Red Campus #7

Selesai ishoma (istirahat, sholat dan makan) jangan berharap akan langsung pulang. Masih ada waktu beberapa jam kedepan untuk menikmati suguhan panitia, tepatnya instruksi yang harus kami jalankan termasuk materi dalam ruangan. Setelah break sejenak di halaman fakultas, kami digiring ke gedung jurusan teknik arsitektur. Eitz menuju tempat itu bukan dengan jalan biasa, tapi jalan jongkok sesekali merayap hingga masuk kedalam salah satu ruang kuliah. Kelompok laki-laki dan perempuan terpisah karena ukuran ruangannya kecil untuk menampung seluruh maba.

Sapaan welcoming khas di setiap ruang yang kami masuki berupa tappe' kanan-kiri (=tampar pipi kanan dan pipi kiri). Yaah untung-untungan level kerasnya yang terasa mendarat di pipi. Posisi dalam barisan juga turut menjadi keberuntungan. Berada pada barisan dekat terakhir tapi bukan paling akhir, biasanya tamparan senior sudah melemah, karena kecapekan. Senior akan gantian jadi juru sambut di pintu, yang beruntung paling juga satu dua orang saja. Eh tapi tidak semua senior garang sih. Ada juga yang tidak tegaan. Entah mereka memang sudah membuat kombinasi karakter panitia seperti itu, atau karena kebetulan. Benar-benar lucky kalau dapat senior yang tidak garang.

Melewati sambutan tappe' yang aduhai rasanya di pipi, dalam hati berjanji tidak akan mau berbuat seperti ini sama adik maba kalau jadi panitia ospek tahun depan. Ini perbuatan dzolim, kalau didoakan jelek oleh semua maba haduh bisa berabe. Saya tidak sampai sejahat itu juga sih, tidak sempat berniat mendoakan senior dengan doa yang jelek-jelek. Karena belum berdoa tiba-tiba sudah ada aba-aba "kengkring...ko!" haha. Spontan kami berloncatan hingga lantai terasa bergetar.
Belum sempurna pendaratan di lantai sudah dapat aba-aba lagi untuk berbaris. Kemudian disuruh berjalan jongkok melewati kolong bangku seperti ular yang tidak boleh putus. Puas mereka melihat kami patuh, barulah kami diminta berbaris rapih sesuai kelompoknya masing-masing, bersiap menerima ceramah (baca materi). Oh iyah, dulu tiap kelompok diberi nama GB (Gugus apa Golongan Besar?). Kelompok saya bernama GB 6 peremuan. Saya lupa ada berapa jumlah teman perempuan di GB kami, yang pastinya kami digabung dari berbagai SMA daerah maupun kota. Senior memberi julukan maba yang berasal dari SMA daerah disebut maba POLDA (=pole daerah).

Kami sudah duduk dan berbaris rapih, serta menundukkan kepala cukup dengarkan apa yang akan disampaikan. Jangan coba-coba memandang ke depan. Itu sama halnya menantang senior. Posisi saya berada di tengah barisan, jadi sesekali curi kesempatan mengangkat kepala sejenak. Tujuannya untuk meredakan pegal otot di leher sekalian ingin tahu seperti apa wajah pembicara di depan kami. Saya melakukan itu sambil melihat situasi dan kondisi.
Senior sudah mulai bersuara dengan nada yang lebih santai. Kalau soundnya ramah begini, berarti beliau yang akan membawakan materi. Pembicara mulai mengenalkan diri, beserta rekan senior perempuan lainnya. Yang berbicara adalah senior dengan angkatan yang lebih tua, sementara senior yang jadi pendamping rata-rata angkatan muda. Beda setahun dari kami. Jadi kami angkatan 98, yang menjadi panitia pendamping adalah mahasiswa(i) angkatan 97. Selesai mereka memperkenalkan diri lalu memberi sedikit cerita bagaimana rasanya kuliah di teknik arsitektur. Beberapa nasihat mereka sampaikan, sikap mental apa yang harus dimiliki ketika menjadi mahasiswi teknik arsitektur.

Tiba-tiba terdengar aba-aba "kengkring....ko!", spontan pada berloncatan. Hentakan sepatu di lantai terdengar jelas, begitupun suara dari ruang sebelah dimana maba laki-laki berada. Selesai melakukan kengkring yang terpikir, aba-aba apa lagi selanjutnya. Di ruang inilah pertama kami melakukan permainan "membuat lingkaran berlapis dalam hitungan detik". Tentu saya pakai jurus slow motion, takut terhimpit di tengah lapisan. Pasrah saja berada di lapisan terluar, palingan mendapat tendangan lunak atau dorongan dari senior biar lingkarannya padat, huft tidak asik, tapi lebih serem!
Bagi yang tidak patuh perintah, atau bahkan menolak melakukannya secara terang-terangan, langsung mendapat hukuman dari senior. Bahkan maba tersebut akan digotong dan dibawa ke ruang khusus penanganan. Ada seorang maba diantara kami yang melakukan hal itu. Sepertinya ia tidak terima mendapat perlakuan fisik dari senior. Akhirnya ia marah dan ingin menyerang balik senior. Tapi karena ia seorang sementara senior ada beberapa orang yang menahan perlawanannya. Justru dirinya ditangkap beramai-ramai oleh senior untuk dibawa ke ruangan penanganan khusus. Cukup berani anak itu, namun yang pasti kejadian tersebut membuat senior menjadi lebih berhati-hati kepadanya. Mudah-mudahan teman maba itu justru tidak menjadi bulan-bulanan senior pada hari-hari berikutnya.

Usai acara dalam ruangan, kami berbaris kembali bersiap menuju ruang lab gambar. Kami menyusuri koridor menuju lab tersebut dengan cara berjalan jongkok. Barisan maba laki-laki tampak mengikuti dari belakang barisan kami. Kami harus antri memasuki ruang lab. Di dalamnya berjejer banyak meja gambar dan peralatan gambar lainnya. Lab sedang tidak digunakan karena pada saat itu masih libur akademik bagi mahasiswa. Kami hanya melakukan tour singkat. Tidak banyak yang dikerjakan di dalam karena space ruangan yang sudah tidak memungkinkan untuk berkumpul. Kesan saya masuk ke tempat itu biasa saja, karena sudah pernah melihat peralatan yang ada di dalamnya. Seperti peralatan kepunyaan kakak saya yang kedua, kebetulan ia kuliah di teknik arsitektur.
Bersambung....
foto: ekonomi bisnis.com

23 Januari 2022
Mom 4F

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengikat Makna, Hikmah Belajar di Kelas Persiapan KLIP 2022

Red Campus #7

Perjalananku melihat kedalam diri