Red Campus #3

Tes UMPTN mulai berlangsung. Alhamdulillah menjalani tes UMPTN tidak sesulit yang dibayangkan dan tentunya tidak semudah yang diinginkan. Memang harus mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh, kuncinya tekun belajar. Ruangan untuk tes yang saya gunakan berbeda dari kedua teman saya. Setiap selesai ujian, kami kadang membahas ulang soal yang kira-kira jawabannya meragukan. Bahkan kami mencoba menghitung perolehan poin berdasarkan jumlah jawaban yang benar menurut kami. Kadang terlihat gusar dari wajah kedua teman saya. Hmhm jadi ikut prihatin, meskipun saya merasa bisa mengerjakan soal lebih banyak ketimbang yang meragukan. Tetap saja ada rasa takut tidak lulus. Inilah efek jika kita suka memikirkan hal yang sudah berlalu. Padahal yang seharusnya kami lakukan, fokus pada langkah berikutnya. Oh iyah saya pilih IPC (IPA dan IPS), jadi tes berlangsung selama 3 hari. Hari pertama dan kedua lokasi tempat tes sama. Kemudian hati ketiga kami tes di kampus Unhas.

Alhamdulillah, kami telah mengikuti tes UMPTN selama 3 hari. Atas saran dari kakak kandung maupun kakak angkatan agar mengikuti tes penerimaan di Politeknik. Saya dan kedua teman ikut tes. Saya mengambil pilihan jurusan yang sama saat tes UMPTN. Selesai tes kami pulang ke kampung untuk melakukan pengurusan berbagai dokumen dari sekolah seperti : STTB (Surat Tanda Tamat Belajar), NEM (Nilai Ebtanas Murni,), Ijazah, Raport beserta dokumen-dokumen yang perlu dilegalisir. Dokumen ini kami lengkapi untuk dibawa ke Makassar, yang diperlukam saat pendaftaran ulang jika lulus tes. Saat mengurus dokumen tersebut, kami bertemu guru-guru. Mereka menanyakan tentang pilihan jurusan yang kami ambil. Guru biologi saya menyayangkan diri saya yang tidak memilih jurusan Kedokteran Umum. Menurut beliau, saya cocok dengan jurusan tersebut. Beda lagi dengan guru Matematika saya. Ia bilang "seharusnya kamu gak perlu daftar Politeknik segala, insyaa Allah kamu bisa lulus di Unhas!".
"Saya ragu pak, kalau gak lulus di Unhas minimal masih punya harapan di Politeknik, Pak!". Bapak itu tetap optimis, bahwa kami tidak usah prihatin. "Insyaa Allah kalian bisa lulus semua di Unhas!"
Ah, tetap saja ada rada ragu di hati ini. Saya tidak ingin mendahului ketetapanNya, apalagi belum ada pengumuman.

Jarak antara waktu tes dan pengumuman hasil UMPTN kurang lebih 1 bulan. Beberapa hari jelang pengumuman kami berangkat lagi ke Makassar. Tentunya membawa bekal dokumen lengkap  agar tidak perlu balik menjemput dokumen saat diperlukan. Lembar dokumen yang sudah dilegalisir sudah diperbanyak. Jadwal pengumuman bertepatan dengan piala dunia. Penonton jadi dobel deg-degannya. Eits...saya gak hobi nonton pertandingan sepak bola sih. Jadi yaa...santai saja. Tentang hasil UMPTN, saya juga tidak merasa begitu khawatir. Lebih kepada pasrah, sudah melakukan yang terbaik. Selebihnya Allah yang menentukan.

Ternyata H-1 koran dari media kampus (IDENTITAS) sudah ada pengumuman hasil UMPTN. Harga koran dibandrol lebih tinggi dari biasanya. Luar biasa antusiasme para penanti pengumuman hasil UMPTN. Kakak saya mendatangi kost tempat kami tinggal. Bersama penghuni kost lainnya, mereka mencari nomor ujian kami satu per satu. Kebetulan kost yang kami tinggali berupa rumah panggung. Kakak bersama yang lainnya berada di bawah. Sementara kami berada di atas, menanti info saja. Karena korannya hanya ada satu buah. Itu pun dapatnya dengan perjuangan saking menjadi barang buruan setiap orang malam itu.

Tiba-tiba terdengar teriakan ramai "Nanna...Nanna kamu lulus!"
Kami pun turun ke bawah.
"Akh...tongang una raka (benar gak)?" kata saya.
"Coba kamu cocokkan nomor ujianmu!", perintah kakak.
"Eh benar. Alhamdulillah saya lulus!" ucap saya tenang, tidak heboh.
Tiba-tiba penghuni kost mengangkat saya saking bahagianya. Mereka pura-pura ingin masukkan saya kedalam got, hahaha. Salah satu teman saya lulus di D3 Kedokteran Gigi, pilihan keduanya. Namun ada rasa sedih yang menyeruak dalam hati kami, karena satu lagi teman saya, kedua pilihannya tidak ada yang lulus. Alhamdulillah ia tidak putus asa. Plan b yang sudah ia direncanakan yaitu mendaftar ke Sekolah Keperawatan.

Kelulusan ini pasti menjadi kabar bahagia bagi kedua orang tua saya dan kerabat lainnya, termasuk guru-guru sekolah kami di kampung. Betapa sebuah harapan besar mereka titipkan kepada kami para putra putri meskipun berasal dari desa. Menjadi anak berasal dari kampung bukanlah menjadi halangan untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Saat itu belum ada telpon genggam. Beberapa hari berikutnya barulah saya pulang ke kampung untuk menyiapkan kebutuhan seperti pakaian serta bekal lainnya untuk tinggal lebih lama nantinya di Makassar. Setibanya di rumah baru saya sampaikan kepada orang tua bahwa saya lulus masuk Unhas, jurusan Teknik Elektro. Mereka sungguh BAHAGIA dan serentak mengucapkan ALHAMDULILLAH.......
Bersambung........

13 Januari 2022
Mom 4F

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengikat Makna, Hikmah Belajar di Kelas Persiapan KLIP 2022

Red Campus #7

Perjalananku melihat kedalam diri