Hari-hariku sebagai anak kuliah#1

Setahun sudah berjalan sebagai mahasiswi teknik, yang konon kabarnya  memiliki image bahwa perempuan yang kuliah di teknik adalah perempuan perkasa yang cerdas. Anggapan ini muncul karena banyak beranggapan bahwa jurusan teknik identik dengan jurusan bagi kaum laki-laki, kemudian mata kuliahnya sulit. Yah, perlu diakui bahwa jurusan teknik adalah salah satu jurusan pavorit, sehingga ketika pelajar yang bercita-cita ingin masuk ke jurusan ini harus memiliki kemampuan akademis terutama pada ilmu-ilmu exact. Di dalam tatanan kehidupan masyarakat dulu, bahkan hingga saat ini profesi yang digeluti oleh alumni jurusan teknik yakni sebagai insinyur menjadi profesi yang dianggap berpenghasilan tinggi dengan kata lain kehidupannya lebih sejahtera dalam hal pendapatan (materi). Namun makin kesini, sudah bermunculan banyak profesi lainnya bahkan profesi yang tidak memerlukan bangku kuliah namun mampu menjadi miliarder yang mengalahkan pendapatan yang berprofesi insinyur ataupun dokter.
Dulu saya termotivasi ingin kuliah di jurusan teknik elektro karena lapangan pekerjaan untuk jurusan tersebut banyak. Mungkin hampir semua mahasiswa punya pemikiran yang sama, adalah berorientasi pada penghasilan (materi). Keinginan untuk mengubah nasib menjadi lebih baik, lebih mapan secara financial sehingga mampu menjalani kehidupan dengan senang dan tenang hehe. Yah, target yang manusiawi.

Dorongan pada motivasi di atas, saya berkomitmen ingin menjalani kuliah dengan sungguh-sungguh agar mampu menyelesaikan studi dalam waktu singkat. Tantangan internal diri saya sendiri seperti tidak percaya diri, sulit berbicara di depan umum sedapat mungkin saya atasi sehingga tidak menjadi alasan anjloknya nilai akademik saya. Modal yang saya pegang adalah motivasi belajar yang kuat, berusaha belajar sendiri sebelum meminta bantuan kepada teman atau senior lainnya. Namun ada kala muncul perasaan diri ini bodoh, kampungan, tidak gaul yang kian hari menghantui diri saya. Pada satu titik, saat berada pada puncak keresahan tentang keadaan diri, tiba-tiba muncul tekad bahwa keadaan saya tidak bisa dibiarkan begini-begini saja, saya harus melakukan perubahan. Jika tidak, maka saya tidak akan maju!
Mulailah saya berpikir keras, bagaimana saya mengubah keadaan tersebut, terutama masalah percaya diri dulu. Saat itu saya sudah mulai masuk semester 5. Beberapa praktikum sudah kami lalui. Tidak terhitung jumlah event yang diadakan oleh teman seangkatan namun saya belum maksimal mengambil peran sebagai panitia kala itu. Yah salah satu alasannya adalah masalah percaya diri ini.
Tidak ingin  melewatkan lagi kesempatan untuk melakukan perubahan, maka pada saat ada lowongan penerimaan asiten di laboratorium teknik energi, saya nekat mendaftarkan diri. Entah darimana datangnya dorongan kuat untuk mendaftar pada lab yang notabene cukup berat dan beresiko jenis-jenis praktikum yang akan dijalankan di lab tersebut.
Bismillah saja, saya daftar. Ternyata hanya saya sendiri perempuan sebagai pendaftar sebagai asisten baru di angkatan saya.

Dari pengalaman mengikuti praktikum, asisten-asisten lab yang sudah senior cukup kritis, bahkan sebagian teman melabeli mereka sebagai asisten sangar karena begitu sulitnya mendapatkan kelulusan praktikum ketika asisten yang bersangkutan sebagai pendamping. Nah, asisten senior inilah yang akan melakukan tes pada kami apakah layak diterima menjadi asisten lab atau sebaliknya.
Bersambung....
Tangsel 25 Pebruari 2022
Mom 4F

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengikat Makna, Hikmah Belajar di Kelas Persiapan KLIP 2022

Red Campus #7

Perjalananku melihat kedalam diri