Red Campus #4

Semua berkas yang diperlukan beserta bekal lainnya sudah saya siapkan. Saya dan beberapa teman SMA berangkat ke Makassar untuk melakukan pendaftaran ulang. Kami masih tinggal sementara di kost kakak angkatan. Sehari setelah tiba di Makassar, kami menuju Kampus Unhas (Red Campus) lebih pagi untuk melakukan pendaftaran ulang. Peserta pendaftar ada ribuan jumlahnya, pastinya antrian panjang di setiap loket. Agar tidak ketinggalan info, kami harus aktif mencari informasi mengenai posisi loket dimana bisa mendapatkan formulir beserta penanda dokumen untuk jurusan yang akan kami daftar. Cukup lama juga mengisi formulir karena data yang harus dituliskan lumayan banyak.
Formulir sudah terisi selanjutnya antri lagi menunggu giliran untuk mengembalikan formulir tersebut beserta tes buta warna. Ah benar-benar ujian sabar demi bisa kuliah.

Akhirnya tiba giliran saya, proses pengecekan kelengkapan berkas sebenarnya tidaklah lama. Yang terakhir adalah tes buta warna, alhamdulilla semua aman. Saya sudah terdaftar sebagai mahasiswi baru di Unhas, Jurusan Teknik Elektro Tahun 1998. Berkas formulir yang akan dimasukkan ke jurusan sudah di tangan. Kami diarahkan untuk melihat informasi di lembaran kalender akademik yang diberikan atau bisa juga lihat di papan pengumuman. Semua masih serba manual, harus rajin membaca atau bertanya jika ada hal yang kurang jelas. Tidak bisa mengharap akan ada orang yang menyuapi terus informasi jika kita tidak cari tahu sendiri. Inilah pengalaman sekaligus pembelajaran yang kami dapatkan selepas jadi anak SMA. Sangat jauh berbeda dengan kondisi sekarang. Semua masalah registrasi, ujian sudah serba online, jadi bisa hemat waktu dan mudah. Tapi....kami dapat sehatnya dong, karena banyak gerak fisik untuk urus ini itu. Pesanku pada anak jaman sekarang, kalian perlu banyak olahraga, jangan terlena dengan kenyamanan fasilitas yang semua sudah serba online yang akibatnya bisa bikin malas gerak (mager).

Berkas formulir untuk masuk jurusan sudah di tangan. Kami mengisi formulir di kost. Ada hal yang membuat saya deg-degan sebanarnya. Apa itu?
Konon ceritanya pra ospek (pekan orientasi) dijalankan ketika pengembalian formulir atau biodata ke jurusan. Kakak saya yang kebetulan adalah mahasiswa teknik juga mengatakan bahwa pada saat pengembalian biodata akan ada perlakuan dari panitia pra ospek (biasanya panitianya adalah para senior) yang mengharuskan kita musti kuat fisik dan mental. Rada seram sih ceritanya, katanya sudah tradisi bahwa mahasiswa baru harus melakukan apa saja yang diperintahkan oleh senior ketika pra maupun ospek. Banyak yang merasa aksi di ospek tersebut seperti siksaan fisik. Haduh...ini baru pra apalagi kalau ospek nya!

Hari itu, hari dimana jadwal saya harus mengembalikan biodata ke jurusan. Saya naik angkutan umum menuju kampus. Di atas angkutan sudah banyak mahasiswa juga yang membawa map, mungkin tujuannya seprti saya. Kami tidak saling kenal, dan tidak ada yang ingin memulai pembicaraan. Sepertinya masing-masing sedang larut dalam pikirannya akan mengalami perlakuan apa nantinya di lokasi.
Tibalah kami di kampus. Ada yang singgah di lokasi jurusan teknik, ada juga yang masih lanjut menuju lokasi jurusan lainnya. Saya menuju bangunan yang disebut LT (Lecture Theater), saya lupa LT berapa. Ada banyak LT di kampus, ruangan yang modelnya seperti studio. Satu LT bisa menampung banyak mahasiswa. Saya dan mahasiswa baru (maba) lainnya memasuki ruang LT tersebut. Kursi sisi kanan diisi oleh maba laki-laki, kursi sisi kiri diisi oleh maba perempuan. Berkas biodata sudah kami serahkan kepada panitia.

Panitia pra ospek mulai bersuara menggunakan toa. Mereka memberi sambutan terlebih dahulu selama beberapa menit. Lalu mengenalkan nama panggilan dan peran setiap panitia yang sedang berada di ruangan itu. Panitia pra maupun ospek saya sebut saja senior biar lebih singkat. Hampir 1 jam senior memberi wejangan serta petunjuk permainan yang harus kami ikuti. Mulailah aneka kegiatan harus kami kerjakan, ada yang menantang kecepatan, ketepatan pendengaran penglihatan ada juga yang harus mengerahkan tenaga (fisik). Kegiatan yang paling saya ingat dan tidak suka, yaitu berjalan sambil jongkok dalam jarak yang cukup jauh sambil menggigit sepatu sendiri. Kegiatan yang ini membuat rahang saya pegal hingga beberapa hari. Kami juga harus merayap di lantai yang debunya luar biasa banyak, huwwaah......pokoknya sama sekali tidak ada enaknya.
Kami melakukannya dalam kondisi tertekan. Jika tidak dikerjakan apa yang diinstruksikan oleh senior atau kedapatan melakukannya sambil malas-malasan langsung mendapat hukuman. Hukumannya pun gak kira-kira, diminta melakukan gerakan fisik yang lebih berat ditambah dijadikan maskot di depan maba lainnya jadi bahan lelucon. Ah benar-benar latihan fisik dan mental, tepatnya siksaan kali yah.

Alhamdulillah saya melewati pra ospek tanpa dengan perasaan lega. Satu tahap telah terlewati. Peristiwa yang saya lalui di pra ospek merupakan hal baru. Yang membuat saya harus kuat menjalaninya adalah rasa takut. Khawatir jika tidak menjalankannya nanti tidak lulus jadi maba. Jadi siap tidak siap saya harus semangat, berusaha menjalankan instruksi apapun agar tidak mendapat hukuman atau jadi bulan-bulanan senior di depan para maba.
Sore hari, setelah shalat Ashar kami pulang. Dalam perjalanan menuju halte bis baru terasa kaki, badan, rahang pegal semua. Sepertinya tubuh saya kaget yang tiba-tiba melakukan gerakan fisik dalam waktu lama.
Bersambung......
15 Januari 2022
Mom 4F

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengikat Makna, Hikmah Belajar di Kelas Persiapan KLIP 2022

Red Campus #7

Perjalananku melihat kedalam diri