Keluargaku Inspiratorku #2
Kakak pertama, selain menguasai beberapa bahasa asing ia juga rajin baca buku. Setiap liburan sekolah, ketika ia pulang ke rumah waktu luangnya dihabiskan dengan membaca buku. Keluarga lebih mengenalnya sebagai orang pendiam dan kurang bergaul. Kakak jarang ikutan ngobrol ketika ada kerabat yang berkunjung. Ia lebih asik dengan buku bacaannya. Itulah sisi sosial kakak saya ketika masih SMA. Sekarang setelah berkeluarga sudah terjadi banyak perubahan.
Beberapa gerakan sosial yang ia inisiasi, salah satunya adalah ia mendirikan asosiasi petani nira di kampung sebagai bentuk peduli akan produktifitas gula nira di kampung.
Beliau membuat rancangan mesin pengolah gula nira atau gula aren yang sekarang sudah digunakan petani di kampung sebagai aset desa. Kakak juga berhasil merancang mesin listrik untuk menyangrai kopi yang menggunakan tungku dari tembikar. Dengan mesin tersebut lahir produk kopi sangrai dengan brand miliknya. Rancangan mesin sangrai tersebut sudah tercatat di badan HAKI (Hak Kekayaan Intelektual). Kakak pertama salah seorang yang menjadi idola dalam hidup saya, khususnya dalam hal motivasi belajar. Beliau tipe pembelajar yang gigih dan senang merancang mesin kemudian mewujudakannya sebagai barang berguna. Dari sosok beliaulah saya terinspirasi ingin mencapai banyak hal terutama ingin berprestasi dalam bidang akademis, agar nantinya tidak sulit mendapatkan lapangan kerja.
Nah sekarang giliran kakak kedua. Karakter kakak kedua ini berbeda 180 derajat dengan kakak pertama. Kakak kedua memiliki kemampuan sosial yang tinggi. Temannya cukup banyak dan mudah masuk di kalangan semua usia. Kakak kedua sangat senang membuat cerita lelucon ketika kumpul bersama keluarga atau temannya. Menjalani hari lebih santai. Salah satu keterampilan yang dimilikinya adalah membuat rancangan rumah sesuai permintaan pemesan. Dari sosok kakak kedua ini saya banyak belajar bagaimana menghadapi hidup secara santai dalam situasi apa pun.
Idola saya yang satu ini adalah adik bungsu. Banyak yang mengira kalau kami saudara kembar dari melihat postur tubuh kami berdua yang hampir sama. Kalau dari wajah tidak identik. Jarak umur kami memang sangat dekat, hanya terpaut kurang dari 1 (satu) tahun. Kebayang bagaimana mama dulu mengurus kami berdua. Adik saya dalam hal pekerjaan domestik terbilang gesit dan resik. Pemikirannya juga lebih cepat dewasa. Ia sangat antusias mempelajari ilmu agama seperti ilmu tajwid, bahasa Arab, dan sebagainya. Jiwa dagang dari mama menurun kepadanya. Cukup pandai melihat peluang ditambah kepiwaiannya mengelola keuangan. Dari sosok adik saya inilah, saya belajar bagaimana idealnya menjadi seorang istri yang memuliakan suami, menjaga keseimbangan kualitas kegiatan dunia dan akhirat. Beliau juga memilih jalur pendidikan agama bagi anak-anaknya.
Alhamdulillah ala kulli hal. Sesungguhnya cerita di atas dan yang sebelumnya hanyalah sekelumit tentang bagaimana karakter orangtua dan saudara-saudara saya yang baik secara langsung maupun tidak, telah banyak memberi pengaruh dalam hidup saya. Bagaimana cara saya mengambil keputusan serta menyikapi berbagai perubahan yang terjadi saat ini, tidaklah lepas dari buah didikan orang tua serta pengaruh perilaku positif dari saudara selama tinggal bersama.
Sementara orang terdekat tapi bukan saudara, yang juga banyak memberi andil pada perubahan baik dalam diri saya adalah SUAMI. Tentang tema ini akan saya ceritakan pada episode khusus.
Komentar
Posting Komentar