Minggu, 27 Februari 2022

Hari-hariku sebagai anak kuliah#3

Hari yang dinantikan telah tiba. Pengumuman kelulusan menjadi asisten laboratorium teknik energi. Ruang kuliah agak berjauhan dari ruang lab. Ruang kuliah ada di lantai 3 dan 4, sementara posisi lab berada pada gedung di seberang lantai dasar (bawah). Karena posisi lab ada di bawah, mahasiswa lebih sering menamai lab bawah.
Hari itu kami kompak menuju ke lab bawah untuk melihat pengumuman. Sudah terpasang pengumuman dan ucapan selamat kepada yang lulus menjadi asisten. Antara percaya dan tidak, ada nama saya di lembaran tersebut. Alhamdulillah, senangnya bukan main. Pada jaman itu belum ada handphone (hp), mungkin masih terhitung jari yang memiliki hp di Indonesia pada saat itu. Sehingga untuk memberi kabar tentang suatu hal kepada orang tua di kampung harus lewat surat yang dititipkan ke supir travel. Untuk bisa menitip surat ke supir, kita harus ke terminal antar kota terlebih dahulu. Kecuali jika kebetulan travel tersebut ada pengantaran kiriman atau penumpang di kost (pondokan).
Waktu itu saya sudah mulai masuk semester 5. Pada semester 3 sebelumnya, saya pindah kost. Pilihannya adalah kost, mahasiswa biasa menyebutnya pondokan. Mungkin karena bangunannya berupa rumah panggung, kemudian di bawah dibuatkan lagi beberapa kamar.
Pertimbangan saya pindah dari kost sebelumnya, biaya sewa yang lumayan mahal ditambah masih harus naik angkot ke kampus. Setelah ngekost selama 1 tahun akhirnya saya memutuskan pindah ke tempat yang lebih dekat dari kampus, cukup jalan kaki saja.
Kebetulan pada saat saya semester 3, adik saya yang bungsu sudah kuliah juga dan diterima di D3 Teknik Elektro.
Nah, di semester 5 ini kebutuhan biaya kuliah bagi kami : saya, adik dan kakak kedua yang melanjutkan kuliah di extension terasa sudah semakin berat. Salah satu pilihan agar lebih hemat, kami pindah tempat tinggal ke rumah keluarga. Rumah tersebut sengaja diperuntukkan bagi siapa saja keluarga yang sedang menuntut ilmu. Sebenarnya sudah lama kami ditawari agar tinggal di sana, tapi karena pertimbangan jarak ke kampus masih lumayan jauh akhirnya urung untuk menerima tawaran itu.
Namun kali ini, orang tua menyarankan agar kami bertiga tinggal di satu tempat, yah di rumah keluarga tersebut.
Karena rencana kepindahan itu, mama datang dari kampung untuk membantu kami dan membeli keperluan tambahan. Setelah menyampaikan niat kami kepada pemilik rumah melalui mama, akhirnya saya dan adik pun pindah. Sementara kakak kedua, sejak awal kuliah sudah tinggal di rumah itu.

Pada kesempatan mama datang itulah baru saya sampaikan tentang diterimanya saya menjadi asisten lab. Terlihat ia senang dan mengucapkan Alhamdulillah begitu mendengar kabar dari saya.
Mama tidak lama menemani kami yang baru pindah karena harus pulang untuk menemani dan mengurus ayah di kampung. Ditambah beliau tidak betah berada di tempat lain karena merasa tidak bebas beraktifitas seperti yang ia lakukan jika berada di kampung.

Kami cukup nyaman dan tenang tinggal di rumah itu. Sebuah rumah batu berlantai 2. Yang perempuan tinggal di lantai 2, yang laki-laki tinggal di lantai bawah.
Awalnya penghuni hanya kami bertiga, lama kelamaan setiap tahun penghuni bertambah termasuk anak dan cucu pemilik rumah itu sendiri. Alhamdulillah jadi ramai.
Hari-hari kuliah saya bahkan menjelang menikah saya tinggal di rumah itu.
Bersambung....
Tangsel 27 Pebruari 2022
Mom 4F

Sabtu, 26 Februari 2022

Hari-hariku sebagai anak kuliah#2

Tiba hari dimana kami yang mendaftar sebagai calon asisten laboratorium teknik energi untuk angkatan 1998. Kalau tidak salah yang mendaftar ada 7 apa 8 orang termasuk saya. Pendaftar perempuan hanya saya seorang, selebihnya adalah laki-laki.

Pada sesi pertama kami mengikuti tes tulis dan presentasi berupa penguasaan materi. Kami dibagi dalam beberapa kelompok. Jujur saya sangat grogi selama mengikuti proses tes calon asisten, bukan karena perlakuan dari asisten senior, melainkan karena dari dalam diri saya sendiri. Perasaan tidak percaya diri sangat mengganggu performa saya ketika harus menjelaskan atau presentasikan materi yang diminta. Dengan sekuat daya, pikiran berusaha tetap fokus, menampilkan dan menyampaikan pengetahuan yang saya ketahui. Sebelumnya saya telah mempersiapkan diri dengan mereview kembali materi-materi praktikum yang sudah dijalankan. Alhamdulillah sesi pertama telah kami lalui. Saya tidak berharap banyak, apapun hasilnya saya sudah siap. Sudah ingin menjalani proses dan menghadapinya adalah sebuah prestasi bagi saya yang selama ini memilih menghindar dari tantangan. Keraguan dan ketakutan mengenai apakah saya pantas atau tidak melakukannya, yang selama ini menjadi penghambat bagi diri saya untuk berbuat. Pelan-pelan saya merasa mampu tepis mental block itu, meskipun belum seluruh blocknya terbuka. Saya butuh awalan dorongan yang cukup kuat untuk melangkah mendobrak pintu penghalang mental saya. Bukan hal yang nyaman dilalui namun harus tegar melewatinya.

Esok hari adalah tes terakhir, yakni tes wawancara. Salah satu fase yang tak kalah membuat hati saya berdegup kencang. Kali ini, wawancara dilakukan seorang diri menghadapi semua asisten senior. Yang terpikir "ah bagaimana saya memberi jawaban strategis nantinya, kekurangan saya adalah komunikasi. Apakah nantinya saya bisa berpikir tenang jika suasana hati saya tidak mampu saya kendalikan (sangat grogi). Bismillah, ya Allah beri saya ketenangan!"
Deg....nama saya dipanggil dari dalam bilik tes wawancara. Beberapa peserta sudah selesai, dan tentunya mereka sudah tenang karena sisa menanti pengumuman.
Saya duduk di depan asisten senior. Mereka duduk hampir setengah lingkaran. Kaki tangan saya jadi dingin, seperti seorang terdakwa yang siap mendengarkan dibacakan vonis hukuman yang diberikan. Duh saya masih terjebak dalam over thinking. Saya coba baca dzikir, doa memohon pada Allah agar diberi ketenangan dan mampu berbicara dengan tenang dan lancar.
Pertanyaan pertama mulai diajukan oleh seorang asisten yang terkenal sangar. Hati saya langsung ciut. Pertanyaan yang ia ajukan tentang apa motivasi saya sehingga ingin mendaftarkan diri sebagai asisten. Tentu saya jawab secara singkat bahwa ingin mengembangkan diri, dan lebih memperdalam ilmu-ilmu terkait materi yang dipraktekkan. Satu hal yang membuat saya ragu pada jawaban itu, bukan pada isi kalimat melainkan cara atau wajah dan gesture saya ketika berbicara. Saya merasa sangat buruk ketika berbicara di depan orang banyak. Kekurangn saya ini benar-benar saya akui dan terima, jika hal tersebut menjadi sebab saya tidak lulus, maka saya sudah siap.
Pertanyaan berlanjut kepada asisten lainnya, dan yang membuat saya senang mereka sepertinya paham bahwa saya sedang grogi sehingga memilih mengajukan pertanyaan yang lebih santai, ataukah tes wawancara ini hanya formalitas seperti yang saya dengar samar-samar di lantai atas sana.
Akhirnya sesi tes wawancara selesai. Tak lupa saya ucapkan terima kasih disertai senyum yang sedikit dipaksa karena grogi. Oh iyah, di antara asisten yang mewawancarai kami, salah satunya adalah suami saya kemudian haha. Hal yang membuat saya cukup tenang hari itu adalah saya telah membuktikan kepada diri saya sendiri, bahwa saya telah mampu mendobrak sedikit pintu ketakutan, keraguan yang selama ini menyebabkan saya merasa tidak percaya diri, merasa tidak berdaya.
Benar sekali bahwa tidak ada perang yang paling menakutkan kecuali perang terhadap diri sendiri. Dan saya mampu melewati perang itu meskipun saya sendiri belum yakin apakah itu sebuah kemenangan.
Bersambung....
Tangsel 26 Pebruari 2022
Mom 4F

Jumat, 25 Februari 2022

Hari-hariku sebagai anak kuliah#1

Setahun sudah berjalan sebagai mahasiswi teknik, yang konon kabarnya  memiliki image bahwa perempuan yang kuliah di teknik adalah perempuan perkasa yang cerdas. Anggapan ini muncul karena banyak beranggapan bahwa jurusan teknik identik dengan jurusan bagi kaum laki-laki, kemudian mata kuliahnya sulit. Yah, perlu diakui bahwa jurusan teknik adalah salah satu jurusan pavorit, sehingga ketika pelajar yang bercita-cita ingin masuk ke jurusan ini harus memiliki kemampuan akademis terutama pada ilmu-ilmu exact. Di dalam tatanan kehidupan masyarakat dulu, bahkan hingga saat ini profesi yang digeluti oleh alumni jurusan teknik yakni sebagai insinyur menjadi profesi yang dianggap berpenghasilan tinggi dengan kata lain kehidupannya lebih sejahtera dalam hal pendapatan (materi). Namun makin kesini, sudah bermunculan banyak profesi lainnya bahkan profesi yang tidak memerlukan bangku kuliah namun mampu menjadi miliarder yang mengalahkan pendapatan yang berprofesi insinyur ataupun dokter.
Dulu saya termotivasi ingin kuliah di jurusan teknik elektro karena lapangan pekerjaan untuk jurusan tersebut banyak. Mungkin hampir semua mahasiswa punya pemikiran yang sama, adalah berorientasi pada penghasilan (materi). Keinginan untuk mengubah nasib menjadi lebih baik, lebih mapan secara financial sehingga mampu menjalani kehidupan dengan senang dan tenang hehe. Yah, target yang manusiawi.

Dorongan pada motivasi di atas, saya berkomitmen ingin menjalani kuliah dengan sungguh-sungguh agar mampu menyelesaikan studi dalam waktu singkat. Tantangan internal diri saya sendiri seperti tidak percaya diri, sulit berbicara di depan umum sedapat mungkin saya atasi sehingga tidak menjadi alasan anjloknya nilai akademik saya. Modal yang saya pegang adalah motivasi belajar yang kuat, berusaha belajar sendiri sebelum meminta bantuan kepada teman atau senior lainnya. Namun ada kala muncul perasaan diri ini bodoh, kampungan, tidak gaul yang kian hari menghantui diri saya. Pada satu titik, saat berada pada puncak keresahan tentang keadaan diri, tiba-tiba muncul tekad bahwa keadaan saya tidak bisa dibiarkan begini-begini saja, saya harus melakukan perubahan. Jika tidak, maka saya tidak akan maju!
Mulailah saya berpikir keras, bagaimana saya mengubah keadaan tersebut, terutama masalah percaya diri dulu. Saat itu saya sudah mulai masuk semester 5. Beberapa praktikum sudah kami lalui. Tidak terhitung jumlah event yang diadakan oleh teman seangkatan namun saya belum maksimal mengambil peran sebagai panitia kala itu. Yah salah satu alasannya adalah masalah percaya diri ini.
Tidak ingin  melewatkan lagi kesempatan untuk melakukan perubahan, maka pada saat ada lowongan penerimaan asiten di laboratorium teknik energi, saya nekat mendaftarkan diri. Entah darimana datangnya dorongan kuat untuk mendaftar pada lab yang notabene cukup berat dan beresiko jenis-jenis praktikum yang akan dijalankan di lab tersebut.
Bismillah saja, saya daftar. Ternyata hanya saya sendiri perempuan sebagai pendaftar menjadi asisten baru di angkatan saya.

Dari pengalaman mengikuti praktikum, asisten-asisten lab yang sudah senior cukup kritis, bahkan sebagian teman melabeli mereka sebagai asisten sangar karena begitu sulitnya mendapatkan kelulusan praktikum ketika asisten yang bersangkutan sebagai pendamping. Nah, asisten senior inilah yang akan melakukan tes pada kami apakah layak diterima menjadi asisten lab atau sebaliknya.
Bersambung....
Tangsel 25 Pebruari 2022
Mom 4F

Senin, 21 Februari 2022

TAHUN PERTAMA BERSAMA (TPB) #5

2 Semester kuliah di jurusan teknik elektro telah saya jalani. Alhamdulillah semua mata kuliah lulus termasuk mata kuliah untuk TPB (mata kuliah umum). Melewati Tahun Pertama Bersama (TPB) menjadi awal bagi kami untuk saling mengenal, saling bantu dan juga saling mengajak untuk ikut menjadi panitia dalam acara atau event yang diadakan oleh angkatan maupun jurusan.

Saya mencoba turut mengambil peran, yah mungkin peran receh bagi yang lainnya, seperti pada bagian konsumsi. Sengaja memilih peran ini karena saya tidak percaya diri untuk mengambil peran yang mengharuskan tampil atau berbicara di depan umum. Atau peran-peran yang tingkat keaktifannya cukup tinggi. Dari kepanitiaan inilah, saya jadi mengenal dekat teman yang berbeda golongan (kelas). Rata-rata mereka adalah akhwat yang giat di kegiatan mushollah jurusan. Sejak itu saya mulai intens ikut kajian (liqo) rutin bersama beberapa akhwat tersebut. Dalam satu liqo  anggotanya bisa berasal dari fakultas mana saja. Saat itu murabbi (yang mengajar) berasal dar fakultas sastra Arab, kalau tidak salah. Tempat kajian yang paling sering jadi pilihan di mushollah fakultas MIPA (Matematika dan IPA). Mushollah di sana memang lebih luas dan nyaman. Pernah juga sekali, kami adakan kajian di rumah murabbi. Saya paling senang kalau sudah jadwal kajian, ada rasa tenang ketika membaca Al Quran bersama, mendengar materi dari murabbi. Materi awal yang kami dapatkan adalah tentang Tauhid (=mengEsakan Allah). Selama beberapa pertemuan pembahasan tentang materi ini. Tauhid adalah bagian dari pembelajaran Aqidah.

Saya patut bersyukur karena berada dalam lingkungan pertemanan yang peduli terhadap perkembangan spiritual atau kerohanian. Materi-materi yang diberikan, menjadi kontrol internal diri saya dalam berperilaku. Apalagi ketika status sebagai mahasiswa dimana keputusan semua sudah berada pada diri sendiri. Berada jauh dari orangtua tentu menjadi sebuah tantangan apakah kita masih mampu menempatkan atau mematuhi rambu-rambu norma agama maupun norma-norma lainnya.
Alhamdulillah, Allah yang menggerkkan hati ini sehingga membuat pilihan akan lingkungan pergaulan yang seperti apa yang benar saya ikuti. Pembelajaran yang kami dapatkan, sangat berpengaruh pada perjalanan dalam kehidupan kampus selanjutnya.
Bersambung.....
Tangsel, 21 Pebruari 2022
Mom 4F

Minggu, 20 Februari 2022

Bitter Melon

Tumis pare adalah salah satu menu sayuran yang tetap exist meskipun teknologi operasi seluler sudah jadi 5G mungkin berikutnya muncul 6G, 7G dan seterusnya.
Ah sayang sekali, kaum yang lahir di era 3G ke atas masih enggaa merasai menu ini. Kebanyakan memilih menu yang kandungan gulanya tinggi.

Rasa pare memang pahit, yang disebabkan oleh kandungan zat quinine yang tinggi. Tapi, tahukah wahai anak muda dibalik rasa pahitnya tersimpan manfaat yang luar biasa. Zat quinine dapat berfungsi sebagai anti piretik (obat panas) dan juga anti analgesik (anti nyeri). Masih banyak lagi kandungan nutrisi sehat lainnya yang terdapat pada buah pare.
Dulu, jaman saya masih sekolah di SMP, ibu sering masak pare jadi menu yang bernama "kambu paria" untuk ayah. "Kambu Paria" adalah salah satu jenis menu di daerah Bugis. Cara membuatnya agat ribet menurut saya. Caranya: pare dibelah kemudian buang bijinya. Lalu mengisi pare dengan isian berupa campuran sangrai kelapa parut, udang atau lainnya ditambah bumbu. Setelah terisi, belahan pare tadi disatukan kembali dengan cara diikat. Terakhir pare yang sudah terisi dimasak dengan santan encer dan bumbu. Menu ini adalah kesukaan ayah, saya dan adik geleng kepala setiap ditawari ibu untuk memakannya. Ayah turut mencoba bujuk kami agar mau makan sayur pare dengan mengatakan "sayur ini bisa menghilangkan bau badan loh!".
Yah, kami tetap belum mau mencobanya. Alasannya pahit!
Pertama kali saya mau makan menu dari pare saat duduk di bangku SMA. Alasannya tidak ada sih yang spesial. Tapi saya selau ingat apa yang dikatakan ayah saat membujuk kami agar mau makan sayur pare.

Lain cerita ketika saya sudah berumah tangga. Tumis pare adalah salah satu menu kesukaan saya dan suami. Saya paling senang melihat beliau lahap makan ketika ada menu ini. Namun anak-anak tidak ada yang berminat sedikit pun. Jadi tetap masak menu sayuran lain yang anak-anak suka seperti sup. Sampai saat ini mereka masih pilih-pilih makanan, apalagi sayur. Kadang hanya mengambil kuah sayur saja. Anehnya ketiga anak punya alasan sama mengapa tidak suka makan sayur. Kata mereka "rasanya aneh ada pahit-pahit gitu!". Padahal kami sudah mencontohkan agat makan sehat, seperti makan sayuran apa saja.
Ketika mereka bayi, dalam menu makannya juga selalu saya tambahkan sayuran. Kalau secara teori seharusnya lidah mereka sudah terbiasa dengan rasa sayur.
Kemungkinan makanan kekinian seperti junk food sudah terlanjur menggeser cita rasa makanan lokal yang jauh lebih sehat.
Hal ini PR banget bagi kami, untuk tetap mengedukasi mereka agar menerapkan ilmu tentang pangan yang didapatkan di sekolah dalam kehidupan nyata.
****

Jumat, 18 Februari 2022

Menjadi Ibu Baru di Usia yang Tak Muda Lagi

Berdoa dan membaca dzikir adalah cara paling ampuh dikala diri dalam keadaan cemas. Seberapa banyak artikel atau saran dari teman lain tentang masalah bayi, rasa cemas itu masih saja sering datang menghantui pikiran. Pengalaman pahit atas wafatnya bayi pertama kami menjelang usianya dua bulan, memperparah overthinking yang saya alami saat itu. "Bagaimana jika saat tengah malam terjadi hal buruk pada bayi saya, bagaimana saya le rumah sakit?" Pikiran seperti ini yang hampir tiap malam membebani pikiran saya. Semua tanda normal yang dialami oleh bayi, seharusnya tidak perlu saya cemaskan, namun tetap saja menjadi hal yang sangat saya resahkan. Bahkan saya sudah lupa, bahwa sebelumnya sudah merawat empat bayi. Tiada satu pun hal yang diperlihatkan oleh bayi mampu saya ingat dan menganggap bahwa hal itu wajar. Sangat bisa dipastikan bahwa saya sedang dalam keadaan baby blues, dimana saya sulit berpikir rasional. Suatu hal yang membuat saya bahagia, Alhamdulillah produksi ASI saya melimpah. Sempat terpikir, jika saya selalu diselimuti perasaan cemas produksi ASI bisa seret. Karena alasan inilah, saya berusaha melakukan selfhealing, mengatakan kepada diri bahwa semua akan baik-baik saja. Ada Allah yang Maha Berkehendak, Dialah pemilik hambaNya termasuk bayi saya. Maka dengan kehendakNya, bayi saya terjaga dalam genggamanNya, maka saya memohon senantiasa diberi ketenangan di setiap merasa cemas dan resah. Pada kondisi kritis seperti ini, saya merasa begitu dekat pada Allah, merasa bahwa perlindunganNya selalu ada bagi kami.

Alhamdulillah adzan Shubuh berkumandang. Pikiran kalut yang kerap hadir pada malam hari berangsur-angsur hilang. Keadan saya seperti ini terus berlangsung selama kurang lebihdua bulan. Setelah usia bayi lebih dari dua bulan, keadaan pikiran saya sudah lebih tenang daripada sebelumnya. Pola tidur bayi juga semakin teratur serta cara minum ASI juga semakin baik. Alhamdulillah ala kulli haal.

Pada tanggal 23 Pebruari 2022 besok usia bayi saya genap 1 tahun. Perkembangan motorik maupun sensorik dalam keadaan normal. Saat ini sudah mulai belajar jalan, mampu meniru dan memahami 1,2 instruksi. Sudah ada 2 pasang gigi yang muncul. Sekarang terlihat gusinya bengkak atas bawah. Yang paling jelas terlihat adalah sebentar lagi muncul gigi taring atas. Baru kalu ini punya pengalaman bahwa anak yang akan tumbuh gigi biasanya suka menggigit segala sesuatu. Sebelumnya para kakak waktu mulai tumbuh gigi, perilakunya biasa saja. Jadi saat si bungsu senang menggigit, terutama saat menyusu benar-benar membuat payudara saya kesakitan. Tanpa sengaja saya berteriak dan bayi pun menangis karena terkejut. Alangkah sedihnya, setelah kejadian itu bayi jadi trauma setiap ingin menyusu. Sungguh saya menyesal, namun belum punya solusi agar bayi tidak menggigit saat menyusu. Kembali saya didera rasa takut atau cemas setiap kali ingin menyusui bayi. Hal ini masih berlangsung hingga saat ini. Kadang muncul keinginan menyapih bayi lebih awal, namun tidak tega. Mudah-mudahan fase ini tidak berlangsung lama dan saya tetap kuat bertahan menahan ras ngilu akibat gigitan bayi.
Bismillah saya bisa!
****
Tangsel, 18 Pebruari 2022
Mom 4F

Kamis, 17 Februari 2022

Menjadi Ibu Baru di Usia yang Tak Muda Lagi

Menjadi ibu dan telah melahirkan anak yang ke sekian, sering dicap sebagai ibu yang sudah pengalaman. Di satu sisi cap itu dapat menjadi sumber energi agar ibu mampu melakukan affirmasi kepada dirinya "Yah, aku sudah pernah melahirkan sekian kali, dan kali ini aku bisa menjalani hari-hariku sebagai ibu baru lagi dengan segala battle yang harus kulewati". Namun di sisi lain, karena orang di sekitar menggap ibu yang bersangkutan sudah pengalaman, maka tanpa sengaja bentuk perhatian yang ada ketika hadirnya anak-anak sebelumnya menjadi berkurang atau bahkan orang terdekat menganggap tidak perlu lagi karena sudah pengalaman. Misalnya, keinginan untuk bergantian jaga malam saat bayi terbangun, pasangan biasanya sudah tidak setanggap seperti dulu. Sebagai contoh lagi, ketika bayi atau balita sakit, pasangan sudah tidak sepanik dulu bahkan mungkin dengan santai bisa melanjutkan tidur malamnya. Mungkin masih banyak perubahan terjadi yang seharusnya tidak perlu hanya karena beranggapan bahwa si ibu sudah berpengalaman. Sesungguhnya, seorang ibu yang sudah melahirkan hingga belasan sekali pun tetap memerlukan dukungan, perhatian maupun bantuan tenaga.

Saat ini saya sedang membersamai empat anak. Tiga anak sudah berusia diatas 9 tahun, dan yang bungsu sebentar lagi menginjak usia satu tahun. Si bungsu lahir pada masa pandemi, tentu banyak hal yang berpotensi menimbulkan rasa cemas bagi kami terutama bagi saya yang masih sering mengalami overthinking. Saya menyadari, pandemi covid-19 bukanlah keadaan yang berada dalam kendali kami maka hal yang kami lakukan adalah meminimalkan sebab-sebab yang memungkinkan kami dapat tertular. Adapun langkah yang kami terapkan di rumah sejak angka kasus covid meningkat : tidak mengunjungi tempat keramaian kecuali ke RS untuk kontrol bayi, tidak menerima tamu, menyediakan perlengkapan sanitasi sebelum pintu masuk rumah, sangat ketat menjalankan prokes termasuk anak-anak. Semua hal di atas kami jalankan, bahkan sejak hamil tua, saya tidak pernah kemana-mana lagi kecuali ke RS. Keadaan seperti memang tidak menyenangkan. Siapa saja pasti punya keinginan bisa berinteraksi secara bebas seperti keadaan sebelumnya. Yah demikian keadaan yang suka tidak suka harus diterima dan hadapi.

Seminggu setelah melahirkan, suami harus pindah tempat dinas ke kantor pusat di Jakarta. Saya bakal menjalani hari-hari dengan bayi baru tanpa ditemani suami. Lagi-lagi suatu keadaan yang suka tidak suka harus saya jalani. Yang menjadi support system saat itu adalah ketiga anak yang sudah besar serta seorang ibu yang setiap pagi datang ke rumah dan sore hari sudah pulang. Beliau yang mengerjakan semua pekerjaan domestik, sehingga saya lebih fokus mengurus bayi dan kakak-kakak. Saya akui, menjadi ibu baru tanpa ditemani suami atau orang tua rasanya cukup berat. Tanpa sadar saya mengalami gejala baby blues, yang ditandai munculnya perasaan sendiri, merasa sedih dan sering menangis, rasa cemas berlebihan pada keadaan bayi. Pada titik ini saya jadi paham, memiliki anak banyak tidak menjamin bahwa seorang ibu baru melahirkan sudah pasti terbebas dari sindrom pasca melahirkan, seperti baby blues. Justru pada kelahiran-kelahiran sebelumnya saya tidak merasakan atau mengalami seperti yang terjadi setelah melahirkan si bungsu. Berdasar pengalaman ini saya simpulkan, bahwa kehadiran orang-orang terdekat ketika seorang ibu baru melahirkan sangat membantu kesehatan mental dirinya. Merasa ada yang mendukung, ada tempat untuk berbagi membuat hati ibu baru lebih tenang. Lalu, dalam keadaan yang tanpa orang-orang terdekat yang diharapkan dapat menemani, apa yang saya lakukan untuk mengatasi keadaan baby blues saat itu?
Hal pertama yang saya lakukan adalah menceritakan apa saja yang saya resahkan kepada suami atau kepada ibu yang bantu-bantu di rumah sekedar menumpahkan apa yang sedang terpikirkan. Saya berusaha mencari solusi melalui sumber bacaan atau edukasi di internet maupun di media sosial. Jika artikel yang saya baca justru membuat saya semakin cemas maka langkah selanjutnya saya ceritakan keresahan saya tentang masalag bayi baru lahir kepada teman, yang kira-kira punya pengalaman menjadi ibu baru. Yang paling penting, pada saat cemas terutama di malam hari adalah tak pernah lepas ucapan dzikir dan doa agar diberi ketenangan oleh Allah SWT.
Bersambung...
Tangsel 17 Pebruari 2022
Mom 4F

Rabu, 16 Februari 2022

Emas Hitam

Emas Hitam
Suatu hari tiba-tiba saya terima chat dari seorang sahabat di Riau sana. "Mak, paksu lagi disini ya, mau pesan apa yang dikangenin di Pekanbaru?".
Hmhm apa yah, tiba-tiba saya teringat satu jenis bumbu masakan, yaitu bumbu untuk masak sup yang berbentuk bubuk. Ibu yang kirim chat ini memang sangat mengerti perasaan rindu orang rantau 😍.
Tanpa sungkan saya menjawab chat beliau, "Boleh tidak, saya mau titip bumbu sup bubuk yang biasanya dalam sachet bening, ukuran bukusannya kecil-kecil gitu?". Beliau jawab "Ashiappp, tar kufotoin barangnya, bener kagak yeeh!". Senang sekali mendengar jawabannya. Sudah lama ingin minta tolong dibelikan bumbu itu tapi belum terpikir kepada siapa minta tolong. Kebetulan suami sedang ada dinas ke Pekanbaru,  jadi titipan saya bisa ia yang bawa saat pulang nanti.

Singkat cerita, suami sudah pulang dinas dengan bawaan lebih banyak dari saat ia berangkat. Titipan yang saya minta hanya bumbu, ternyata yang dikirim  aneka macam bumbu sup dan bumbu lainnya dalam jumlah banyak. Rasanya seperti persediaan bumbu untuk pesta. Saya bagi pun dengan teman yang kebetulan tetangga dengan saya, tetap saja masih banyak. Jazakillah khayran katsiran yah Mak, nun jauh di sana!
Menerima bumbu masak segambreng, artinya saya harus masak agar bumbu-bumbu itu terpakai dan pahala kebaikan segera mengalir kepada Mak saliha. Kami saling memanggil dengan sebutan Mak, sebagai panggilan akrab sesama ibu di perantauan.
Saya buka paket dalam bentuk yang dibawa suami. Mata saya tertuju pada satu jenis bumbu sup. Bentuknya unik, dan saya belum pernah menggunakan bumbu itu, mungkin saya kurang memperhatikan jenis-jenis bumbu saat belanja di warung. Pada kemasan tertulis bumbu sup iga dan ada juga yang bertuliskan bumbu sup tulang. Didalamnya terdapat bungkusan kecil kain berwarna putih, wanginya langsung tercium bau rempah, yah rempah khas untuk sup. "Pakai bumbu ini pasti jadi enak masakan sup!" kataku dalam hati.

Keesokan harinya, saya memutuskan memasak menu sup menggunakan bumbu unik itu. Begitu saya masukkan bumbu kedalam panci, wangi rempah langsung tercium. Aromanya seperti menaikkan semangat, yah semangat ingin makan haha. Semua penghuni rumah suka dan kali ini mereka menambah porsi makannya. "Bagus menu sup seperti ini, bisa menghangatkan badan. Kalau yang lagi pilek, bisa cepat reda!" Kata pak suami. Wah, kebetulan sekali stok bumbu masih banyak, bahkan mungkin cukup sampai bulan Ramadhan nanti, insyaa Allah.

Memang beda rasa sup jika menggunakan bumbu rempah itu. Rasanya jauh lebih enak ketimbang bila tidak memakai bumbu itu. Ada perasaan sesal, mengapa baru tau jenis bumbu ini, padahal selama belasan tahun saya merantau di pulau Sumatera, tak pernah sekalipun memperhatikan jenis-jenis bumbu sup yang ada. Pantas pada jaman dahulu, rempah adalah barang yang paling dicari oleh orang-orang barat. Menurut berbagai sumber, pada jaman penjajahan, harga rempah di negara-negara Eropa jauh lebih mahal dibanding harga emas logam mulia. Itulah sebabnya, mengapa rempah disebut "Emas Hitam". Kegunaan rempah tidak hanya sebagai bumbu masakan, mereka juga gunakan untuk kecantikan, obat, sebagai bahan pengawet makanan, dan lain-lain.
Kekayaan akan rempah-rempah yang ada di Indonesia, menjadi daya tarik bagi negara Eropa yang sudah melakukan penjelajahan samudra pada abad ke 15. Bangsa Eropa yang berhasil mendatangi pulau Indonesia yaitu Portugis, Spanyol, Belanda dan Inggris. Ini sekelumit cerita, bagimana rempah yang dulunya adalah komoditi yang sangat diincar oleh negara lain, sehingga rempah merupakan barang istimewa yang disebut "Emas Hitam".
Saat ini, saya merasa sangat kaya karena sedang memiliki stok "Emas Hitam" yang banyak ha ha.
Selamat menggunakan emas hitam yah para chef!🤩

Kamis, 10 Februari 2022

Mengikat Makna, Hikmah Belajar di Kelas Persiapan KLIP 2022

Memutuskan untuk ikut Kelas Menulis sama artinya saya harus keluar dari zona nyaman. Selama ini saya menulis hanya ketika mengerjakan jurnal di kelas Institut Ibu Profesional. Jarang sekali membuat tulisan panjang (minimal 300 kata) pada laman medsos. Paling kalau menulis di wall fb misalnya, hanya terdiri beberapa untaian kalimat saja. Tidak ingin berpanjang lebar ataukah karena saya malas berpikir?
Pernah membuat tulisan di laman medsos, pada paragraf ke sekian tiba-tiba saya urungkan niat melanjutkan tulisan tersebut. Muncul perasaan "akh tulisan ini kurang bagus, temanya juga tidak menarik, paling nanti tidak ada yang baca!". Perasaan seperti ini muncul setiap kali saya berniat dan bahkan sudah sedang menulis di laman medsos. Apakah ada yang salah?

Di lain kesempatan, tiba-tiba muncul ide yang menurut saya bagus diangkat menjadi sebuah tulisan. Sudah yakin dengan tema ini, akan menjadi perhatian para pembaca. Lalu apa yang terjadi selanjutnya?
Sang ide masih tetap saja menjadi ide yang tersimpan di kepala, belum berubah jadi tulisan. Belum sempat menulis tiba-tiba saja muncul perasaan "malas ah...nanti harus banyak mikir lagi apa yang mau ditulis, sudah mikir banyak, eh.....dihapus juga akhirnya tidak jadi diposting, buang-buang pikiran kan!". Pikiran seperti ini yang sering muncul dan berhasil menggagalkan niat saya untuk menulis setiap ide hadir menyapa. Akhirnya ide-ide tersebut menguap terbang entah kemana tanpa saya arsipkan.

Waktu terus bergulir. Kelas di Institut Ibu Profesional (IIP) sudah selesai secara akademik. Tiba-tiba saya mulai bertanya "Apakah saya benar-benar tidak perlu ruang lagi untuk menulis?". Ah rasanya ada yang hilang jika saya berhenti menulis, meskipun sebelumnya tulisan saya hanya berupa jurnal yang saya tidak publikasi di media sosial. Saya mulai tergoda melihat karya tulisan teman-teman maya di media sosial. Ajakan untuk menulis dari teman kuliah, teman di IIP semakin kuat menggoda. Apakah ini tanda bahwa saya sudah siap ikut kelas menulis? Apakah ini sebuah energi yang sedang datang kepada saya untuk segera memulai belajar menulis secara serius? Lets see!
Hingga suatu hari, seperti biasa What's up Group (WAG) pengurus Dapur Komunitas dibanjiri berbagai informasi. Diantara banyaknya informasi dan undangan zoom meeting, tiba-tiba mata saya tertuju pada sebuah quote. Bunyi quote itu seperti yang tertulis pada gambar berikut :
sumber foto : Instagram @cahyo_ayo

Deg.....bunyi kalimat tersebut seperti sebuah paku yang menancap di kayu. Entah apa yang menggerakkan tangan saya, kutipan quote itu saya balas "Semoga tahun 2022 bisa ikut KLIP (Kelas Literasi Ibu Profesional)".
Alhamdulillah dengan tekad bulat sampai saat ini saya masih berada di KLIP. Apakah saya mampu komit dan konsisten? Lets see next!

Beberapa pekan lalu KLIP menyajikan dua materi sebagai kelas persiapan. Materi pertama tentang "Mengenal diri dan peran keluarga dalam berkarya" yang dibawakan oleh ibu Septi Peni Wulandani.
Beberapa poin yang saya dapatkan dari pemaparan beliau, antara lain:
1. Pentingnya mengenal diri. Mengenal diri lebih dalam akan mempermudah menjalankan peran dan menghadapi tantangan-tantangannya. Mampu membuat peta perjalanan kehidupan serta cara bagaimana menjalani peta tersebut. Apa dan kapan bisa fokus untuk menjalankan sebuah pilihan, termasuk ketika memutuskan untuk menulis secara konsisten.
2. Sebuah bidang yang ditekuni, tidak mengapa ketika di awal menghasilkan karya belum sempurna. Menjadikan feedback yang berasal dari siapa saja sebagai bahan bakar untuk berkarya menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.
3. Masalah yang timbul dari rumah merupakan harta karun atau aset yang berharga karena menjadi peluang menemukan ide solusi terhadap masalah tersebut. Ketika mampu menyelesaikan masalah tersebut, bagikan cerita perjalanan atau proses penyelesaiannya karena boleh jadi banyak orang lain di luar sana mengalami masalah yang sama, sehingga cerita tersebut dapat menjadi solusi bagi mereka.
4. Solusi terhadap masalah yang dibagikan, kemudian membawa manfaat bagi banyak orang yang akhirnya menyasar kepada salah satu SDG's di negara kita. Itu berarti secara tidak langsung kita telah berkontribusi terhadap penyelesaian masalah-masalah sosial yang timbul di dalam negeri.

Materi kedua tentang "Mengenal Free Writing" oleh Shanty Dewi Arifin. Beberapa poin penting yang saya dapatkan dari pemaparan beliau :
1. Ketika awal membangun kebiasaan menulis, lepaskan beban yang memperberat diri dalam membuat tulisan. Beban yang dimaksud antara lain : tema, pilih tema apa saja yang membuat diri menulis bagaikan air mengalir; abaikan dulu masalah tata bahasa, masalah diksi, dan lain-lain; capai target jumlah kata  secara bertahap; tidak usah memikirkan apakah ada yang membaca tulisan kita nantinya, tapi menulis adalah untuk diri sendiri.
2. Usahakan membuat tulisan setiap hari secara konsisten. Kenali waktu kapan bisa membuat tulisan secara fokus.
3. Perbanyak membaca buku yang membantu dalam mengembangkan ide serta menemukan gaya menulis yang gue banget.
4. Lakukan  aktiftas menulis dengan cara nyaman dan memyenangkan sehingga hasilnya memuaskan.

Itulah beberapa poin penting yang saya dapatkan saat mengikuti kelas persiapan. Yang awalnya sempat ada rasa ragu apakah saya bisa bertahan di KLIP ini, tapi setelah menerima materi persiapan, saya menyimpulkan bahwa menulis menjadi mudah dan menyenangkan adalah pilihan. Menulis dengan tema serta cara yang gue banget pasti menyenangkan.
Welcome me to be a writer😊.

Tangsel, 10 Pebruari 2022
Mom 4F

Rabu, 09 Februari 2022

TAHUN PERTAMA BERSAMA (TPB) #4

Hari itu, giliran kelompok saya masuk lab komputer. Mencoba mempelajari materi dari modul yang diberikan dengan cara bertanya ke teman atau senior. Kalau saya masih belum paham juga, yah pasrah. Apapun yang akan terjadi nanti, hadapi saja.
Modul, kartu kontrol, disket, alat tulis dan lainnya sudah saya siapkan. Praktek yang akan kami lakukan adalah DOS (Disc Operating System). Dengan terpaksa saya hapalkan beberapa instruksi yang menggunakan keyboard bukan click dengan mouse. Contoh perintah save = tekan ctrl+s, select, do, undo, dan banyak lagi. Ditambah istilah-istilah dalam komputer, yang masih sangat asing bagi saya seperti : RAM, CDROM, file, folder, directory, drive, taskbar, dan lainnya.

Alhamdulillah responsi tulisan bisa lulus, sehingga kami dibolehkan ikut melakukan praktikum "DOS". Ada juga yang batal karena perlengkapan praktikum yang kurang lengkap atau tidak lulus responsi tulisan.
Di dalam ruang lab, masing-masing mendapat 1 unit komputer. Dalam sehari ada beberapa kelompok yang mengikuti praktikum. Kebetulan kelompok kami dapat jadwal pagi. Saat berada di dalam ruang, pikiran saya harap-harap cemas. Antara excited karena baru melihat barang yang namanya komputer, sekaligus deg-degan karena merasa belum tahu apa-apa. Dalam hati "ya Allah, apa yang akan dikerjakan dengan barang ini. Tombol-tombol yang ada saya belum tahu fungsinya, tolong saya ya Tuhan, mudah-mudahan bisa mengikuti praktikum harin ini tanpa BATAL!".
Ketua asisten mulai memberi pengarahan. Kami diminta menyalakan komputer kemudian praktekkan jenis-jenis command yang tertulis didalam modul.
Satu persatu teman-teman sudah mulai menyalakan komputer masing-masing. Tinggallah saya kebingungan karena tidak tahu posisi tombol power dimana. Disinilah berawal kejadian memalukan itu. Asisten mulai mendatangi setiap praktikan, tiba di tempat saya ia langsung berkata "Masa' sudah kuliah begini sama sekali tidak tahu komputer!". Aduh malunya, semua mata langsung mengarah ke saya. Mungkin ada yang iba, bisa jadi ada juga yang bernasib sama seperti saya, hanya saja saya yang lebih duluan mendapat kunjungan asisten. Rasanya sungkan bertanya ke teman sebelah karena melihatnya sedang fokus mengerjakan tugas yang ada di modul. Asisten yang mengawas kami praktikum mungkin sebenarnya tidak berniat meledek atas ketidakpahaman kami tentang komputer. Mungkin karena ia berpikir bahwa semua sekolah sudah mendapat pengenalan tentang komputer. Minimal ada pembelajaran teori dasar yang disertai gambar jika memang belum ada lab komputer. Nasib bagi kami yang sekolahnya di daerah, yang mana fasilitas teknologi masih sangat minim, bahkan tidak ada kecuali ikut kursus. Itupun kalau ada lembaga kursus. Namun hal ini tidaklah menjadi penghalang untuk tetap ikut praktikum, berasal dari sekolah mana pun berhak mendapatkan pembelajarannya.

Saya dan teman lainnya yang bernasib sama pasrah saja, mau dikatai apa pun dari asisten didengarkan saja. Yang penting bisa ikut praktikum, bonusnya bisa utak-atik komputer seperti melihat mainan baru, haha. Tapi jujur, saya sangat malu atas perkataan asisten tadi. Tekad saya, hal ini tidak boleh terulang, what can i do later?
Praktikum berlangsung kurang lebih 2 - 3 jam. Setelah kelompok saya, asisten istirahat sejenak kemudian jadwal berikutnya adalah giliran kelompok lainnya. Praktikum masih berlangsung hingga beberapa hari karena begitu banyak antrian kelompok peserta praktikum. Diantara peserta praktikum, ada juga senior yang ikut di kelompok kami. Saya jadi sangat paham tindakan asisten yang benar-benar menerapkan aturan ketat agar praktikan bersungguh-sungguh persiapkan diri ketika akan melakukan praktikum.

Lega rasanya selesai mengikuti praktikum komputer, tinggal mengerjakan laporan dan asistensi.
Dalam perjalanan pulang ke kost, saya teringat kembali kalimat yang diucapkan asisten ketika praktikum tadi. Terbersit keinginan yang kuat untuk belajar komputer. Tidak ingin jadi bahan ledekan lagi yang kedua kali, maka saya mencari tahu apakah ada tetangga kost yang memiliki komputer yang bersedia mengajar saya bagaimana menggunakannya secara langsung. Kali ini saya tepis rasa malu untuk bertanya. Padahal selama ini saya memilih diam ketika pikiran sudah stag daripada harus tanya ke orang belum kenal. Ternyata ucapan asisten tadi membuat saya lebih malu lagi. Daripada kejadian itu terulang pada praktikum berikutnya, lebih baik saya cari jalan keluarnya.

Alhamdulillah ketemu tetangga kost yang memiliki komputer. Kebetulan ia menerima jasa ketikan, saya menawarkan diri untuk membantunya mengetik tanpa perlu diberi upah, yang penting ia mau mengajar saya cara menggunakan komputer. Tetangga kost saya kuliah di jurusan sastra Indonesia, ia ramah dan mau menerima bantuan saya. Sejak itu, pelan-pelan saya mulai paham menggunakan komputer yang bebasis Microsoft Windows. Praktikum yang dilaksanakan tempo hari di lab komputer, materinya masih sangat dasar. Hal ini bertujuan agar kami sebagai praktikan memahami bentuk-bentuk command secara manual, yakni menggunakan keyboard. Pada semester berikutnya masih ada mata kuliah komputer dan pastinya disertai praktek. Dengan tekad bulat, saya harus siapkan payung sebelum hujan. Mempelajari materi-materi komputer, tidak bisa mengandalkan hanya membaca modul penuntun atau buku paket saja. Saya butuh mentoring dari senior. Sayangnya, saya belum kenal dekat dengan senior yang bisa jadi mentor dalam bidang komputer.

Seperti gaung bersambut, ternyata ada senior yang tinggal dekat dari kost saya. Ia ngekost juga di komplek yang sama. Saat itu sudah di semester akhir, mungkin sedang menyusun skripsi. Ia mengaku sering melihat saya berjalan di sekitar komplek menuju kost. Kebetulan pemilik kost buka toko kecil yang menjual beberapa kebutuhan sehari-hari. Karena saya sudah dianggap seperti keluarga, sesekali saya membantunya menjaga toko. Senior tersebut kebetulan datang belanja ketika saya yang jaga toko. Kami pun sempat bercerita tentang kuliah. Bukan main senangnya, ia menawarkan beberapa buku paket untuk saya gunakan.
Oh iyah, kakak ipar (istri kakak pertama) adalah alumni jurusan teknik elektro. Jadi saya dapat lungsuran semua buku-buku paket darinya. Hanya beberapa saja yang tidak ada karena mungkin kami beda angkatan sehingga modul yang digunakan juga beda.
Dari sekian dukungan yang muncul tiba-tiba, termasuk bantuan tetangga kost, bantuan buku bahkan bantuan tumpangan saat dana untuk biaya angkot sudah sangat menipis, Alhamdulillah ala kulli haal.
Bersambung......
Tangsel, 9 Pebruari 2022
Mom 4F

Minggu, 06 Februari 2022

TAHUN PERTAMA BERSAMA (TPB) #3

Momen mengerjakan tugas gambar teknik menjadi salah satu pengalaman tersendiri. Pada kesempatan itulah kami lebih saling kenal. Faktor utamanya karena sama-sama kejar target tuntas tugas gambar, sehingga harus kerjasama. Di antara teman maba ada yang punya bakat menggambar. Tidak sulit baginya ketika menerjemahkan instruksi tugas dari dosen untuk dibuat menjadi sebuah gambar. Hasil gambarnya juga yang mendapat sedikit koreksi. Barang siapa diantara kami yang hasil gambarnya sudah lebih dahulu ACC, itulah yang menjadi incaran bagi kami. Tujuannya dijadikan contekan tugas bagi yang belum ACC haha. Jadi caranya agar bisa meniru gambar tersebut, yang pertama sudah meniru gambarnya dengan cara ciplak menggunakan meja kaca besar, pasang cahaya lampu atau senter dibawah meja tersebut. Letakkan gambar yang mau ditiru di atas meja. Lalu di atas gambar itu, ketakkan kertas kosong yang akan menjadi gambar kita. Sisa diciplak gambarnya. Aktifitas ini kami beri istilah "senter gambar", yang sudah selesai harus bersedia jadi patron ciplakan bagi yang lainnya yang masih menunggu, begitu seterusnya. Perpustakaan adalah tempat paling mendukung untuk melakukan kegiatan ini. Yang tidak kalah seru, ternyata di ruang perpustakaan itu, maba jurusan teknik lainnya juga melakukan hal yang sama. Kadang kami berlomba caplok tempat, biar bisa dapat tempat yang paling lapang dan nyaman. Ketahuan sekali, jika ruang perpustakaan jadi lebih terang, ada banyak tabung gambar, itu pertanda anak teknik sedang kejar deadline setor tugas gambar. Mengenangnya jadi rindu masa-masa maba dulu.

Tidak terasa berlangsung kuliah satu semester, tugas-tugas gambar sudah kami setorkan, bahkan ujian tulis juga sudah kami jalani. Hal ini sangat melegakan dari sekian tugas awal sebagai maba. Yang jadi harapan kami semua adalah bisa lulus mata kuliah gambar dengan grade yang diharapkan. Pada mata kuliah inilah yang paling banyak menyita waktu tidur malam kami. Inginnya cukup sekali saja memogramkan mata kuliah tersebut kemudian langsung lulus.
Ketika lembar hasil ujian sudah terpampang di dinding ruang jurusan, haah lega rasanya bisa lulus dengan grade yang tidak mengecewakan. Secara pribadi, saya menganggap bahwa mata kuliah gambar teknik di semester awal, merupakan pengenalan saja. Kemampuan gambar khusus di jurusan teknik elektro lebih mengarah pada lay out instalasi kelistrikan, desain mesin listrik dan seterusnya. Keilmuannya tidak selengkap dengan jurusan teknik arsitek dan teknik sipil.
Walau demikian, mata kuliah ini tetap wajib bagi seluruh maba jurusan teknik di awal semester.

Setelah menjalani kuliah awal selama 1 semester, barulah menyadari "oh ternyata, begini rasanya kuliah!". Tentu sangat jauh berbeda dengan masa belajar di SMA. Saya jadi sadar, bahwa apa yang dilakukan ketika Ospek yang terkesan menyiksa, sekaranglah baru memahami manfaatnya. Kesiapan mental dan fisik memang perlu serta kemampuan dalam bersosialisasi. Membiasakan diri menghadapi tantangan berupa tugas yang skala bobotnya sudah bukan lagi seperti tugas belajar di SMA.

Satu hal yang tak kalah menegangkan bagi saya adalah tentang komputer. Di kampus, saya baru pertama kali memegang yang namanya komputer. Pelajaran pertama yang diberikan adalah tentang Operating System. Bagi anak kota, pastinya berbeda dengan saya. Di sekolah mereka biasanya sudah lengkap fasilitas untuk belajar komputer, bahkan sejak SMP. Sehingga komputer bukan lagi sebagai barang asing. Sekolah (SMA) saya baru 2, 3 tahun beroperasi. Belum ada satu pun laboratorium apalagi sebuah lab komputer. Yang ada baru perpustakaan, itupun isinya adalah buku-buku biasa sumbangan dari pemerintah.

Singkat cerita, memasuki ruang lab komputer, adalah masa yang paling menegangkan bagi saya. Sama sekali tidak punya bekal sedikit pun tentang komputer. Membaca berkali-kali pun materi dari modul yang diberikan, masih juga belum paham.
Bersambung....
Tangsel, 6 Pebruari 2022
Mom 4F

Kamis, 03 Februari 2022

TAHUN PERTAMA BERSAMA (TPB)#2

Alhamdulillah, kuliah perdana setelah mengikuti kegiatan Ospek dan Bina Akrab. Kami akan mendapatkan pembelajaran untuk mata kuliah umum, seperti : kalkulus, fisika, pendidikan pancasila, bahasa Indonesia. Biasanya kuliahnya berlangsung di gedung TPB (Tahun Pertama Bersama) untuk seluruh fakultas. Sesekali dosen memilih ruangan di LT 2 (Lecture Theater).

Jumlah maba teknik elektro angkatan 1998 sekitar seratus lebih. Kami dibagi kelompok berdasarkan NIM (Nomor Induk Siswa). Saya dan sejumlah teman lainnya masuk kedalam kelompok dengan nama golongan 12A. Kalau tidak salah ingat nama kelompok di angkatan kami yaitu golongan 10 untuk maba yang lolos masuk teknik elektro melalui jalur bebas tes. Selanjutnya ada golongan 11A, 11B, 12A dan 12B. Satu golongan berjumlah kurang lebih 30 orang mahasiswa(i). Setiap golongan menempati ruangan berbeda jikat mendapat mata kuliah dan jadwal yang sama. Mata kuliah Pancasila dan Bahasa Indonesia yang semua kelompok digabung, sehingga memilih ruang kuliah yang lebih besar yakni Lecture Theatre (LT).
Ah sayang sekali, saya lupa nama-nama dosen yang mengajar kami saat masih di TPB ini.

Satu persatu teman kuliah sudah saya kenal baik. Meskipun demikian rasa kurang percaya diri masih sulit saya hilangkan. Contohnya, ketika teman-teman ngobrol santai, saya lebih banyak diam menyimak apa yang mereka obrolkan, bingung harus berkata apa untuk ikut, sekedar nimbrung. Sikap saya masih cenderung pasif, tertutup, merasa takut kalau nanti berbicara kalimatnya tidak nyambung dengan apa yang mereka ceritakan. Sepertinya bukan saya saja yang berpikiran demikian, ada juga beberapa teman lainnya dan justru dengan kesamaan itulah kami menjadi teman dekat. Bersyukur sekali rasanya, ada yang menjadi teman dekat ditengah berjuang untuk beradaptasi di lingkungan baru. Minimal merasa lebih percaya diri untuk bercerita. Sebenarnya teman yang lain tidak pernah menunjukkan sikap penolakan atau hal lainnya, mungkin saya saja yang overthinking, yang merasa diri tidak sesupel mereka bergaul.
Dalam masa adaptasi, saya patut bersyukur karena semua teman seangkatan ramah dan mudah menawarkan bantuan. Mungkin sikap yang tidak membeda-bedakan ini yang menjadi salah satu tujuan dilaksanakannya Ospek dan Bina Akrab. Mereka mau memulai pembicaraan jika melihat kami yang masih diam-diam karena malu.

Ada satu tempat yang membuat saya paling nyaman untuk mojok ketika menanti jadwal kuliah, yakni di mushallah Adz Zahrah (mushallah di jurusan). Di mushallah tersebut aktif kegiatan dakwah oleh mahasiswa(i). Sudah terbentuk pengurus dan program kegiatannya secara lengkap. Saya bersama akhwat lainnya kadang ikut liqo di tempat itu⁷. Akhirnya mulai ikut liqo bersama akhwat (teman muslimah) yang bukan satu golongan. Tempat liqo bisa kadang dilakukan mushallah-mushallah yang ada di kampus, mengikuti jadwal murabbi atau inginnya liqo/tarbiyah dimana. Alhamdulillah saya menemukan circle pertemanan yang dapat membangun kebutuhan rohani saya.

Tentang perkuliahan di jurusan, mata kuliah dasar yang bisa kami pilih sudah ditentukan. Dulu istilahnya belanja mata kuliah dengan jumlah SKS (Satuan Kredit Semester) tertentu. Mata kuliah dasar ini antara lain: Matematika Teknik (Matek) Rangkaian Listrik (Ralis), Sistem Dasar Telekomunikasi (Sisdastel). Gedung tempat kuliah bagi jurusan teknik elektro bertempat di fakultas teknik jurusan teknik Elektro lantai 3 dan lantai 4. Gedung lantai 4 lebih sering digunakan oleh mahasiswa(i) D3 teknik elektro.
Ketika perdana kuliah di jurusan, saya baru tahu kalau di dalam ruangan kuliah pesertanya bukan angkatan kami saja. Melainkan ada juga senior yang harus mengulang mata kuliah tersebut. Penyebab mengambil ulang mata kuliah tersebut bermacam-macam, ada yang karena baru programkan, karena belum lulus pada tahun sebelumnya ada juga karena ingin perbaikan nilai, misal karena dapat nilai C atau D saat ujian pada tahun sebelumnya.
Mengetahui hal tersebut, "saya harus serius belajar untuk semua mata kuliah wajib ini!", kataku dalam hati.

Pada awal semester, peaktek yang kami ikuti di jurusan adalah Gambar Teknik. Dosen memberikan materi, setelahnya ada tugas praktek menggambar. Praktek menggambar ini didampingi oleh para asisten lab gambar. Tugas pertama praktek gambar saat itu adalah membuat gambar perspektif sebuah gedung (kalau tidak salah). Saya kurang minat pada mata kuliah gambar teknik ini. Mengerjakan tugas praktek yang diberikan rasanya cukup berat. Akhirnya saya minta bantuan kakak kedua yang kuliah di teknik arsitekur. Waw, kalau menyerahkan tugas pada ahlinya memang serba cepat dan presisi. Seharusnya yah gambar sendiri sih, hanya saja kakak mungkin gemas melihat saya menggambar terlalu lama, sementara meja gambar milik dia yang sedang saya gunakan sudah ingin ia pakai. Walau demikian, saya tetap harus paham secara teori, saat asisten bertanya bisa jelaskan. Asisten juga tahu sih, mana gambar hasil coretan sendiri, mana yang bukan. Daripada gambar harus diulang, lebih baik gambarnya buat sendiri. 
Masih berstatus sebagai maba, sehingga ketika asistensi, kadang menjadi kesempatan asisten mengerjai kami. Seperti saat menunggu giliran asistensi, sengaja dibuat lama menunggu. Saya pernah dapat giliran terakhir. Asisten juga kadang bertanya sesukanya. Kalau lagi ingin serius maka perntayaan sesuai materi, tapi lebih sering bertanya di luar topik gambar, mungkin alasannya biar kami tidak terlalu tertekan dengan banyaknya tugas yang diberikan. Saat isengnya kumat, yang paling suka ditanyakan adalah tentang asal sekolah, alamat, hobi, bahkan ada yang disuruh menyanyi haha. Jadi hiburan ditengah kelelahan kejar deadline tugas gambar teknik. Sebetulnya senior juga sudah lelah meladeni ratusan maba, jadi kalau dapatnya antrian terakhir, kadang gambarnya hanya dilihat selintas mungkin saja sudah benar hanya dapat koreksi sedikit saja, senangnya kalau mereka tulis ACC dengan huruf besar, waow terasa beban nol seketika.
Usut punya usut, ternyata beberapa asisten di lab gambar tersebut adalah satu kabupaten dengan saya. Mungkin inilah mengapa mereka lebih sering tanya tentang hal di luar topik menggambar. Yah disyukuri semua, karena banyak juga teman yang sudah asistensi sekian kali tapi gambarnya belum ACC (Accepted) juga, terutama teman cowok.
Bersambung......
Tangsel, 3 Pebruari 2022
Mom 4F

Rabu, 02 Februari 2022

TAHUN PERTAMA BERSAMA (TPB) #1

Usai kegiatan OSPEK, saya dan mama langsung mencari rumah kost yang letaknya dekat dari kampus. Alhamdulillah ketemu rumah kost yang pemiliknya masih keluarga dam satu kampung. Hari itu juga kami putuskan ngontrak di rumah tersebut. Saya tidak perlu mencari tempat tidur karena sudah tersedia di setiap kamar. Kebetulan rumah tersebut ada 2 lantai. Kamar-kamar kost ada di lantai 2. Secara bertahap seluruh kamar sudah terisi. 3 penghuni yang kuliah di STIMIK (Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Informatika dan Komputer). Saya beserta 2 penghuni lainnya kuliah di Unhas. Kami yang kuliah di Unhas berbeda jurusan. Ada yang kuliah di pertanian, kedokteran dan saya di teknik.
Posisi tempat kost, meskipun terbilang dekat dari kampus, saya masih harus naik angkot kesana. Kalau ingin jalan kaki, bisa saja tapi harus melewati jalan pintas di belakang perumahan. Di sana masih terdapat sawah milik warga setempat. Saya berani jalan kaki lewat rute tersebut jikalau ada teman. Rute itu menuju daerah pondokan (rumah kost berbentuk rumah panggung, di bawah dibuat kamar-kamar permanen) yang berdekatan dengan kampus. Sebenarnya, jika ingin lebih hemat transportasi dan biaya sewa kamar, pilihan rumah kost atau pondokan, yang di area kampus ini. Banyak pilihan pondokan di sana, sisa menyesuaikan budget yang ada.

Pada awal-awal tahun akademik, semua maba dengan jurusan apa pun wajib mengambil mata kuliah dasar seperti : kalkulus (1,2), fisika (1,2), pendidikan pancasila, bahasa Indonesia. Mata kuliah ini dinamakan mata kuliah Tahun Pertama Bersama (TPB). Sementara mata kuliah dasar yang ada di jurusan, seperti : matematika teknik (1, 2), gambar teknik, rangkaian listrik (1, 2), komputer, teknik telekomunikasi dasar, elektronika daya, dan lain-lain. Mata kuliah TPB seperti fisika, ada praktek di laboratorium. Setiap selesai 1 materi maka pertemuan berikutnya adalah praktikum. Sebekum masuk lab, perlengkapan untuk praktikum harus lengkap. Perlengkalan ini adalah syarat mutlak untuk lolos masuk lab, seperti : baju lab, kartu kontrol, modul percobaan, alat tulus, atribut nama, dan lain-lain. Selain screening perlengkapan masih ada ada tes materi yang harus dijawab. Jika perolehan nilai dibawah standar minimal, maka dianggap tidak lulus sehingga tidak  boleh mengikuti praktikum. Menunggu jadwal berikutnya.
Bersambung.....
Tangsel 2 Pebruari 2022

Selasa, 01 Februari 2022

BINA AKRAB TEKNIK ELEKTRO ANGKATAN 1998 #3

BINA AKRAB berlangsung 2 malam 3 hari. Tidur di dalam satu tenda besar bersama sesama maba perempuan. Kami belum diberi waktu untuk leluasa ngobrol  santai. Setiap saat ada saja kegiatan yang harus kami lakukan di lapangan. Di sekitar hutan pinus ada beberapa rumah warga. Alhamdulillah kami dibolehkan numpang mandi di rumah tersebut. Setiap selesai shalat subuh, saat cahaya matahari mulai muncul, kami yang berjumlah sekitar 5 orang menuju ke rumah warga terdekat untuk mandi. Waow...mamdi sepagi ini rasanya seperti masuk kulkas. Suhu yang sangat dingin, membuat kami berlima mandi harus mandi kilat. Selesai mandi, kami kembali ke tenda merapikan diri dan bersiap mengikuti acara pagi.
Jadwal kumpul pagi jam 07.00 WITA di lapangan. Tidak boleh ada yang terlambat. Sepagi itu udara masih sangat dingin, apalagi ketika mandi tadi bbbrrrr.

Sampai hari itu saya belum punya teman dekat. Beda dengan maba lainnya yang memang berasal dari satu sekolah. Kebetulan di angkatan 1998, saya satu-satunya yang lulus masuk di jurusan teknik elektro. Dengan sikap dan pembawaan saya yang pendiam, masih terasa sulit untuk segera memiliki teman dekat. Ketika berada di dalam tenda, saya lebih banyak diam. Mendengarkan teman-teman lain yang asik ngobrol sebelum tidur. Kadang ada satu dua orang yang menanyai asal dan tempat tinggal saya di Makassar. Saya jawab seadanya, tanpa basa-basi atau percakapan lainnya.

Membandingkan kegiatan OSPEK, acara BINA AKRAB kegiatannya lebih ramah. Panitia lebih banyak menyajikan permainan secara berkelompok. Tujuannya agar kami segera akrab antara satu sama lain. Saya jadi paham mengapa nama acaranya BINA AKRAB. Permainan seru seperti games outbond. Tidak hanya bermain, ada juga jadwal materi. Kami harus catat materinya, dan setiap akhir materi ada tugas baik secara individu maupun kelompok. Pengisi materi adalah para senior yang berperan di organisasi kemahasiswaan. Diantaranya ketua Senat mahasiswa fakultas teknik, ketua himpunan mahasiswa teknik elektro, para ketua corps asisten laboratorium. Di hari terakhir, ketua jurusan beserta beberapa dosen turut hadir memberi wejangan dan motivasi kepada kami. Mereka berkisah tentang bagaimana kerasnya ospek dulu yang mereka jalani. Yang paling sering diingatkan adalah tentang semangat. Pesan mereka kurang kebih seperti begini : "kalian harus kuat mental dan fisiknya untuk menempuh perkuliahan di teknik. Tidak boleh mudah putus asa, mau bergaul, punya daya juang agar mampu menuntaskan kuliah dengan tepat waktu atau bahkan lebih cepat". Begitulah nasihat dari dosen dan ketua jurusan.

Pada malam terakhir, yang hadir membawakan materi adalah senior yang berperan sebagai asisten laboratorium dan ada juga sebagai asisten dosen. Mereka memberikan gambaran sekilas tentang pembagian jurusan yang lebih spesifik lagi nantinya. Di Teknik elektro terdapat 3 jurusan, yaitu Teknik Energi, Teknik Telekomunikasi, Teknik Elektronika dan Kendali. Masing-masing pembicara menyampaikan sekilas tentang kegiatan di laboratorium, percobaan apa saja yang akan dilakukan. Mereka sudah berpesan bahwa untuk bisa ikut percobaan (praktikum) harus lulus responsi, mereka namakan responsi pintu yakni asisten mengecek kelengkapan mahasiswa(i) beserta kerapihan dalam berpakaian, selanjutnya mengajukan 1 atau 2 pertanyaan singkat terkait materi yang akan dipraktekkan. Jika mahasiswa dapat menjawab, berarti boleh masuk. Eh tunggu dulu, masih ada responsi materi selanjutnya. Tentang responsi saya akan ceritakan pada edisi khusus.

Acara pada malam terakhir pun ditutup dengan menyalakan api unggun dan menyanyikan lagu "kemesraan by Iwan Falz". Kami semua kembali ke tenda untuk beristirahat. Oh iyah masalah konsumsi, kami makan berat sebanyak 3 kali sehari berupa nasi bungkus. Sepertinya panitia pesan di warung yang ada di sekitar lokasi.

Pagi hari yang sejuk, setelah beberapa menit melakukan gerak fisik kami diberi arahan oleh panitia agar melakukan persiapan untuk pulang ke Makassar. Tugas kami hanya mengurus barang masing-masing, merapihkannya dan jangan sampai ada yang ketinggalan. Sementara diluar barang bawaan kami, dibereskan oleh panitia.
Pada acara BINA AKRAB inilah kali pertama
saya mendatangi daerah Malino yang terkenal dengan cuacanya yang sangat dingin. Di sana terdapat banyak perkebunan sayur dan buah. Hasil panen petani dari daerah tersebut dikirim ke Makassar. Kualitas buah dan sayurnya tidak diragukan lagi. Malino juga menjadi daerah agrowisata serta sebagai pilihan lokasi penelitian para mahasiswa pertanian.
Alhamdulillah, sempat menghirup udara sejuk di sini. Saya berharap suatu waktu bisa kembali tapi untuk wisata, bukan OSPEK atau sejenisnya hehe.
****
Tangsel, 1 Pebruari 2022

Family Strategic Planning (FSP) 2025 Part 2

  Pada 11 Januari 2025, Sabtu kemarin adalah perdana kami lakukan forum keluarga secara sengaja untuk membahas peta keluarga. Sehari sebelum...