Menjadi Ibu Baru di Usia yang Tak Muda Lagi

Menjadi ibu dan telah melahirkan anak yang ke sekian, sering dicap sebagai ibu yang sudah pengalaman. Di satu sisi cap itu dapat menjadi sumber energi agar ibu mampu melakukan affirmasi kepada dirinya "Yah, aku sudah pernah melahirkan sekian kali, dan kali ini aku bisa menjalani hari-hariku sebagai ibu baru lagi dengan segala battle yang harus kulewati". Namun di sisi lain, karena orang di sekitar menggap ibu yang bersangkutan sudah pengalaman, maka tanpa sengaja bentuk perhatian yang ada ketika hadirnya anak-anak sebelumnya menjadi berkurang atau bahkan orang terdekat menganggap tidak perlu lagi karena sudah pengalaman. Misalnya, keinginan untuk bergantian jaga malam saat bayi terbangun, pasangan biasanya sudah tidak setanggap seperti dulu. Sebagai contoh lagi, ketika bayi atau balita sakit, pasangan sudah tidak sepanik dulu bahkan mungkin dengan santai bisa melanjutkan tidur malamnya. Mungkin masih banyak perubahan terjadi yang seharusnya tidak perlu hanya karena beranggapan bahwa si ibu sudah berpengalaman. Sesungguhnya, seorang ibu yang sudah melahirkan hingga belasan sekali pun tetap memerlukan dukungan, perhatian maupun bantuan tenaga.

Saat ini saya sedang membersamai empat anak. Tiga anak sudah berusia diatas 9 tahun, dan yang bungsu sebentar lagi menginjak usia satu tahun. Si bungsu lahir pada masa pandemi, tentu banyak hal yang berpotensi menimbulkan rasa cemas bagi kami terutama bagi saya yang masih sering mengalami overthinking. Saya menyadari, pandemi covid-19 bukanlah keadaan yang berada dalam kendali kami maka hal yang kami lakukan adalah meminimalkan sebab-sebab yang memungkinkan kami dapat tertular. Adapun langkah yang kami terapkan di rumah sejak angka kasus covid meningkat : tidak mengunjungi tempat keramaian kecuali ke RS untuk kontrol bayi, tidak menerima tamu, menyediakan perlengkapan sanitasi sebelum pintu masuk rumah, sangat ketat menjalankan prokes termasuk anak-anak. Semua hal di atas kami jalankan, bahkan sejak hamil tua, saya tidak pernah kemana-mana lagi kecuali ke RS. Keadaan seperti memang tidak menyenangkan. Siapa saja pasti punya keinginan bisa berinteraksi secara bebas seperti keadaan sebelumnya. Yah demikian keadaan yang suka tidak suka harus diterima dan hadapi.

Seminggu setelah melahirkan, suami harus pindah tempat dinas ke kantor pusat di Jakarta. Saya bakal menjalani hari-hari dengan bayi baru tanpa ditemani suami. Lagi-lagi suatu keadaan yang suka tidak suka harus saya jalani. Yang menjadi support system saat itu adalah ketiga anak yang sudah besar serta seorang ibu yang setiap pagi datang ke rumah dan sore hari sudah pulang. Beliau yang mengerjakan semua pekerjaan domestik, sehingga saya lebih fokus mengurus bayi dan kakak-kakak. Saya akui, menjadi ibu baru tanpa ditemani suami atau orang tua rasanya cukup berat. Tanpa sadar saya mengalami gejala baby blues, yang ditandai munculnya perasaan sendiri, merasa sedih dan sering menangis, rasa cemas berlebihan pada keadaan bayi. Pada titik ini saya jadi paham, memiliki anak banyak tidak menjamin bahwa seorang ibu baru melahirkan sudah pasti terbebas dari sindrom pasca melahirkan, seperti baby blues. Justru pada kelahiran-kelahiran sebelumnya saya tidak merasakan atau mengalami seperti yang terjadi setelah melahirkan si bungsu. Berdasar pengalaman ini saya simpulkan, bahwa kehadiran orang-orang terdekat ketika seorang ibu baru melahirkan sangat membantu kesehatan mental dirinya. Merasa ada yang mendukung, ada tempat untuk berbagi membuat hati ibu baru lebih tenang. Lalu, dalam keadaan yang tanpa orang-orang terdekat yang diharapkan dapat menemani, apa yang saya lakukan untuk mengatasi keadaan baby blues saat itu?
Hal pertama yang saya lakukan adalah menceritakan apa saja yang saya resahkan kepada suami atau kepada ibu yang bantu-bantu di rumah sekedar menumpahkan apa yang sedang terpikirkan. Saya berusaha mencari solusi melalui sumber bacaan atau edukasi di internet maupun di media sosial. Jika artikel yang saya baca justru membuat saya semakin cemas maka langkah selanjutnya saya ceritakan keresahan saya tentang masalag bayi baru lahir kepada teman, yang kira-kira punya pengalaman menjadi ibu baru. Yang paling penting, pada saat cemas terutama di malam hari adalah tak pernah lepas ucapan dzikir dan doa agar diberi ketenangan oleh Allah SWT.
Bersambung...
Tangsel 17 Pebruari 2022
Mom 4F

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengikat Makna, Hikmah Belajar di Kelas Persiapan KLIP 2022

Red Campus #7

Perjalananku melihat kedalam diri