Emas Hitam
Emas Hitam
Suatu hari tiba-tiba saya terima chat dari seorang sahabat di Riau sana. "Mak, paksu lagi disini ya, mau pesan apa yang dikangenin di Pekanbaru?".
Hmhm apa yah, tiba-tiba saya teringat satu jenis bumbu masakan, yaitu bumbu untuk masak sup yang berbentuk bubuk. Ibu yang kirim chat ini memang sangat mengerti perasaan rindu orang rantau 😍.
Tanpa sungkan saya menjawab chat beliau, "Boleh tidak, saya mau titip bumbu sup bubuk yang biasanya dalam sachet bening, ukuran bukusannya kecil-kecil gitu?". Beliau jawab "Ashiappp, tar kufotoin barangnya, bener kagak yeeh!". Senang sekali mendengar jawabannya. Sudah lama ingin minta tolong dibelikan bumbu itu tapi belum terpikir kepada siapa minta tolong. Kebetulan suami sedang ada dinas ke Pekanbaru, jadi titipan saya bisa ia yang bawa saat pulang nanti.
Singkat cerita, suami sudah pulang dinas dengan bawaan lebih banyak dari saat ia berangkat. Titipan yang saya minta hanya bumbu, ternyata yang dikirim aneka macam bumbu sup dan bumbu lainnya dalam jumlah banyak. Rasanya seperti persediaan bumbu untuk pesta. Saya bagi pun dengan teman yang kebetulan tetangga dengan saya, tetap saja masih banyak. Jazakillah khayran katsiran yah Mak, nun jauh di sana!
Menerima bumbu masak segambreng, artinya saya harus masak agar bumbu-bumbu itu terpakai dan pahala kebaikan segera mengalir kepada Mak saliha. Kami saling memanggil dengan sebutan Mak, sebagai panggilan akrab sesama ibu di perantauan.
Saya buka paket dalam bentuk yang dibawa suami. Mata saya tertuju pada satu jenis bumbu sup. Bentuknya unik, dan saya belum pernah menggunakan bumbu itu, mungkin saya kurang memperhatikan jenis-jenis bumbu saat belanja di warung. Pada kemasan tertulis bumbu sup iga dan ada juga yang bertuliskan bumbu sup tulang. Didalamnya terdapat bungkusan kecil kain berwarna putih, wanginya langsung tercium bau rempah, yah rempah khas untuk sup. "Pakai bumbu ini pasti jadi enak masakan sup!" kataku dalam hati.
Keesokan harinya, saya memutuskan memasak menu sup menggunakan bumbu unik itu. Begitu saya masukkan bumbu kedalam panci, wangi rempah langsung tercium. Aromanya seperti menaikkan semangat, yah semangat ingin makan haha. Semua penghuni rumah suka dan kali ini mereka menambah porsi makannya. "Bagus menu sup seperti ini, bisa menghangatkan badan. Kalau yang lagi pilek, bisa cepat reda!" Kata pak suami. Wah, kebetulan sekali stok bumbu masih banyak, bahkan mungkin cukup sampai bulan Ramadhan nanti, insyaa Allah.
Memang beda rasa sup jika menggunakan bumbu rempah itu. Rasanya jauh lebih enak ketimbang bila tidak memakai bumbu itu. Ada perasaan sesal, mengapa baru tau jenis bumbu ini, padahal selama belasan tahun saya merantau di pulau Sumatera, tak pernah sekalipun memperhatikan jenis-jenis bumbu sup yang ada. Pantas pada jaman dahulu, rempah adalah barang yang paling dicari oleh orang-orang barat. Menurut berbagai sumber, pada jaman penjajahan, harga rempah di negara-negara Eropa jauh lebih mahal dibanding harga emas logam mulia. Itulah sebabnya, mengapa rempah disebut "Emas Hitam". Kegunaan rempah tidak hanya sebagai bumbu masakan, mereka juga gunakan untuk kecantikan, obat, sebagai bahan pengawet makanan, dan lain-lain.
Kekayaan akan rempah-rempah yang ada di Indonesia, menjadi daya tarik bagi negara Eropa yang sudah melakukan penjelajahan samudra pada abad ke 15. Bangsa Eropa yang berhasil mendatangi pulau Indonesia yaitu Portugis, Spanyol, Belanda dan Inggris. Ini sekelumit cerita, bagimana rempah yang dulunya adalah komoditi yang sangat diincar oleh negara lain, sehingga rempah merupakan barang istimewa yang disebut "Emas Hitam".
Saat ini, saya merasa sangat kaya karena sedang memiliki stok "Emas Hitam" yang banyak ha ha.
Selamat menggunakan emas hitam yah para chef!🤩
Komentar
Posting Komentar