08 Januari 2025, Rabu kemarin menjadi momen special bagi kita. Hari itu adalah tepatnya hari ke 6939, 21 jam aku dan kamu sah bersama. Mendulang memori 26 tahun silam, kala itu aku sebagai mahasiswi semester 3 jurusan teknik elektro Unhas. Aku tidak punya banyak teman, tidak kaya, paras biasa-biasa saja, memiliki IQ juga di level standar, berasal dari kampung, pokoknya tidak ada yang menonjol dari diri aku. Satu-satunya yang kumiliki adalah semangat ingin segera menyelesaikan kuliah biar dapat kerja yang bergaji tinggi 😂. Kurasa ini adalah impian semua anak kuliah.
Semester 3 adalah waktu pertama kali kami mahasiswa(i) mendapat mata kuliah praktikum Laboratorium Mesin-Mesin Listrik. Orang-orang menamainya Lab Bawah, karena posisinya berada di lantai paling bawah. Aku mengikuti praktikum bersama yang lainnya dengan segala dinamikanya. Pada praktikum untuk percobaan mesin listrik, muncul seorang asisten senior bernama Abdul Salam Nganro memandu responsi materi untuk kelompok aku dan beberapa teman seangkatanku. Saat itu perasaanku biasa saja, seperti layaknya menghadapi asisten senior lainnya. Yang terpenting saat itu, saya berpikir sudah lulus respon pintu selanjutnya harus lulus respon tulis (materi). Beban harus lulus ini kadang membuat saya tertekan akhirnya meskipun sudah belajar sungguh-sungguh masih saja ada materi yang terlupa saat ditanya. Sepetinya teman-teman sekelompok aku juga mengalaminya. Boleh jadi kami juga terpengaruh oleh kabar kabur, katanya asisten-asisten lab bawah pada sangar. Hmhmm tapi ternyata benar juga sih, beberapa asisten senior menunjukkan sikap keras terutama kepada praktikan cowok. Untuk asisten satu ini, kami panggil Kak Salam kelihatannya tidak menunjukkan kesan sangar. Ia memandu respon tulis (materi) secara wajar. Menyampaikan materi dan mengajukan pertanyaan sesuai modul praktikum. Tidak ada yang istimewa sehingga harus takut atau sebaliknya. Jadi tak ada hal special untuk mengingat sosoknya selain bahwa ia adalah asisten pada umumnya yang akan kutemui selama melakukan percobaan serta nebgerjakan tugas-tugas modulnya. Yaaah begitulah perasaan aku ke kamu saat itu. Beberapa kali aku melihatmu dan partner skripsi (tugas akhir) kamu beredar di lab bawah, membawa beberapa diktat yang mungkin itu adalah bahan tugas akhirmu. Aku tak pernah ingin mendekati atau pun memulai obrolan, jangankan kepada senior apalagi asisten ke teman saja saya jarang yang memulai obrolan. Yaaaah kusadari aku sangat pemalu dan kuper (kurang pergaulan) kala itu.
Hari-hari berikutnya aku menjalani hidup sebagai anak kuliah. Berbagai mata kuliah praktikum secara beruntun kami jalani. Yang tidak lulus harus ulang, bagi yang sudah lulus harus memogramkan praktikum berikutnya. Kamu sudah jarang terlihat di kampus atau di lab. Mendengar kabar selintas dari obrolan para senior, ternyata kamu sudah wisuda dan mungkin setelah itu sudah bekerja di suatu tempat. Yang jelas aku tidak terhubung ke siapa pun untuk mengetahui kabarmu. Di akhir semester 3 aku beranikan diri mendaftar sebagai calon asisten lab bawah. Saat tes wawancara ternyata kamu ada diantara asisten senior lainnya sebagai asessor calon asisten. Ketika menjalani tes wawancara, rasanya jantung mau copot karena gugup. Aku gugup bukan karena siapa-siap termasuk dirimu tapi gugup karena takut tidak lulus dan tidak percaya diri ketika memberi respon pertanyaan asisten. Dalam batin sudah pasti saya tidak lulus😔. Tapi tak disangka pada lembar pengumuman kelulusan asisten nama aku ada dalam daftar. Jujur sangat tidak percaya jika mengingat performance aku saat tes. Tapi Alhamdulillah saja, mungkin ada pertimbangan mereka sehingga aku lulus. Senangnya bukan main. Aku punya playground baru yang tidak semua orang berani memilihnya. Terima kasih Allah, sudah gerakkan diri ini untuk berani meski tak percaya diri pada mulanya.
Menjalani rutinitas sebagai asisten lab bawah sangat menyenangkan. Banyak hal yang berkembang dari diriku termasuk dalam hal pengetahuan dan yang utama adalah perlahan rasa percaya diri mulai terbangun. Aku menyadari bahwa diriku sudah mulai lebih terbuka, mau membuka obrolan yang dulunya sangat berat aku lakukan. Perubahan ini sangat membantuku melewati masa-masa kuliah terasa lebih santai dan happy. Aku tidak terlalu memusingkan masalah uang yang minim, pakaian itu-itu saja yang kukenakan bahkan baju saya adalah warisan dari mama atau keluarga yang berlebih. Aku juga tidak terlalu mempermasalahkan mata kuliah yang sulit menurut temanku bukan karena mudah, tetapi aku dalam kondisi bersemangat termasuk dalam hal belajar. Sehingga aku jadi lebih mudah mengatasi tantangan yang ada. Yah mungkin hal ini disebabkan aku benar-benar menikmati peranku sebagai asisten lab bawah yang ternyata memberi kegembiraan dan semangat pada diriku. Lab sudah menjadi rumah pertamaku baru kamar kost😍. Aku lebih banyak menghabiskan waktu di lab ketimbang di rumah. Oh iyah saat itu aku pindah kost ke rumah keluarga yang tidak lagi harus bayar sewa kamar, cukup bayar listrik dan telpon. Hanya saja jarak dari rumah ke kampus lumayan jauh. Kalau aku sudah ke kampus, benar-benar seharian berada di sana. Tak jarang setelah waktu magrib baru pulang ke rumah. Hal ini aku lakukan untuk menuntaskan kegiatan di lab sambil kuliah. Saat musim praktikum, tak terasa waktu berlalu.
Pada semester 7 akhir, aku mulai mengurangi kegiatan di lab. Beberapa asisten baru dari adik angkatan sudah bergabung. Yah, memang setiap tahun ada perekrutan asisten untuk menjaga tetap terjadi regenerasi, karena nantinya asisten senior satu persatu akan meninggalkan lab seiring sudah menyelesaikan masa studinya. Di semester ini aku mulai mengambil mata kuliah akhir yaitu tugas akhir atau skripsi. Saat itu aku masih bingung akan mengambil judul apa untuk tugas akhir nanti. Seperti yang lainnya tugas akhir biasanya dikerjakan secara pasangan, dan aku sudah punya partner atau teman skripsi. Ditengah kebingungan menentukan judul skripsi, tiba-tiba salah seorang senior memberi saran agar aku menemui kak Salam untuk meminta masukan mengenai judul skripsi yang dapat kami pilih. Ternyata sudah banyak pasangan skripsi lainnya yang telah konsultasi kepadanya untuk tujuan yang sama. Tanpa ragu lagi, kami ke rumah kak Salam untuk menyampaikan niat kami terkait peluang pilihan judul skripsi yang ada. Aku baru tahu juga kalau ternyata ia sudah OJT (On The Job Training) di PLN (Perusahaan Listrik Negara).
Bersambung.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar