karena bisa beraktifitas di luar ruangan, selebihnya tidak haha. Akhirnya pada tahun 1995 saya dan teman lainnya tamat SMP, yeeeehh siap-siap ganti seragam.
Bersambung.....
Komentar
Posting Komentar