TAHUN PERTAMA BERSAMA (TPB) #4

Hari itu, giliran kelompok saya masuk lab komputer. Mencoba mempelajari materi dari modul yang diberikan dengan cara bertanya ke teman atau senior. Kalau saya masih belum paham juga, yah pasrah. Apapun yang akan terjadi nanti, hadapi saja.
Modul, kartu kontrol, disket, alat tulis dan lainnya sudah saya siapkan. Praktek yang akan kami lakukan adalah DOS (Disc Operating System). Dengan terpaksa saya hapalkan beberapa instruksi yang menggunakan keyboard bukan click dengan mouse. Contoh perintah save = tekan ctrl+s, select, do, undo, dan banyak lagi. Ditambah istilah-istilah dalam komputer, yang masih sangat asing bagi saya seperti : RAM, CDROM, file, folder, directory, drive, taskbar, dan lainnya.

Alhamdulillah responsi tulisan bisa lulus, sehingga kami dibolehkan ikut melakukan praktikum "DOS". Ada juga yang batal karena perlengkapan praktikum yang kurang lengkap atau tidak lulus responsi tulisan.
Di dalam ruang lab, masing-masing mendapat 1 unit komputer. Dalam sehari ada beberapa kelompok yang mengikuti praktikum. Kebetulan kelompok kami dapat jadwal pagi. Saat berada di dalam ruang, pikiran saya harap-harap cemas. Antara excited karena baru melihat barang yang namanya komputer, sekaligus deg-degan karena merasa belum tahu apa-apa. Dalam hati "ya Allah, apa yang akan dikerjakan dengan barang ini. Tombol-tombol yang ada saya belum tahu fungsinya, tolong saya ya Tuhan, mudah-mudahan bisa mengikuti praktikum harin ini tanpa BATAL!".
Ketua asisten mulai memberi pengarahan. Kami diminta menyalakan komputer kemudian praktekkan jenis-jenis command yang tertulis didalam modul.
Satu persatu teman-teman sudah mulai menyalakan komputer masing-masing. Tinggallah saya kebingungan karena tidak tahu posisi tombol power dimana. Disinilah berawal kejadian memalukan itu. Asisten mulai mendatangi setiap praktikan, tiba di tempat saya ia langsung berkata "Masa' sudah kuliah begini sama sekali tidak tahu komputer!". Aduh malunya, semua mata langsung mengarah ke saya. Mungkin ada yang iba, bisa jadi ada juga yang bernasib sama seperti saya, hanya saja saya yang lebih duluan mendapat kunjungan asisten. Rasanya sungkan bertanya ke teman sebelah karena melihatnya sedang fokus mengerjakan tugas yang ada di modul. Asisten yang mengawas kami praktikum mungkin sebenarnya tidak berniat meledek atas ketidakpahaman kami tentang komputer. Mungkin karena ia berpikir bahwa semua sekolah sudah mendapat pengenalan tentang komputer. Mininal ada pembelajaran teori dasa yang disertai gambar jika memang belum ada lab komputer. Nasib bagi kami yang sekolahnya di daerah, yang mana fasilitas teknologi masih sangat minim, bahkan tidak ada kecuali ikut kursus. Itupun kalau ada lembaga kursus. Namun hal ini tidaklah menjadi penghalanga untuk tetap ikut praktikum, berasal dari sekolah mana pun berhak mendapatkan pembelajarannya.

Saya dan teman lainnya yang bernasib sama pasrah saja, mau dikatai apa pun dari asisten didengarkan saja. Yang penting bisa ikut praktikum, bonusnya bisa utak-atik komputer seperti melihat mainan baru, haha. Tapi jujur, saya sangat malu atas perkataan asisten tadi. Tekad saya, hal ini tidak boleh terulang, what can i do later?
Praktikum berlangsung kurang lebih 2 - 3 jam. Setelah kelompok saya, asisten istirahat sejenak kemudian jadwal berikutnya adalah giliran kelompok lainnya. Praktikum masih berlangsung hingga beberapa hari karena begitu banyak antrian kelompok peserta praktikum. Diantara peserta praktikum, ada juga senior yang ikut di kelompok kami. Saya jadi sangat paham tindakan asisten yang benar-benar menerapkan aturan ketat agar praktikan bersungguh-sungguh persiapkan diri ketika akan melakukan praktikum.

Lega rasanya selesai mengikuti praktikum komputer, tinggal mengerjakan laporan dan asistensi.
Dalam perjalanan pulang ke kost, saya teringat kembali kalimat yang diucapkan asisten ketika praktikum tadi. Terbersit keinginan yang kuat untuk belajar komputer. Tidak ingin jadi bahan ledekan lagi yang kedua kali, maka saya mencari tahu apakah ada tetangga kost yang memiliki komputer yang bersedia mengajar saya bagaimana menggunakannya secara langsung. Kali ini saya tepis rasa malu untuk bertanya. Padahal selama ini saya memilih diam ketika pikiran sudah stag daripada harus tanya sama orang baru. Ternyata ucapan asisten tadi membuat saya lebih malu lagi. Daripada kejadian itu terulang pada praktikum berikutnya, lebih baik saya cari jalan keluarnya.

Alhamdulillah ketemu tetangga kost yang memiliki komputer. Kebetulan ia menerima jasa ketikan, saya menawarkan diri untuk membantunya mengetik tanpa perlu diberi upah, yang penting ia mau mengajar saya cara menggunakan komputer. Tetangga kost saya kuliah di jurusan sastra Indonesia, ia ramah dan mau menerima bantuan saya. Sejak itu, pelan-pelan saya mulai paham menggunakan komputer yang bebasis Microsoft Windows. Praktikum yang dilaksanakan tempo hari di lab komputer, materinya masih sangat dasar. Hal ini bertujuan agar kami sebagai praktikan memahami bentuk-bentuk command secara manual, yakni menggunakan keyboard. Pada semester berikutnya masih ada mata kuliah komputer dan pastinya disertai praktek. Dengan tekad bulat, saya harus siapkan payung sebelum hujan. Mempelajari materi-materi komputer, tidak bisa mengandalkan hanya membaca modul penuntun atau buku paket saja. Saya butuh mentoring dari senior. Sayangnya, saya belum kenal dekat dengan senior yang bisa jadi mentor dalam bidang komputer.

Seperti gaung bersambut, ternyata ada senior yang tinggal dekat dari kost saya. Ia ngekost juga di komplek yang sama. Saat itu sudah di semester akhir, mungkin sedang menyusun skripsi. Ia mengaku sering melihat saya berjalan di sekitar komplek menuju kost. Kebetulan pemilik kost buka toko kecil yang menjual beberapa kebutuhan sehari-hari. Karena saya sudah dianggap seperti keluarga, sesekali saya membantunya menjaga toko. Senior tersebut kebetulan datang belanja ketika saya yang jaga toko. Kami pun sempat bercerita tentang kuliah. Bukan main senangnya, ia menawarkan beberapa buku paket untuk saya gunakan.
Oh iyah, kakak ipar (istri kakak pertama) adalah alumni jurusan teknik elektro. Jadi saya dapat lungsuran semua buku-buku paket darinya. Hanya beberapa saja yang tidak ada karena mungkin kami beda angkatan sehingga modul yang digunakan juga beda.
Dari sekian dukungan yang muncul tiba-tiba, termasuk bantuan tetangga kost, bantuan buku bahkan bantuan tumpangan saat dana untuk biaya angkot sudah sangat menipis, Alhamdulillah ala kulli haal.
Bersambung......
Tangsel, 9 Pebruari 2022
Mom 4F

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengikat Makna, Hikmah Belajar di Kelas Persiapan KLIP 2022

Red Campus #7

Perjalananku melihat kedalam diri